Selasa, 10 Maret 2009

Bolehkah Berikan Hadiah TABANAS ?

Jakarta, 10 Maret 2009. Sore ini terima telpon dari rekan saya, Tony Sangitan yang juga salah satu penggila tenis karena mau adakan kegiatan tenis berupa turnamen tenis. Selama ini komunikasi dengan Tony Sangitan cukup lancar walaupun dalam perjalanan ada perbedaan visi dan misinya yang beda beda tipis. Asalkan untuk kepentingan tenis, secara pribadi saya selalu dukung termasuk induk organisasi Pelti akan mendukung. Sedangkan rumor diluar katakan induk organisasi Pelti sudah masukkan dalam black list. Namanya rumor tentunya selalu tidak benar.

"Saya mau berdiskusi, tapi jangan marah ya." itulah ungkapan terbuka dan serius tapi saya selalu hadapi dengan guyonan, karena kalau terlalu serius bisa kepala jadi pusing. " Saya sudah dapat sponsor dari Bank, akan berikan hadiah kepada pemenang dalam bentuk TABANAS. Apakah diperkenankan." ujarnya, karena Tony Sangitan dengan bendera Bakrie Ajang Tenis Prestasi (Bakrie ATP) sedang menggalakkan turnamen yunior di Jawa Tengah dan bahkan akan ke Sumatra seperti yang disampaikan kepada saya beberapa waktu lalu.

"Karena ini hanyalah diskusi antara kita berdua, ini pendapat pribadi saya, kalau dalam aturan TDP Yunior yang baku dikatakan tidak boleh berikan hadiah uang. Lebih jelas lagi dalam ketentuan ITF dikatakan tidak diperkenankan beri hadiah uang dalam bentuk apapun kepada pemenang turnamen tenis yunior. Ini sudah jelas ,dan tolonglah bantu kami untuk ikut mensosialisasikan ". Selanjutnya dikatakan kalau setiap orangtua keluar uang ikut turnamen cukup bear. Diberi contoh ada yang keluarkan Rp 1 juta. Sayapun katakan kepadanya kalau ada orangtua yang ikuti turnamen dari Surabaya ke Jakarta, Bandung dll bisa sampai Rp. 5 juta. " Ton, itulah kewajiban orangtua dalam membina anaknya sendiri, bukan anak tetangga. Seperti pendidikan sekolah juga kewajiba orangtua yang sudah berani punya anak harus berani tanggung semua konsukuensinya sebagai kepala rumah tangga. Tinggal pilih, main tenis atau mau jadi korban NARKOBA." ujar saya kepadanya. "Kalau itu bukan solusinya.Tolong beri solusinya dong karena saya sering bertemu dengan orangtua. " ujar Tony lebih sengit.
Sayapun katakan selama ini kalau bertemu orang tua yang mengeluh masalah beaya, sayapun anjurkan coba kumpulkan 5-10 orangtua akan dapat Rp. 5-10 juta, maka cukup buat TDP Nasional dan yang nikmati bukan hanya 5-10 anak tapi bisa 100 anak. "Ini lebih baik 'kan, ini juga solusinya. " Andaikan kurang yakin berikan kepada saya dan bisa dibuktikan.

Dikatakan pula sebagai contoh keponakan saya Andrian Raturandang dimana ayahnya adalah adik saya, semasa yunior butuh uang juga. Kemudian saya beri contoh tidak jauh jauh adalah anak saya sendiri sewaktu yunior ada 2 yaitu Dino dan Christina. Banyak orang katakan punya POTENSI, tapi saya tahu main tenis itu butuh dana besar, jika tidak berprestasi akan menjadikan beban sendiri karena butuh dana besar sekali terutama beaya tour turnamen diluar kota apalagi luar negeri.
Karena kemampuan terbatas dimana sebagai orangtua tentunya saya sama seperti orangtua lainnya mengaggap putra/putrinya punya potensi yang belum tentu kebenarannya. Akibat tidak mampu saya harus mengalah, apalagi saat itu masa depan tenis belum begitu seperti sekarang yang sudah banyak prospeknya. Bagi saya hidup harus realistis saja, daripada terlalu ambisi sehingga jadi ambisius. Lebih berabe tentunya. Karena sering menyalahkan pihak pihak lainnya sedangkan kita hanya pikirkan anak sendiri bukan anak orang lain. Ya lebih baik mereka sekolah. Kenapa saya musti mengemis kepada orang lain, semua ini kewajiban saya untuk menanggungnya.

Karena ini hanya diskusi pribadi seperti yang disampaikannya, maka sayapun tetap menganggap apa yang disampaikannya juga perlu diberi masukan yang positip. Dan jikalau memang bertujuan memajukan tenis Indonesia akan selalu bisa menerimanya, bukan sebaliknya. Sehingga semua ini saya sampaikan dengan baik baik. Karena saya yakin Tony Sangitan juga memiliki positive thinking.

"Saya sudah lama mendengar pertanyaan seperti itu dan solusinya juga selalu seperti diatas saya katakan kepada mereka. Langsung saya katakan juga kepadanya kalau kita harus melihat juga akibat selama ini. " Saya temukan 30 kasus CATUT UMUR. Ini karena apa, coba pikirkan baik baik. Menurut pengamatan saya, maybe right maybe wrong karena saya bukan peneliti andal, ini salah satu akibat banyak turnamen tenis yunior berikan hadiah uang secara terselubung. Tentunya saya sebagai orang Pelti punya kewajiban jalankan koridor koridor yang sudah dibuat oleh induk organisasi tenis dunia (ITF). Bukan memanfaatkan kelemahan yang ada dari aturan ini.

Dalam diskusi ini dikatakan pula contoh konkrit , anak satpam perlu dukungan dana. Saya langsung katakan apa yang saya lakukan kepada Satpam tersebut yang juga dulu pernah menjadi anak buah saya. Sayapun bercerita apa yang saya lakukan kepadanya.
2 - 3 tahun silam, datang kepada saya minta bantuan uang untuk ikut turnamen di Jawa Tengah. Saya tolak tetapi saya sampaikan pula tunjukkan dulu upaya sendiri agar bisa ikuti turnamen nasional. Walaupun ada juga masuk ketelinga saya kalau dia pernah ada yang katakan sombong seperti orang kaya saja. Tapi saya sampaikan kalau ini sebagai motivasi dirinya agar tetap berjuang karena dimasa depan sekarang ini prospek tenis sangat menjanjikan demi menaikkan harkat dan martabatnya.
Begitu saya mendengar masukan apa yang telah dilakukannya ditempat pertandingan dengan menginap di Mushola dan hasilnya ada masuk dalam 4 besar, maka sayapun memberanikan diri memberikan dana ala kadarnya , alias semampu saya saja. "Itulah solusinya. Bukan dengan cara langsung berikan dana sebelum pergi."
Itulah sekedar diskusi singkat karena melalui telepon seluler membuat telinga panas bukan karena materi pembicaraan tetapi panasnya telon seluler kalau lama menempel ditelinga, dan akhirnya pembicaraan diputus dan akan dilanjutkan opertemuan berikut jika masing masing punya waktu luang. Maklum Tony selaku pengusaha tentunya sibuk sedangkan saya hanyalah "PENGACARA= pengangguran banyak acara ".

Sayapun teringat apa yang sudah saya lakukan kepada keponakan sendiri, Andrian Raturandang beberapa tahun silam sewaktu sedang jaya jayanya. Ayahnya, Alfred Raturandang sebagai pelatih tentunya lebih perhatikan masalah latihan putranya. Saya anjurkan ikuti tour turnamen diluar negeri, tapi tidak punya uang. Minta tolong agar saya bantu dia. Apa yang saya lakukan saat itu.
Andrian akan ikuti Davis Cup di Jepang mewakili Indonesia melawan Jepang. Saya minta agar diatur tiketnya Jakarta-Singapore-Tokyo pp. Beaya tiket Jakarta-Tokyo ditanggung PB Pelti saat itu. Tinggal atur tiket Singapore-Vietnam pp bisa didapat dari tarvel biro di jakarta bisa kredit.Saat kembali dari Tokyo singah Singapore turun dan ikuti Singapore Challenger ($ 50,000). Saya dapat wild card babak utama berarti dia akan dapat fasilitas sebagai pemain masuk babak utama adalah 5 hari free board and Lodging, dan prize moeny kalah dibabak pertama sekitar US $ 300. Setelah itu ikuti Vietnam Challenger ($ 50,000) , dapat fasilitas wild card juga saya bisa dapatkan karena Direktur Turnamen saya adalah teman baik. Beaya yang harus ditambah adalah Singapore-Vietnam pp, yang bisa didapat dari prize money di Singapore. Begitulah cara kita memeberikan solusi kepada petenis. Banyak akal jika kita mau berpikiran positip dipertenisan dunia ini.

Tidak ada komentar: