Senin, 30 Maret 2009

Jalan Jalan ke Tulungagung

Jakarta, 28 Maret 2009. Pagi sibuk mengamati turnamen nasional RemejaTenis dan Jubilee School 14 U Asian Champs ditempat berbeda yaitu di Golds Gym Elite Rasuna Club dan Pusat Tenis Kemayoran, sore hari sudah harus ke stasion Gambir untuk jalan jalan ke Tulungagung Jawa Timur. Niat awal banyak yang mau ikut tetapi akhirnya yang berangkat hanya bertiga yaitu Christian Budiman, Hudani Fajri dan saya sendiri tetapi Amin Pudjanto sudah berangkat kemarin ke Yogyakarta.
Perjalanan dengan Kereta Api yang terakhir adalah tahun 1991 antara Melbourne ke Sydney dan sekarang mulai dicoba lagi. Dengan gunakan Kereta Api Executive Gajayana Jakarta-Malang berangkat pukul 17.30 tepat waktu. Tempat duduk cukup nyaman ber AC dan ada TV.

Karena sudah kecapekan sehingga tidak disadari sudah tertidur sehingga KA singgah Cirebon tidak tahu lagi, bangun waktu singgah di Purwokerto. Tetapi namanya naik kereta api sebenarnya sangat sulit untuk tidur, tidak biasa tidur dikursi. Mungkin karena sangat capek maka bisa tidur antara Jakarta-Purwokerto. Goyangan KA sehingga tidur juga kurang nyaman, ditambah dengan mengingat pengalaman dari Slamet Widodo salah satu wasit tenis ke Tulungagung kehilangan laptop dalam perjalanannya membuat sedikit kuatir atas tas yang dibawa sehingga tidak ada keberanian membawa laptop yang selama ini selalu dibawa pergi kerja kemana saja sehingga bisa mengirim atau membaca email yang masuk. Akibatnya lelap sedikit sudah terbangun lagi.

Perjalanan cukuppanjang kurang lebih 10 jam, ,masuk stasion Yogya terbangun tetapi ketika masuk stasion Solo tertidur dan bangun lagi waktu masuk Kediri sampai Tulungagung,
Tiba distasion ternyata yang mau jemput teman sekuliah di FK Unair dr. Bambang Supeno belum hadir. Keluar stasion belum ada juga, lihat rekan Amin Pudjanto juga ikut keluar dari KA Gajayana naik dari Yogya. Mau telpon tapi masuklah telpon dari dia menanyakan apa sudah tiba, Tidak lam kemudian muncul dr. Bambang Supeno menjemput dan dibawa jalan jalan dulu sebelum ke Hotel Narita tempat menginap. Masuk kompleks Pendopo Bupati dan lihat lapangan tenis yang mau digunakan untuk Turnamen nasional Tulungagung Open dan kembali ke Hotel.

Jam 09.00 dijemput ke Pendopo oleh putranya, dan petinggi Pelti Tulungagung sudah menunggu kedatangan kami. Dari beberapa petinggi Pelti tersebut dengan seragam biru panitia ada satu yang terakhir dengan celana pendek dan bersandal. Tidak kenal siapa dia tetapi punya firasat, kalau biasanya berdiri dengan cara demikian so pasti pejabat tinggi setempat yaitu Bupati Tulungagung Ir Heru Tjahjono. Ternyata benar dugaan saya waktu itu. " Ini yang namanya Pak Ferry." demikian ujar dr. Bambang Supeno kepada Bupati Tulungagung. Setelah berbasa basi cerita sana sini dimana Bupati Tulungagung terkesan cukup ramah dan suka guyon, kami minta ijin mau lihat lapangan tenis dan halaman Pendopo yang cukup rindang penuh dengan pohon pohon dan binatang hidup sepeti burung burung merpati, cendrawasih, kasuari maupun kijang. Ibaratnya kebon binatang kecil. Burung burung berkeliaran jinak dihalaman seperti diluar negeri saja dimana masyarakat dibebaskan menikmati semua ini. Kebebasan masyarakat masukdi Pendopo merupakan ciri khas kota Tulungagung. Disamping itu pula keistimewaan kota Tulungagung adalah kebersihan.

"Awalnya saya pikir diberi hukuman bagi yang melanggar ketentuan membuang sampag sembarangan tetapi tidak kena. Diubah dengan beri contoh setiap hari tertentu saya membersihkan jalan jalan. Akhirnya sekarang jika ada yang buang sembarangan maka pasti orang luar Jakarta. " ujar Ir. Heru Tjahjono yang sebelumnya jadi Bupati adalah Kepala PU Kabupaten Tulungagung.
Disampaikan pula jika naik becak ada penumpangnya yang membuang kertas ataupun rokok maka yang menegurnya adalah tukang becak tersebut.
Selama ini kebersihan kota diluar Jakarta yang saya lihat kunjungi dan lihat sendiri, kota Tulungagung terbersih kemudian Pekanbaru. Paling kotor adalah Samarinda. Ini cara yang patut juga dicontoh bagi petinggi kota atau kabupaten di Indonesia. Kesadaran harus datang dari Masyarakat sendiri bukan dipaksakan.

Tidak ada komentar: