Kamis, 14 Agustus 2008

Lihat Kondisi Lapangan Tenis di Tondano

14 Agustus 2008. Karena kuatir akan terganggunya pertandingan karena hujan melanda kota Manado, sehingga Referee Puneet Gupta meminta August Ferry Raturandang selaku Direktur Turnamen alternatip lapangan indoor. Di Manado ada satu lapangan indoor milik Pemerintah Provinsi Sulawes Utara di Bumi Beringin , hanya masalahnya adalah beda permukaan lapangan.
Melihat situasi yang tidak menguntungkan karena turunnya hujan, maka August Ferry Raturandang berinisiatip melihat atau mencek lapangan indoor di Tondano yang letaknya 45 km dari kota Manado.

Perjalanan dengan kendaraan ditengah tengah gerimis dikota Manado, memberikan warna tersendiri, sekalian melihat fasilitas olahraga tenis di Kabupaten Minahasa. Karena di Tondano ada 4 lapangan tenis milik Universitas Negeri Manado atau UNIMA (eks IKIP) di Tondano.
Perjalanan berliku liku menaiki bukit kearah Pineleng, dan melewati Tinoor yang terkenal dengan restoran kemudian memasuki Kinilouw yang mempunyai kolam renang dibawah Gunung Lokon yang masih aktip. Kemudian memasuki kota Tomohon yang belum lama ini selenggarakan Festival Bunga , memberikan suasana berbeda. Kotanya dingin, cukup bersih dan terlihat adanya pembangunan sepanjang jalan ditengah tengah kota Tomohon. Ada Supermarket, KFC dan Gedung SINODE yang cukup megah, memperlihatkan adanya pembangunan yang berarti dibawah Walikota Tomohon Jefferson Rumayar yang termasuk Walikota termuda di Indonesia. Sayangnya lapangan tenis di Tomohon hanya 1. Ada keinginan lapangan tenis di kota Tomohon dibangun sebanyak mungkin, karena istri dari Walikota Tomohon masih ada hubungan famili dari Ibu AF Raturandang.
Karena baru sekali ketemu Walikota Jefferson Rumayar di Jakarta dalam pesta pernikahan anaknya Mendagri, sehingga belum sempat membicarakan masalah pembinaan tenis di Tomohon.

Setelah itu menuju kota Tondano untuk melihat lapangan tenis Sasaran yang milik Pemerintah Kabupaten Minahasa. 2 lapangan tenis yang merupakan renovasi lapangan lama terlihat cukup baik dan layak bagi pelaksanaan turnamen tenis. Memasuki lapangan pukul 16.00 , terlihat adanya aktivitas, dua lapangan dipakai saat ini latihan bagi masyarakat Tondano. Permukaan lapangan sama dengan di Sario, dan ukuran lapangan baik kebelakang dan samping cukup memadai.

Setelah berbincang bincang dengan salah satu petenis Ance Rey yang sudah dikenal, August Ferry Raturandang sampaikan masalah toilet yang perlu mendapatkan perhatian.

Setelah itu berangkat ke Tataaran untuk melihat kondisi lapangan tenis yang ada di Universitas Negeri Manado (UNIMA) yang berjumlah 4 lapangan dalam satu kompleks. Memasuki kompleks UNIMA, stadion sepak bola cukup besar hanya kurang terpelihara. Demikian pula 4 lapangan tenis yang sangat tidak terpelihara. Lapangan memiliki fasilitas lampu, tapi belum tahu kalau bisa menyala atau tidak. Lapangan tenis ini dikelola oleh Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Manado (eks IKIP).
Kondisi yang memprihatinkan ini akibat kurangnya aktivitas khususnya turnamen. Jikalau sering ada kegiatan turnamen, otomatis pemeliharaan akan dilakukan. Jika tidak maka kondisi ini akan memperparah , seperti yang terjadi selama.
"Siapa saja yang bermain disini." tanya AF Raturandang ke salah satu mahasiswa yang datang kelapangan tenis. " Mahasiswa FIK dan juga dosennya. Sedangkan yang melatih adalah Anwar Mokoagouw yang juga dosen di FIK." ujarnya.

Dalam perjalanan, August Ferry Raturandang yang dalam kendaraan bersama Rexy Raturandang, Sarah H Raturandang dan Alfrits Singkay salah satu pelatih tenis ITF Level-1 di Manado.Sambil bercanda didepan warga Manado ini, August Ferry Raurandnag sampaikan kepada istri Sarah H Raturandang . “ Siapkan anggaran tahun depan untuk bantu renovasi lapangan tenis Unima ini.” Ujar August Ferry Raturandang seolah olah seorang konglomerat. Langsung ditanggapi oleh Sarah .” Kayak banyak uang saja.”
“Yang penting ada niat. Siapa tahu dapat rejeki. Tinggal berdoa saja, siapa tahu dipenuhi.” ujar August Ferry Raurandang tidak mau kalah. “Betul begitu Om, sapa tahu dapa rejeki.” Ujar Alfrits Singkay.

Memasuki malam, perjalanan dimanfaatkan ke Kotamobagu. Hanya untuk merasakan kopi susu dan biapong (Bakpao)Kawangkoan yang cukup terkenal. Dari Tondano perjalanan harus masuk kota Tomohon, dan setelah itu memasuki Lahendong yang dikenal dengan belerangnya sampai menusuk hidung. Sepanjang perjalanan terlihat banyak bangunan gereja karena mayoritas penduduk adalah Kristen. Melewati pula goa peninggalan Jepang terletak dipinggir jalan sebelah kiri.
“Kenapa gua gua ditutup dengan bambu.” tanya August Ferry Raturandang kepada Alfrits Singkay. “Dorang pake voor batunangan, sampe ditutup.”ujarnya.

Melewati Leilem, teringat kepada mertua laki laki Vicky Raintung (alm) yang asalnya dari Leilem. “Opa 30 tahun jadi kepala desa di Leilem.” ujar Sarah H Raturandang. “Jadi banyak punya rumah dong.” Kata AF Raturandang kepada istri Sarah . “ Mana ada, karena setelah itu dibiarkan sewaktu perang Jepang.” Ujarnya pula.
Melewati Sonder, teringat sama Johannes Susanto yang istrinya bermarga Wenas berasal dari Sonder. Cuma tidak tahu apa Sonder atas atau bawah. “Kalau tanya sama Santo yang dia tahu cuma zonder broek. Karena Johannes Susanto belum pernah injak Minahasa.” Canda Ferry dimobil.

Memasuki restoran Gembira di Kawangkoan, tidak disangka ketemu Lita Soegiarto mantan petenis nasional bersama kakaknya dan sanak saudaranya. Beberapa hari lalu Lita juga mengunjungi lapangan Sario mau menonton turnamen tenis internasional Salonpas.
“Kita mau ke Sangihe karena dulu pernah tinggal disana. Tapi lihat kondisi hujan tiap hari di Manado, dapa tako mo kasana.” Ujar Lita.

Tidak ada komentar: