Rabu, 25 Maret 2009

Pakaian Putih disaat kedukaan mempunyai makna berbeda

Jakarta, 25 Maret 2009. Kemarin diberitahukan kalau ada undangan dari KOI (Komite Olimpiade Indonesia) dimana saya harus hadir mewakili PP Pelti. Ketua Umum dan sekjen sedang ikuti AGM ATF di Tashkent. Acara dimaksud hari ini pukl 09.00-14.00. Waduh , hari ini pemakaman saudara Eddy Henuhili dengan acara mulai pukul 11.00. Bingung juga, memang salah satu kelemahan saya jika sering melupakan keperluan keluarga dibandingkan kepentingan tenis. Akhirnya saya putuskan kedua duanya bisa diikutinya. Tetapi untungnya pagi ini setela cek kembali ke PP Pelti mengenai waktu dan tempat acara KOI didapatkan berita kalau acara diundur, lega sudah beban berkurang.

Tiba tiba terima SMS dari rekan lama Benny Gerungan yang isinya " Seumur hidup baru kemarin kita lihat org yg ditinggal orang yg dikasihi pake baju putih putih. Ya itulah iman Joan, dia bersuka cita karena yakin Eddy sudah bersama Bapa di Sorga. Yoh `14:3."
Begitulah yang saya lihat semalam, adik tercinta Joan Ilona Octova Raturandang bersama putrinya semata wayang Rebecca Joan henuhili berpakaina putih sedangka keluarga lainnya termasuk saya gunakan pakaia hitam hitam. Joan terlihat begitu tabah dengan kepergian sang suami. Tidak terlihat kalau dia itu sedang bersedih. Sayapun kagum atas kekuatan atau ketegarannya menghadapi kepergian sang suami.
Hari inipun saya pergi dengan memakai pakaian serba putih, begitu juga adik adik lainnya dan keluarga Raturandang lainnya. Beritahu Alfred Raturndang tentang pakaina putih, trnyata dia tidak punya pakaian putih, dia sibuk cari dilemari sampai makan waktu lama baru dia telpon. "Gua kagak punya kemeja putih, yang ada putih dengan garis garis." ujarnya. Ya, sudah yang penting datang secepatnya.

Memang sudah merupakan tradisi Kawanua jikalau dalam acara kedukaan selalu memakai pakaian hitam hitam. Setelah menerima SMS tersebut sayapun yang minim pengetahuan tentang Alkitab mulai menyadari masalah tersebut. Yang selama ini saya selalu tekankan didalam kedukaan seperti ini, kalau berkumpul agar tidak bersedih sampai menangis karena sebenarnya suka cita karena telah kembal kerumah Bapa di Surga. Begitulah keimanan kita diuji menghadapi kehidupan secara manusiawi.

Tidak ada komentar: