Selasa, 09 Juni 2020

Perjuangan Atlet Tenis Untuk Menembus Level Nasional

Jakarta, 10 Juni 2020. Dalam perjalanan tenis di Indonesia ada peristiwa yang terkesan di dalam diri AFR mengenai perjuangan atlet tenis yunior untuk bisa ikuti kejuaraan tenis diluar daerah nya , yang perlu diketahui oleh masyarakat tenis.

Karena turnamen itu kebutuhan atlet agar tercapai cita citanya untuk naik kelevel yang lebih tinggi butuh perjuangan gigih. Mungkin ada yang tidak terekam dalam diri AFR dialami petenis daerah lainnya

Yang terekam tahun 1998-2002, salah satunya adalah Darsono (alm) orangtua dari petenis Vonny Darlina asal Jakarta. Profesi Darsono itu awalnya Satpam Pusat Tenis Danamon (Kemayoran). Jadi lebih mudah putra putrinya kesempatan bermain tenis. Sebagai Satpam pernah ditawarin menjadi Kepala Satpam supaya dapat income lebih besar tetapi yang bersangkutan lebih senang jadi Satpam biasa saja dengan alasan bisa mengantar anaknya ikut turnamen turnamen diluar Jakarta. Waktu AFR sebagai Sport Manager Pusat Tenis Danamon ( Kemayoran) , kegiatan dilakukan Darsono diluar dinas selalu mendapat ijin dari atasan. Ditawarkan kenaikan pangkat tetapi ditolak.



Apa yang menarik dari Darsono ini,? Suatu saat dia minta dana kepada AFR sebagai atasannya. Tapi karena maksud agar tidak jadi orang yang suka minta minta maka AFR anjurkan jadi juara dulu baru dapat sponsor. Ini supaya ditanamkan kepada orangtua atlet berjuang dulu. Apa yang dilakukan Darsono dalam perjalanan ikut serta di kejuaraan kejuaraan ?

Ternyata di Magelang ( New Armada), informasi didapat,  dia menginap di mushola, begitu upaya dlakukan setiap ikut kejuaraan tenis dimana mana.. Begitu dengar ceritanya ketika kembali dengan membawa gelar pemenang maka spontan AFR berikan hadiah uang pengganti beaya perjalanan yang telah dilakukan.

Vonny Darlina sempat menjadi petenis DKI Jakarta di  PON Riau namanya tercatum mewakili daerahnya, Setelah Pusat Tenis Kemayoran dibongkar maka Darsono menjadi pengendara OJOL dan Vonny Darlina terjun di Soft Tennis mewakili negara di Asian Games 2018. Tahun lalu Darsono telah meninggal dunia.

Itulah perjuangan atlet tenis selama ini. Yang kedua, ada petenis putri dari Blitar yang diantar orangtuanya naik Vespa.baik ke Yogya maupun ke Bandung. Yang ketiga AFR sempat bertemu 2 (dua) petenis kakak adik putri naik motor ikut turnamen  Remaja Tenis di Banjarmasin (Kalimantan Selatan) dari Palangka Raya. (Kalimantan Tengah). Perjalanan antar provinsi dan adalagi  kakak adik putra dan putri mengikuti turnamen remaja Tenis di Palangka Raya (Kalimantan Tengah) Datang dari Pontianak Kalimantan Barat. Bisa dibayangkan perjalanan jauh demi tenis karena turnamen tenis sangat langka dikotanya sendiri. AFR bisa bayangkan perjalanan darat di Kalimantan karena tahun 1974- 1976 pernah alami sendiri perjalanan darat dengan motor Vespa dari Pontianak ke Sambas (Kalimantan Barat) setiap bulannya waktu bertugas dan bagaimana rasanya jikalau pecah ban motor. Ini pernah dialami oleh AFR sekitar tahun 1074-1976,

Yang tidak kalah menarik adalah tim tenis salah satu klub Si Tou Tumou Timotou berasal dari Tondano (Sulawesi Utara) dipimpin oleh Eddy Baculu bersama istri Paula Baculu,  mengikuti Remaja Tenis di Palu . Ternyata alami perjalanan jauh melewati antar provinsi. Dari Sulawesi Urara ke Gorontalo dan Sulawesi Tengah . Naik bus , tentunya perjalanan melelahkan. Resiko besar karena tentunya kondisi jalan tidak seperti di Jawa begitu mulus. Ini akibat kurangnya kompetisi di Sulawesi Utara. Ini kejadian tahun 2014 ketika selenggarakan Remaja Tenis dikota Palu. Begitulah kesan didapat betapa perjuangan atlet tenis untuk mencapai level yang lebih tinggi butuh tenaga lebih dan dana dan tidak kalah juga semangat tinggi.(Foto Vonny Darlina dan Tria Rizky/ Foto pemain Tondano di Palu) )

Tidak ada komentar: