Sabtu, 17 Januari 2009

Menikmati Air Panas di Tirta Tapta, Bangka

Pangkal Pinang, 16 Januari 2009. Ada satu pusat wisata di Bangka, Bumi Sepintu Sedulang yaitu Air Panas di Tirta Tapta yang terletak di Kecamatan Pemali Bangka. Jalan menuju tempat air panas cukup mulus begitu juga dari Pangkal Pinang. Kesempatan menikmati air panas tidak dilewatkan. Karena di hotel Grand Parai Resort & Spa tidak tersedia lapangan tenis, sehingga menimati pasir putihnya dan kegiatan sport bahari tidak bisa dilakukan akibat cuaca sangat buruk sekali. Ombak dan angin kencang bisa membuat sakit.
Dari perjalanan keluar hotel yang jalannya cukup mulus walaupun tidak besar terlihat juga selain sejumlah mesjid terdapat juga Gereja Katholik dan Gereja Kristen.
Di Tirta Tapta, air panas yang ditampung dalam kolam renang tidak berbau belerang. Beda dengan yang ada selama ini dimana terletak diawah gunung sehingga udaranya dingin dan berbau belerang. Disini , udara panas dan airmya panas.
Suasana pemilihan caleg2 juga mewarnai sepanjang jalan di Bangka seperti juga daerah daerah lainnya. Tampak pula baliho dari Rizal Ramli bersama istri (orang Bangka) sebagai calon Presiden mendatang. Begitu juga baliho dari Caleg-2 yang tidak dikenalnya. Menjelang pemilu seperti daerah lainnya, sepanjang jalan dipenuhi dengan berbagai bendera warna warni dari Partai-2 yang ada. Dominasi yang terlihat adalah bendera partai Demokrat, PDI-P. Tetapi satu dua terlihat bendera PPP, Gerindra, PBB, Golkar.
Sebelum kembali ke hotel, bertepatan waktunya sembahyang Jumat, mobil berhenti didepan Mesjid untuk beri kesempatan sopir dan lainnya untuk menjalankan tugasnya sembahyang.
Terdengar cukup keras khotbah dari Chotibnya yang cukup menarik mengenai CINTA. Dikatakan pula ciri ciri khas Cinta adalah mencintai orang yang dicintainya. Nomer satu kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Setelah selesai khotbah terdengarlah Sholatnya . Karena berbahasa Arab yang tidak dimengertinya, diputarlah musik Broery Marantika ditelepon selulernya
Kembali ke Hotel untuk menikmati makan siang. Menu yang dimakan hanyalah Karedok dan soto Bandung. Setelah itu dihidangkannya Durian. Maknyus walaupun sedikit saja yang dinikmatinya, cukup satu buah durian dari dua buah yang dihidangkannya .
Selama berada di Sungai Liat, tidak terlihat adanya lapangan tenis. Keinginan besar melihat kondisi lapangan tenis di Pangkal Pinang yang menurut informasi ada 4 lapangan dalam satu lokasi. Hanya karena tidak ada yang memberi kesempatan melihatnya sehingga kesempatan ini terlewatkan. Sayang sekali, kali ini tidak meluangkan waktu sejenak untuk urusan tenis. Istrahatlah sekali kali.
Sehari sebelumnya menyempatkan diri SMS dengan salah satu pelatih di Bangka, ternyata cukup sibuk untuk bisa bertemu. Begitu juga dengan rekan dari Pelti setempat. Ada pemikiran sebelum menginjakkan kaki di Pangkal Pinang untuk selenggarakan Persami. Tetapi masalahnya petenisnya dari Pangkal Pinang tidak banyak. Hilang sudah kesempatan selenggarakan Turnamen tenis Persami.
Karena jarak cukup jauh dari Pangkal Pinang, maka keluar hotel untuk kembali ke Jakarta pukul 14.00. Pesawat Batavia sudah menunggu pukul 17.00. Frekuensi penerbangan dari Jakarta ke Pangkal Pinang cukup banyak. Dilayani oleh Mandala, Sriwijaya dan Batavia.

1 komentar:

Syahrul Bayan mengatakan...

sungguh amatlah berbahagia ketika alam menjadi salah satu bahagian dari hidupnya. Selamat berbahagialah selalu dalam berkeliling nusantara. Sekali - kali dong Om Ferry juga bisa berkunjung ke Bantaeng. Lihat potensi meski sisa 6 orang, tapi kayaknya bisa kita kembangkan dan menjadi catatan kecil pula.
Wassalam. Syahrul Bayan