Rabu, 11 Maret 2009

Ocehan bertubi tubi


Jakarta, 11 Maret 2009. Tidak disangka setelah lakukan perjalanan ke Solo dan kembali ke Jakarta dengan menelusuri jalan pantura dan selatan memeras tenaga cukup banyak. Ditambah pula dengan permasalahan selama menangani persiapan dan pelaksanaan Davis Cup by BNP Paribas di lapangan tenis Manahan Solo. Fisik dibutuhkan harus kuat tetapi usia sudah tidak bisa menahan kekuatan atau tekanan tekanan yang datang bertubi tubi. Sebenarnya bisa saja naik pesawat terbang Garuda Indonesia, tetapi tujuan menelusuri ini untuk melihat sarana dan prasarana tenis sepanjang Jawa Tengah dan Jawa Barat yang butuh perhatian.

Sore hari ini terima telpon dari Ketua Pengprov Pelti Kalimantan Selatan yang juga salah satu anggota PP Pelti H.Teguh Djuwandi. Beberapa jam sebelumnya terima telpon dari Ketua Pengprov Pelti NAD Thantawi Ishak dengan bawa berita cukup baik karena hanya minta pendapat masalah pelatih yang dipersiapkan oleh daerah menghadapi POR Provinsi NAD tahun 2010.

Tapi telpon yang datang dari Banjarmasin justru agak keras dan menyakitkan sekali. Ini menunjukkan yang bersangkutan belum sepenuhnya mengerti atau mengetahui seluruh program Pelti selama ini. Kenapa saya katakan demikian, karena yang dipermasalahkan adalah turnamen Persami (Piala Ferry Raturandang ) di Palangka Raya ( 14-15 Maret 2009) dan juga TDP Mahakam Samarinda 2009 (Januari). Ini bukan untuk yang pertama kali saya terima kecaman dari yang bersangkutan. Yang pertama kali permasalahan Pra PON di Kaltim yang diungkapkan langsung kekecewaannya kepada saya yang hanya Wakil Sekjen PP Pelti. Anehnya tidak ada keberanian mengajukan protes langsung kepada Ketua Umum dan Sekjen PP Pelti. Saya menyadarinya selalu jadi bemper di PP Pelti.

Serangan atau kecamannya adalah Piala Ferry Raturandang-61 di Palangka Raya lalu petenis Banjarmasin yang ikut berhasil memborong kemenangan dan bahkan kembalinya ke Banjarmasin mendapat bonus uang dari petinggi daerah.
Dipertanyakan apakah Piala FR ini sepengetahuan PP PELTI, kemudian keluhan dari pemain pelaksanaannya sangat tidak manusiawi karena tidak diberikan air minum dll. Semua keluhan dia dengar dari atletnya sendiri. Dengan bangga pula dikatakan kalau mereka baru saja selenggarakan turnamen dengan meriah dimana semua pengurus tidak dapat imbalan alias kerja suka rela bukan cari untung. Mencari untung di turnamen ini juga merupakan bagian dari protes tersebut. Dikatakan juga kalau selama ini kirimkan atlet ke Piala Ferry Raturandang maupun ke Samarinda sudah menghabiskan berjuta juta rupiah.

Karena kepala sedang pusing ditambah ocehan yang saya anggap ngawur, saya biarkan saja dia ngoceh seenaknya saja. Untung hanya di telpon, kalau didepan mata mungkin sudah saya usir dari kantor. Kenapa saya anggap ngawur, karena tidak tahu kalau Persami itu program Pelti seluruhnya. Apakah sebagai Ketua Pengprov Pelti tidak pernah baca program Pelti seluruhnya ? Apakah selama ini jadi Ketua PengProv Pelti yang juga sering ikuti Rakernas ataupun MUNAS tidak membaca ataupun mendengar laporan PP Pelti ? Kemudian saya anggap sok tahu minta harus duduk bersama dulu bicarakan masalah program ini secara regional (Kalimantan dan Sulawesi ). Disamping itu pula akan dilaporkan dalam Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) Pelti mendatang. Dan seterusnya dan seterusnya ocehan tersebut yang saya tidak ingat lagi karena telpon seluler saya jauhkan dari telinga saya. Ini cara yang paling tepat atasi orang ngomel di telpon. Akhirnya pembicaran telpon selesai.
Mau marah kepada orang yang sok tahu tidak bisa , terpaksa menahan diri akibatnya badan meriang pula dan kepalapun jadi tambah pusing.

Setelah itu sayapun kirimkan SMS ke petenis ataupun pelatih yang sudah mendaftar ( 55 peserta) Piala Ferry Raturandang-65 ( 14-15 Maret) di Palangka Raya untuk membatalkan atau menunda pelaksanaan Piala Ferry Raturandang-65 karena kondisi fisik saya menurun, maklum sudah uzur harus tahu diri.
Tidak lama kemudian terima telpon dari rekan Johannes Susanto Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti membicarakan persiapan pelaksanaan turnamen Jubilee School 14 & Under Asian Championship 2009. Diapun katakan terima telpon dari Kalimantan tapi lupa namanya, menanyakan masalah seperti diatas, yaitu soal Persami dll.

Sejam kemudian masuk lagi telpon dari Banjarmasin , rekan Ketua Pengprov Pelti Kalsel. Dalam hati saya, omelan apalagi yang akan datang malam ini. Apakah dilayani atau biarkan saja dia mengoceh. Ternayata nada suaranya sudah berubah180 derajat. Begitu sopan dan halus tidak ada nada emosional bahkan memuji program Persami tersebut. Begitu panjangnya pujian yang keluar sampai menanyakan jadwal saya dalam bulan maret ini. "Boleh saya bicara." ini permintaan saya.

Langsung saja ceritakan asal muasalnya turnamen Persami ini muncul sejak saya di Pengda Pelti DKI Jakarta dimana Martina Widjaja selaku Ketuanya. Mulailah saya menyanyi sesuka saya dan diapun mendengar jadi anak manis. Begitu juga tujuan buat turnamen adalah untuk anak sendiri , tapi jika tetangga mau ikut silahkan saja. Kenapa tetangga sampai ikut tentunya ada sebabnya. Bisa karena butuh try out dengan pemain tetangga, dan juga bisa karena dirumah sendiri tidak ada turnamen. Begitulah perumpamaan yang saya berikan kepada siapapun.

Sayapun tekankan kalau saya buat Piala FR itu tujuannya cari untung, karena saya bukan sinterklas. Bukan orang kaya seperti dirinya, seorang pengusaha sukses di Banjarmasin. Tidak mau cari sponsor karena saya takut dengan ketergantungan sponsor membuat kita tidak berani selenggarakan turnamen. Kalau datang sponsor tentunya saya buka pintu untuk menerimanya.

Disinilah situasi didaerah, petenis terlalu dimanjakan sekali. Minta fasilitas dana ke Pelti setempat. Ini sudah tidak benar perlakuan tersebut. Karena Pelti sekarang sebagai fasilitator saja. Jika ikuti turnamen perorangan , bukan kewajiban Pelti mengirimkannya.Itu tugas orangtua. Jikalau ikuti turnamen antar daerah. Baru Pelti punya peranan dan berkewajiban mengirimkannya dan menanggung dana tersebut.
Bisa dibayangkan sewaktu Piala FR-61 di Palangka Raya, peserta dari Banjarmasin difasilitasi oleh PengProv Pelti Kalsel. Diantar oleh salah satu anggota Pengurus. Dengan bus bersama sama ke Palangka raya. Semua itu dibeayai oleh Pengprov Pelti Kalsel. Pantesan Ketuanya berang sekali membela petenisnya dengan lontarkan kata kata TIDAK MANUSIAWI hanya karena petenisnya mengeluh ikut turnamen tidak diberikan minuman, kaos dll. Akhirnya diapun " mau mengerti " atas ocehan saya ini. Dan menjanjikan akan datang ke Jakarta minggu depan utnuk bertemu.
Karena sudah malam, maka sayapun menuju ke RS Medistra menjenguk ipar saya yang masuk ICCU sejak Minggu, Eddy Henuhili, suami dari adik saya terkecil Joan Raturandang.

1 komentar:

BUGAR JASMANI mengatakan...

om katanya mau buatkan piagam untuk wasit garis yang tugas di davis cup bnp paribas di solo itu apa udah lupa? dosa lho kalo ga di tepati.........manggung