Selasa, 02 Juni 2020

Apakah Pengprov Membina Atlet ?

Jakarta, 2 Juni 2020. Pertanyaan muncul dari masyarakat tenis setelah tulisan sebelumnya mengangkat Apresiasi . Datang dari masyarakat tenis yang peduli akan Pertenisan Indonesia,

 " Apakah Pengprov membina atlet2  ?

Suatu Negara dapat dikatakan sebagai Negara maju dan modern salah satu tolak ukurnya adalah seberapa jauh dan tinggi prestasi olahraganya ditingkat regional maupun di internasional. Pentingnya peran dalam sebuah pembinaan akan mewujudkan prestasi yang diinginkan. Dalam hal ini pentingnya peran organisasi olahraga dalam melakukan pembinaan terhadap para atlet khususnya para atlet junior dikarenakan mereka adalah aset Negara dan dibina dari sejak usia dini.


Menurut AFR sendiri tugas pokok dari induk organisasi Tenis atau dikenal sebagai PELTI sudah tercantum jelas dalam Anggaran Rumah Tangga Pelti 2017-2022 sebagai berikut menyebar luaskan olahraga tenis bagi seluruh anggotanya guna menumbuhkan minat dan bakat, agar menjadi atlet tenis yang handal dan berprestasi tinggi ditingkat nasional maupun internasional. Disamping itu disebutkan menyelenggarakan pembinaan dan menumbuh kembangkan olahraga tenis secara merata , berjenjang dan berkesinambungan.  Disini dibutuhkan kerjasama orangtua atlet, guru  agar terdapat keselarasan  dan berkesinambungan dalam bentuk pembinaan. Apakah tugas pokok ini sudah dipahami oleh petinggi Pelti baik ditingkat Pusat, Provinsi serta Kabupatan/Kotamadya maupun Orangtua sendiri.

Secara teori sudah jelas tugas  tugasnya induk organisasi tenis atau Pelti. Dibutuhkan  kerjasama dimulai dari orangtua dan guru atau pelatih yang utama dan juga pihak luar  Baik Pemerintah maupu pihak swasta.
Penting peranan orang tua sangat besar dan saking besarnya sering kali permasalahan datang dari orang tua atau sebaliknya Pelti sendiri.

Harus diakui peranan langsung Pelti tidak kelihatan dimulai pengenalan tenis melalui program grass root nya yang ciptakan adalah induk organisasi. Pelatih pelatih yang muncul datangnya dari program induk organisasi sebagai peningkatan kualitas SDM tenis. Turnamen turnamen yang ada juga merupakan program Pelti juga 

Adapun kekurang aktipnya Pelti baik tingkat Provinsi maupun Kabupaten atau.Kotamadya sehingga tidak muncul apa yang disebut sense of belonging. Tidak aktifnya Pelti Kotamadya/Kabupaten sehingga atlet atau orangtua sering mengeluh kurang nya perhatian Pelti . Itu yang sering dikeluhkan orangtua atlet kepada AFR selama ini. Apalagi diukur dalam Dana sehingga sering kali orangtua at;et merasa kerja sendiri bukan dukungan Pelti dikotanya.

Dari Anggaran Rumah Tangga Pelti sudah jelas tugas dari masing2 Pelti Provinsi atau Kabupaten dan Kotamadya. Dan yang mengontrol kerjanya sudah jelas. Andaikan tidak menjalankan tugasnya Pelti Kabupaten atau Kotamadya yang mengontrol adalah Pengprov Pelti. Dan ini dari 514 yang terdiri 416 Pengurus kabupaten dan 98 Pengurus kotamadya Pelti yang termonitor aktif hanyalah beberapa saja. Sebenarnya tugas Pengprov Pelti untuk mengaktifkan  
Pengurus Kota/Kabupaten membawahi  perkumpulan atau klub yang terdiri dari minimum 8 orang. Yang jadi masalah adakah perkumpulan perkumpulan yang dimaksud.

Mulailah dari selenggarakan turnamen tenis baik antar kotamadya atau kabupaten sebagai start pertama atau kejuaraan beregu  sehingga terlihat ada aktivitasnya. Dari sini baru ditelussuri aktivitasnya, begitu juga tugas Pengprov sudah kah dijalankan sesuai ART Pelti. 

AFR teringat akan orangtua sendiri, Jo Albert Raturandang (alm) dikenal sebagai atlet tenis Bali karena mewakili provinsi Bali dalam multi event saat itu Pekan Olahraga Nasional II 1953 Jakarta dan sampai PON IV 1959  Makassar  . Sempat terpikir era dulu apakah ada pelatih tenis seperti sekarang dikenal peranannya memajukan tenis . Ternyata almarhum belajar tenis secara otodidak. Membaca buku ( bahasa Inggris), saat itu tidak ada berbahasa Indonesia, kemudian belajar teori pukul memukul didepan cermin ( shadow) sehingga bisa jadi petenis zaman dulu. Mungkin sekarang sudah berbeda sekali karena Tenis alami kemajuan pesat termasuk tehnik kepelatihannya. Setiap ada rekan nya yang keluar negeri  hanya satu titipan yang diminta adalah buku Tenis yang saat itu banyak dari Luar Negeri. (Foto Gio Soemarno). 

2 komentar:

ilmu.olahraga mengatakan...

Pengprov dan pengkot/pengkab tidak membina secara sempit tetapi melakukan pembinaan secara luas. Dan untuk pembinaan secara sempit adalah saat ada event PON dan PORPROV. Itu ranahnya Pengprov dan Pengkot/Pengkab. Sudahlah... Nanti lanjut lagi hehehehe...

Unknown mengatakan...

Pengprov dan pengkot tdk membina atlet secara sempit maupun secara luas krn jarang sekali pengprov maupun pengda kab kota mengadakan turnament junior sebagai bahan evaluasi sehingganya anak2 jenuh latihan melulu tanpa ada pertandingan minimal di kalangan intern provinsi kab kota.
Dulu aja pernah sy melatih atlet junior PPLP di bawah pembinaa Dinas DIKBUDPORA dan pernah berprestasi sampai ke tkt nasional
Krn minimnya anggaran serta kurang nya lobbi terpaksa cabor kamilah yg disingkirkan
Anak2 jadi utk latihan krn kurangnya pertandingan di daerah dan kurangnya juga perhatian dari Pelti.