Jumat, 12 Juni 2020

Turnamen Batal Salah Siapa

Jakarta 12 Juni 2020. Akibat batalnya turnamen tenis yang merugikan pembinaan atlet yunior sehingga suatu hari AFR menerima pertanyaan datang dari orangtua atlet tenis, sebagai berikut " Mau tanya Qpa, kalau turnamen besar biasa diadakan dan yang juara dapat point besar serta bisa pendobrak PNP menjadi bagus, lalu di tahun kemudian turnamen tersebut tidak diadakan terus point atlet tersebut di kurangi pada tahun jadi juara. Hal tersebut salah siapa ? Apakah atletnya harus dikorbankan ? Padahal mengikuti turnamen tersebut memakai beaya yang nggak sedikit, setelah juara PNP naik, tahun depannya nggak diadakan PNP dipotong, apakah penyelenggara mau mengganti beaya turnamen"???

Untuk diketahui umur PNP (Peringkat Nasional Pelti) itu 52 minggu, sehingga jika pada minggu 52 tidak ada turnamen maka point yang semula didapat akan terhapus dengan sendirinya.


Teringat akan peristiwa saat mengadakan AFR secara pribadi turnamen TDP Bintaro Jaya tahun sekitar 1992 an  selengarakan Turnamen Diakui Pelti. Saat diajukan sesuai ketentuan TDP yaitu diketahui oleh Pengda Pelti DKI Jakarta. AFR ajukan surat kepada Pengda Pelti DKI saat itu maka dapat jawaban yaitu " Apakah turnamen Bintaro Jaya ini bisa dijamin diselenggarakan tahun depan. "

Tadi diatas pertanyaan datang dari segi orangtua pemain, dan satu sisi pula datang dari versi organisasi sebagai penaggung jawab olahraga tenis di Jakarta. 

Saat itu AFR menjawab kepada Pengda Pelti DKI Jakarta. " Hanya Tuhan yang bisa menjamin pelaksanaan turnamen bisa berkelanjutan. Sedangkan Pelti sendiri seringkali turnamennya batal."

Hanya disayangkan kalau turnamen diselenggarakan Pelti selaku induk organisasi olahraga Tenis membatalkan turnamen yang sudah rutin. Kenapa, karena sudah dicantumkan dalam Anggaran Rumah Tangga Pelti menyangkut Tugas dan Tanggung Jawab Pengurus Pusat , Pengurus Provinsi dan Pengurus Kabupaten / Kotamadya  dalam Pasal  22, 23 dan 24 dalam ART Pelti 2017-2022  

Harus diketahui pada umumnya orangtua atau pelatih dalam mengikuti turnamen yunior lebih menekankan pencarian point untuk Peringkat Nasional Pelti ( PNP ) bukan sebagai ajang mengejar prestasinya. Ada sebagian orangtua atau pelatih justru lebih menekankan turnamen itu tempat yang tepat  untuk mencari kelemahan kelemahan tehnik dasar atau mental bermain.

Dari pertanyaan orang tua pemain  tentang kerugian orang tua petenis yunior diukur dari dana yang telah dikeluarkan maka sah sah saja pandangan tersebut. Tetapi untuk minta pergantian beaya kepada pelaksana turnamen juga tidak tepat.

Coba kita berpikir lebih smart, Jika tujuannya mencari point maka dicarilah turnamen turnamen sebanyak mungkin sehingga ada pengurangan satu turnamen tidak terlalu berpengarauh terhadap PNP atletnya , Disini dibutuhkan kecerdasan mencari turnamen.

Tidak mudah bagi atlet tenis yang berjuang dikancah internasional, butuh turnamen sebanyak mungkin. Bagi petenis nasional putri apakah itu Aldila Sutjiadi , Beatrice Gumulya dan Jessy Rompies dalam setahun bisa mencapai 21 - 29 Turnamen internasional.

Begitu juga nasib atlet yunior jika mengikuti turnamen seharusnya sebanyak mungkin . Memang butuh beaya karena diselenggarakan bukan dikotanya sendiri. Ini tanggung jawab Pengprov/Pengkab/Pengkot Pelti setempat agar bisa ada TDP dikotanya tersebut.

Memang dipulau Jawa saja sudah berapa TDP yang gak jelas nasibya seperti TDP Yunior Tugu Muda Cup, KR Open,, Maesa Paskah Open, Yayuk Basuki Cup, CBR Circuit dll. Teringat pula TDP masa silam cukup aktip berada dipertenisan nasional yunior  seperti Gajayana Cup (tertua), Piala Batik Keris, Mercu Buana Cup, Piala SOSRO,  Astra Internatinal Junior Champs, Piala NIKE, Piala BCA, Bank BNI, Piala Nusa Dua Bali. Piala Semen Padang , Oneject Champs di Bandung dan lain lain. Begitu juda nama nama Green Sands Satellite Circuit, Marlboro dan Wismilak Open menghiasai warna turnamen tenis nasional dan internasional,
.
Sedangkan Piala Gubernur atau piala Walikota yang beberapa puluh tahun silam cukup meramaikan kancah petenisan nasional sekarang toidak ada kabar beritanya.

Tapi tidak lupa harus dijaga agar keberadaannya tetap konsisten yaitu Piala New Armada Magelang, Piala PELTHA Makassar, Piala FIKS Bandung, Piala Thamrin, Piala Widjojo Soejono , JITA Jakarta
, Medco Energy Cup, Sportama dll

Sebenarnya orangtua atlet tenis menyadari kalau terjun kedunia tenis sama dengan investasi. Berarti suatu waktu bisa lama baru bisa menikmatiknya. Atau sederhananya ibarat putra putrinya sedang sekolah. "Jangan ada kata penyesalan "

Tidak ada komentar: