Rabu, 27 Agustus 2008

Family Tennis Bukan KKN

27 Agustus 2008. Tenis berasal dari keluarga adalah hal yang lazim dan biasanya berkembang terus sampai saat ini. Melihat kenyataan ini, beberapa puluh tahun silam, diprakasai oleh klub tenis Sparta Maesa di Jakarta Timur dengan ketuanya saat itu dr. Nico Lumenta pernah diadakan turnamen tenis keluarga (Family Tennis) di Rawamangun dan Senayan.
Waktu itu selaku anggota klub tenis Sparta Maesa, August August Ferry Raturandang bersama sama rekan rekannya masuk grup 5 F yaitu Frangky Pesik (alm), Frits Wullur, Freddy Pasla, dan Felix Singal turun langsung setiap kegiatan klub sehingga bisa dikatakan sebagai motor dari Sparta Maesa. Diadakanlah turnamen keluarga seperti pertandingan pasangan Suami Istri (ciri khas Maesa yang masih berlansgung setia tahun diturnamen Maesa Paskah), Kakak Adik, Bapak/Ibu- Anak. Hanya sayangnya berlangsung 2 kali sepengetahuan August Ferry Raturandang. Kegiatan ini tidak hanya untuk kalangan Kawanua (Maesa) tetapi terbuka. Pernah ikut juga Sarwono Kusumaatmadja dengan putrinya, Diko Moerdono dengan istri, A.Qoyum dan Alto putranya.
Jika kali ini kegiatan tersebut masih tetap dijalankan , perkiraan August Ferry Raturandang akan banyak peminatnya.

Melihat sejarah tenis Indonesia banyak petenis datangnya dari kalangan keluarga, diawali orangtua kemudian diterusin ke putra dan putrinya. Mulai dari keluarga Dr. Hoerip (sebelum kemerdekaan) dengan Samboedjo Hoerip (jagoan Indonesia masalalu) bersama adiknya Soelastri Hoerip. Kemudian masih ada digenerasi berikutnya, Kho Hong Bo (ada di Hongkong) dan Kho Hong Bing, Soegiarto Soetarjo dan Totok Soetarjo. Generasi seterusnya ada Gouw Soen Houw (Gondowijoyo, alm) bersama abangnya Gouw Soen Hwat, Atet Wiyono dengan kakaknya dr. Hidayat W , bersama adiknya Suhartati Wiyono. Ada lagi Hadiman bersama kakaknya Phoa Thiam Goen (Surabaya), ada Ronny Paslah bersama Johnny Paslah dari Medan, Jacky Wullur dan Johnny Wullur dari Jakarta, Siem Hwie Liang bersaudara dengan Siem Djing San (alm) dan Meiske Wiguna di Semarang, Hanjaya Halim bersaudara (Loanita Rahman, Talib Halim, Handoko Halim) dari Palembang, Diko Moerdono dan Yonto Moerdono (Soebronto Laras). Ada lagi dari Bandung keluarga Itjas Soemarna dengan putra/putrinya Isye Soemarna dan Ateng Soemarna. Kemudian Sie Nie Sie dan Sie Hok Bing . Muncul juga Lanny Kaligis Lumanauw dengan kakak dan adiknya yaitu dr. Rini Kaligis, dr. Vonny Kaligis Ingkiriwang dan dr. Benny Kaligis.Ada lagi Samudra Sangitan dan Tony Sangitan, Ludy Wiyono dan Hadi Wiyono. Susanto Hali (alm) bersama Sugianto Halim (Makassar), Dari Jember muncul Jimmy Eddie bersaudara( Bambang Eddie, Didiek Edie). Dari Surabaya muncul Danny Walla bersaudara ( Emric Walla, Willy Walla, Lidya Walla) Banyak lagi lainnya seperti Lay Ting An dan Lay Ting Sin. Dari Malang ada dr. Daury Mohran dan Minami Mohran. Dari Jakarta ada lagi dr. Widjanarko dan Eddy Widiono (mantan Dirut PLN).Dari Bali dan NTB waktu itu muncul August Ferry Raturandang bersama Alfred Henry Raturandang.
Generasi berikutnya sepengetahuan August Ferry Raturandang, muncullah dari Kudus Soedarmanto, Bambang Susanto, Utaminingsih, Sulistyono, Suharyadi. Dari Yogya ada Yayuk Basuki dan Mamiek Sri Sudarmi. Teringat pula nama Nova Sultan dan Human Mintaraga. Dari Surabaya muncul nama Bonit Wiryawan dengan abangnya Irmantara atau panggilannya Ibaq. Begitu pula dari Surabaya Deddy Tedjamukti dan Lukky Tedjamukti. Dari Jakarta ada Harland bersaudara (Peter dan abangnya). Dari Irian waktu itudatang keluarga Rommy Walalangi denga putra/putrnya Donald Wailan Walalangi dan Waya Walalangi. Dari belahan Timur, Ujung Pandang muncullah Andy Mallarangeng dan Rizal Mallarangeng. Begitu juga dari mantan petenis nasional Yolanda Soemarno memunculkan putra dan putrinya seperti Aga Soemarno dan Tanya Soemarno. Muncul pula dari keluarga Achmad Moerid di Jakarta dengan putrid putrinya seperti Irawati Moerid, Solihati Moerid, Lamsriati Moerid, Moerniati Moerid dan Yahman Moerid (putra). Muncul juga dari Tegal, Sulistyo Wibowo dan Liza Andriyani.

Yang membuat suatu kebanggaan dari keberhasilan keluarga A.Moerid sewaktu ada pernyataan dan teguran beberapa puluh tahun silam kepada August Ferry Raturandang. Pengakuan tulus darinya adalah kalau Achmad Moerid belajar tenis di Manado dari pelatih saat itu Jo Albert Raturandang (alm) yang juga ayah dari August Ferry Raturandang. Yang kedua adalah semacam teguran yaitu lebih baik mendidik anak sendiri daripada anak orang lain. Hal ini dikatakan karena sewaktu itu putra dan putri dari August Ferry Raturandang juga aktip bertanding tenis diyunior . Karena kesibukan mengatur turnamen tenis nasional dan internasional August Ferry Raturandang melupakan kedua putra dan putrinya. Bahkan putrinya disaat usia 12 tahun diminta oleh Bunge Nahor untuk berlatih ditempatnya melihat potensi dirinya.

Sebenarnya masih banyak lagi yang belum terpantau, karena keterbatasan memory yang dimiliki August Ferry Raturandang sehingga belum bisa melengkapinya.

Ini semua generasi sebelum tahun 2000, sedangkan ditahun 2000 sampai saat ini banyak juga keluarga tenis yang masih aktif, dan banyak juga berasal dari putra dan putri mantan petenis era masa lalu. Merupakan dambaan sekali jika digalakkan kembali Family Tennis Tournamentseperti masa lalu karena banyak peminatnya. Tapi janganlah langsung dipandang secara negatip seperti yang berkembang dimasayarakat tenis kalau di tenis itu ada KKN.

Tidak ada komentar: