Senin, 19 Januari 2009

Boleh ambisi tapi jangan ambisius

Jakarta, 19 Januari 2009. Setiap selenggarakan Seleksi Nasional (Seleknas) selalu awalnya muncul bermacam macam keluhan ataupun usulan usulan sesuai keinginan maupun kehendak masing masing orangtua yang mewakili putra dan putrinya yang berkecimpung di olahraga tenis khususnya yunior. Dan selalu memkasakan kehendaknya sendiri. Bi dari sistem pemilihan maupun kriteria yang dikehendakinya, bahkan seolah olah mau menggurui. Timbul kesan institusi tertinggi tenis di Tanah Air yaitu Pelti, tidak transparan. Dengan dalih kurang transparan dipakai seagai senjata menyentil Pelti selaku pelaksana Seleknas. Ini selalu berlangsung setiap tahunnya.

Tahun 2009, untuk Seleknas usia 14 tahun tanggal 21-25 Januari 2009 di Temanggung Jawa Tengah, telah diputuskan 8 nama putra dan 8 putri ditambah masing masing 2 sebagai cadangan. Beberapa hari lalu August Ferry Raturandang menerima telpon dari salah satu orangtua petenis asal bandung Willem Winata yang masuk dalam cadangan putra (nomer 9). Selama ini Willem Winata cukup familier dengan August Ferry Raturandang karena paling sering ikuti turnamen Persami Piala Ferry Raturandang baik yang diselenggarakan di Bandung maupun Jakarta. Sehingga orangtuanya berinisiatip menghubungi August Ferry Raturandang. Ingin mengetahui kenapa posisi Willem Winata sewaktu PNP yang digunakan untuk Turnamen FIKS TELKOM tahun 2008, peringkatnya masih masuk dalam 6 besar. Tetapi waktu dikeluarkannya PNP terbaru justru turun menjadi nomer 9. Ini memang suatu pertanyaan besar sekali jikalau tidak mengetahui permasalahannya. Setelah itu masih banyak TDP lainnya diselenggarakan dan terakhir kalinya adalah New Armada di Magelang. Akibatnya banyak poin didapat oleh petenis lainnya sehingga yang tidak iktui TDP tersebut maka akan kehilangan peluangnya. Ini yang terjadi.
Christian Budiman selaku penanggung jawab Seleknas , menerima SMS dari salah satu orangtua petenis yunior asal Surabaya yang kebetulan PNPnya nomor 10 sehingga masuk cadangan kedua. Yang hebatnya minta dirinci angka yang didapat. Karena perhitungannya adalah keberhasilannya di FIKS Telkom 2008 dan New Armada 2009. Sewaktu Christian sampaikan kepadanya maka August Ferry Raturandang katakan suruh datang saja ke Jakarta periksa angka yang didapat. Yang hebatnya, kata Christian dalam SMS tersebut disebutkan dari hasil perhitungan dengan pelatih2 lainnya di Surabaya harus sama dengan perhitungan oleh PP Pelti. Dan dalam telponnya disampaikan nada ancaman berupa jika tidak sama maka akan disebar luaskan ke media massa. “Kenapa musti takut, biarin saja bekoar koar, kami punya data. Saya yakin akan berbeda data yang mereka punya dengan yang dikumpulkan di PP Pelti. Suruh dia datang ke Jakarta tidak perlu dijelaskan pertilpon. Capek deh. ”ujar August Ferry Raturandang sedikit marah kepada Christian Budiman.
Hari ini langsung diminta kepetugas di Sekretariat PP Pelti kumpulkan data data yang dimaksud. Data sudah disiapkan tetapi yang bersangkutan tidak muncul.
Mark Ginting salah satu anggota yang diterima masuk Seleknas tidak bisa ikut karena baru sembuh dari penyakit. Sehingga posisinya diganti oleh cadangan pertama yaitu Willem Winata.

Bunge Nahor, salah satu pelatih tenis beritahu kepada August Ferry Raturandang , akan datang ke Magelang bersama putranya Jeremy Nahor yang juga namanya ada di PNP 14 tahun. “ Kalau ada yang mundur dan cadangan tidak hadir , apakah boleh Jeremy Nahor menggantinya.? “ ujarnya. Oleh August Ferry Raturandang dikatakan sebaiknya berkonsultasi dengan Christian Budiman sebagai penanggung jawab, bukan kepadanya.
Begitulah ambisi masing masing orangtua menghadapi Seleknas 14 tahun, belum lagi nanti bulan Februari 2009 akan diadakan pula Seleknas usia 16 tahun. "Boleh ambisi tapi jangan ambisius "
"Kase pa kita Chris, biar mangada pa kita." ujar August Ferry Raturandang kepada Christian Budiman orang Medan yang pernah 3 tahun di Bitung Sulawesi Utara.

Tidak ada komentar: