Cukup banyak petenis berdarah Kawanua di pertenisan Indonesia bahkan banyak juga ikut andil dalam membela tim nasional Indonesia dalam ajang internasional baik itu multi event dan team event seperti Davis Cup, Fed Cup, Davis Cup Jr, Fed Cup Jr, World Junior Competition.
Petenis Kawanua mewarnai pertenisan nasional kita seperti Samudra Sangitan, Jacky Wullur, Lanny Kaligis- Lumanauw, Lita Soegiarto, Yolanda Mangadil-Soemarno, Danny Walla, Willy Walla, Emric Walla, Donald Wailan Walalangi, Waya Walalangi, Ronny Pasla, Johnny Pasla, Vonny Rompis, Letsy Mantiri, Reintje Saerang, Peter Dumanauw, Unang Mardana, Albert Polohindang, Bunge Nahor, Alfred Raturandang, Ferry Raturandang, Rendy Pangerapan, Max Widi, Luciana Lolong, Conny Maramis, Johan Tumanduk, Wanda Tumanduk, Jimmy Tumanduk, Michael Sitepu, Marco Sitepu, Irawati Moerid, Solihati Moerid, Lamsriati Moerid, Derby Sugondo, Wibawa Sugondo, Dirgawan Sugondo, Ricky Ticoalu, Beno Ticoalu, Ruby Rungkat, Ira Rungkat, Titi Rungkat, Clifford Wuisan, Ferry Faried, Franky Faried, Julia Rampen, Aga Soemarno, Tanya Soemarno,,
Joanne Kussoy, Tony Sangitan, Waya Mandang ,Maya Mandang, Vivi Rogi, Vera Lumi, Yova Sumampouw, Damopolii, Yvo Hubner, Reza Hubner, Patrick Waworuntu, David Waworuntu Andrew Sondakh, Andrew Mamahit, Ivan Tulis, Dave Makamian, Andrian Raturandang, Rivelino Raturandang, Anasthasa Raturandang, Dino Raturandang, Christina Raturandang, Stanley Mamangkey, Rocky Wawolumaya, Pingkan Lumenta, Bianca Soegiarto, Andre Pasla, Ivan Pasla, Lia Boediono, Ruthy Watupongoh, Hannoch Watupongoh, Ferly Montolalu, Jane Maukar, Yerry Pattinasarany, Stanley Sanger, Michael Pakasi, James Memah, Greatna Subandi, Stanley Mandei, Septi Mende. Muncul lagi Angel Lontoh, Ana Kawengian, Daniel Kawengian, Daniel Sanger, Yulia Sanger, Sharon Watupongoh, Christine Watupongoh, Ricky Sondakh, Rendy Reo, Skia Sumual . Ibaratnya reuni saat itu jika dalam kejuaraan-kejuaraan nasional baik yunior maupun senior.
Generasi berikut muncul Armando Soemarno, Fabian Soemarno, Giorgio Soemarno, Samantha Nanere, Christopher Rungkat, Jessy Rompies, Jeje Nahor, Jonathan Nahor, Patrick Mahone, Claudio Lumanauw, Giovanny Lumenta, Kayla Paath.
Jika melihat nama nama tersebut, ciri khas petenis Kawanua berasal dari Tenis Keluarga. Dimulai dari Orangtuanya turun ke anak anaknya dan bahkan sampai ke cucunya.
Turnamen tenis Paskah Maesa yang awalnya sebagai persyaratan ikut serta wajib dari keluarga Kawanua. Bertahun tahun turnamen traditional dipertahankan sehingga banyak hadir petenis keluarga tersebut.
Kegigihan Tjok Muntu saat Surabaya selaku tuan rumah mempertahankan Turnamen Tenis Paskah Maesa hanya boleh diikuti oleh Kawanua murni. Karena cabang cabang olahraga lainnya banyak simpatisan non Kawanua yang membuktikan kesetiaannya sebagai anggota POR Maesa. Akibatnya pintu Maesa sudah dibuka ” OP EN KIERTJE” . Namun masih sangat kecil. Tetapi khusus tenis masih ada pembatasan yang cukup ketat.
Tahun 1988, tokoh tokoh Maesa berpikir bahwa sudah beberapa petenis Kawanua menjadi petenis nasional dan perlu diorbitkan menjadi produk Maesa. Diberikan wadah kejuaraan nasional Maesa Super yang dipisahkan dengan Paskah Maesa dalam kepanitiaan.
Sebagai juara tunggal putra Maesa Super adalah Dede Suhendar, Ganda putra Sulistiono/Bunge Nahor. Tunggal putri Utaminingsih dan ganda putri Utaminingsih/Lukky Tedjamukti.
Tahun 1989 berlanjut Maesa Super yang juga merupakan kalender Turnamen Diakui Pelti( TDP) sebagai juara tunggal putra Suharyadi, juara tunggal putri Yayuk Basuki, ganda putra Bonit Wiryawan/Daniel Herjanto dan ganda putri Irawati Moerid/ Yayuk Basuki. Kemudian juga selain Paskah Maesa juga terselenggara Maesa Super.
Kemudian yang akhir-akhir ini diselenggarakan di Jakarta kemudian dipindahkan ke Makassar dan Menado dengan tujuan untuk meningkatkan pertenisan daerah sesuai program PP Pelti. Tetapi ini awal dari kelesuan Paas Tournooi alias Turnamen Tenis Paskah Maesa. Terakhir kali di Manado 2018. Setelah itu tidak kedengaran lagi gaungnya.
Ada pesan singkat yang bermakna tidak bisa dilupakan datang dari tokoh Kawanua Surabaya, N.Rumeser. ” Marilah torang samua, torang pe anak anak deng cucu cucu, marilah torang samua berusaha mati matian supaya POR Maesa deng segala macam up and down-nya tetap berdiri dan akan mencatat suatu umur yang tinggi, yang tak dapat disangka”. Ungkapan inDai dikaitkan hampir tercapai 100 tahun Paas Tournooi pada tahun 2024 nanti yang lahir pada tahun 1924. Patut juga direnungkan bagi insan tenis Kawanua.(Penulis adalah pemerhati tenis dan promotor RemajaTenis Nasional).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar