Selasa, 16 Juni 2020

Kelemahan Petenis Indonesia

Jakarta, 15 Juni 2020. Saat itu AFR berjumpa dengan maestro bulutangkis Indonesia di turnamen Remaja Tenis Jakarta yang berlangsung di lapangan tenis Marinir Jakarta Selatan. Siapa yang dimaksud maestro bulutangkis Indonesia. Dia tak lain tak bukan Rudy Hartono Kurniawan . Dia mengantar salah satu cucunya ikut turnamen RemajaTenis Jakarta.

Terakhir kalinya berjumpa dengan Rudy Hartono saat dia bertanding tenis di Senayan beberapa puluh tahun silam.dalam rangka HUT Tabloid BOLA.

Menurut Rudy Hartono ketika ditanya oleh AFR (August Ferry Raturandang ) tentang apakah kelemahan petenis Indonesia dimata Rudy Hartono.

Jawabannya adalah Tinggi badan. Maksudnya petenis Indonesia rata rata kurang tinggi. Perlu juga kita mendengar pendapat pelaku olahraga yang tetap aktip memantau dunia olahraga. Tentunya ada yang bertanya apakah relevansinya bertanya kepada Rudy Hartono ? Karena dia sendiri juga sudah terjun kedunia tenis perlu juga didengar pendapatnya. Dia sudah merasakan susahnya atau mudahnya bermain tenis 
Diapun sudah merasakan persaingan tingkat dunia walaupun di bulutangkis.

AFR sependapat dengan pernyataan Rudy Hartono walaupun dia bukan pelatih tenis. Karena rata2 petenis asing itu tinggi tinggi. Terpendek Michael Chang ( 175 cm ) bahkan ada yang 2 m, untuk putra..


Tentunya kalau ditanyakan kepada pelatih kita semuanya bermacam macam pendapatnya. Karena ibarat anak sekolah SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi  tentu beda jawabannya. Karena yang dilihat adalah cukup banyak kriteria untuk bisa berprestasi bagi petenis Indonesia. Saat ini Christopher Rungkat 175 cm dan juga Tintus Arianto Wiboso, sedangkan yang lainnya dibawah itu, Sedangkan putri kita paling tinggi mendekati 174 cm seperti Angelique Widjaja. Ada pelatih kita menyatakan itu hanya berlaku untuk petenis putra dan tidak berlaku bagi petenis putri. 

Bukan berarti yang lebih rendah tingginya tidak bisa berprestasi. Tetapi dengan memiliki postur tubuh yang ideal untuk petenis adalah yang memiliki postur tubuh yang tinggi.

Jadi tidak perlu kecil hati bagi putra putri kita jika memiliki postur tubuh yang pendek. Karena harus kerja lebih keras. Ibaratnya naik mobil di jalan tol lebih mulus dan cepat sampai tujuannya. Apalagi masih yunior masih ada waktu untuk berkembang ditunjang gizi yang memadai. Kecuali faktor bawaan.

Khususnya petenis putra membutuhkan postur tubuh yang ideal agar lebih mudah untuk melangkah lebih maju. Kelebihan postur tubuh tinggi adalah jangkauannya lebih sehingga mudah untuk pencapaian bola.

Kalau dulu kala itu dikatakan harus punya BAKAT, sementara itu belakangan dikatakan juara  bisa diciptakan maka masalah bakat kita coba singkirkan..

Saat ini dalam menciptakan sang juara dibutuhkan kecerdasan atlet dalam hal menerima masukan pelatih dan cepat pula menerapkannya dan cepat antisipasi datangnya bola. Disamping itu pula dibutuhkan physical agility atlet dalam pergerakkannya dengan cepat dengan mempertahankan ballance . Kelincahan ini berkaitan erat antara kecepatan dan kelenturan. Tanpa unsur keduanya baik seseorang tidak dapat bergerak dengan lincah

Tak lupa juga masalah attitude atlet karena sikap  , perilaku atau tingkah laku atlet dalam melakukan interaksi dengan orang lain sangat lah penting. Dengan modal disiplin tinggi mempunyai fighting spirit tinggi . Semua itu bisa dilatih.

Ini bagi altet yang posturnya tinggi sangat mudah dilaksanakan. Kalau agility hanya bisa dlatih atau ditingkatkan 10-20 % karena faktor bawaan lahir tetapi power bisa dilatih sampai 300 %. Untuk itu dibutuhkan gizi yang memadai terutama atlet yunior masih dalam pertumbuhan badannya.
 .
Tidak kalah penting atlet harus mempunyai goals yang akan dicapainya. Dan untuk atlet  faktor mental paling menentukan. Karena untuk mencapai semua itu dibutuhkan dana cukup besar. Ingat pembinaan atlet tenis adalah INVESTASI bagi orangtua dimana baru akan dinikmati setelah lepas dari yunior

Ayo mulai membuat atlet berprestasi, dengan goals yang jelas agar dengan mudah  induk organisasi tenis berjuang demi tenis Indonesia dengan menyediakan sarana turnamen nasional maupun internasional khususnya dan tak lupa pendidikan pelatih juga dinomer satukan.(Foto Alet Blora, Diandra)


Tidak ada komentar: