Minggu, 30 September 2012
Buat Turnamen di Palembang
Jakarta, 30 September 2012. Sewaktu berada di Pekanbaru saya sempat bertemu dengan Katue Pengprov Pelti Sumatra selatan Ade Karyana yang juga Kepala Dinas Pendidikan Nasional Sumatra Selatan. Saya kemukakan kalau saya ingin adakan turnamen nasional yunior di Palembang tepatnya distadion Bukit Asam Jakabaring. Jawabannya mengagetkan. " Saya tidak ada duit." Waduh jangan kira langsung melemahkan keinginan saya ini. Saya cuma sampaikan kalau tidak perlu uang sari mereka. Nanti saya akan tanggung sendiri asalkan lapangan disediakan. Ternyata keinginan ini diterimanya.
Langsng saya kontak Ketua Umum KONI Sumsel yang saya kenal sewaktu SEA Games untuk menanyakan masalah penggunaan Wisma Atlet ex SEA Games di Jakabaring. Ternyata dapat repons positip dengan berikan tarifnya cukup murah yatu Rp 75.000/orang dluar makan. Tapi setahu saya di Wisma itu juga tersedia kantin untuk makan.
Mudah mudahan tanggal 19-21 Oktober 2012 rencana selenggarakan Turnamen RemajaTenis di Palembang bisa terealiser. Inilah gaya "provokator" untuk bisa sukseskan turnamen tenis yunior sebagai kebutuhan atlet tenis di Palembang dan sekitarnya. Doakan saja berhasil.
Permintaan buat turnamen di Balikpapan
Jakarta, 30 September 2012, Hari ini terima telpon dari rekan di Balikpapan yang menyampaikan keinginan agar di Balikpapan bisa digelar Turnamen RemajaTenis. Karena agar bisa meramaikan pertenisan Balikpapan diwaktu yang sama akan ada tenis Gembira yang lebih berkesan hura hura. Keinginan tersbut saya sambut dengan baik dengan catatan saya harus siapkan semua perangkat kecuali lapangan yang disedaiakan mereka.
Ya, bagi saya yang penting bisa menyambut keinginan rekan saya ini ingin memjaukan tenis di Kaltim. Saya sudah beberapa kali kerjasama dengan dia, dan tentunya tidak akan saya sia siakan saja. walaupun nantinya saya akan alami kerugian karena tanpa sponsor turnamen saya bisa berjalan dengan resiko rugi. Ya, apa boleh buat.
Akhirnya saya spakati tanggal 19-21 Oktober 2012 di Balikpapan .
Kalau melihat pertenisan di Kalimantan, saya sebenarnya prihatin sekali dengan Kalimantan Tengah. Tiga tahun lalu saya sering buat turnamen Persami Piala Ferry Raturandang di Palangka raya. Maksud saya waktu iru Pemerintah Daerah bisa tergerak dengan memperbaiki lapangan Mantekai yang ada ( 6 lap) bisa direnovasi 4 lapangan yang sudah tidak layak pakai. tapi hari ini saya dapat informasi dari rekan di Palangka Raya kalau lapangan tersbut beum direnovasi. Gimana bisa maju dong tenisnya.
Habis PON, what next?
Jakarta, 30 September 2012. Setelah Pekan Olahraga Nasional XVIII di stadion tenis PTPN-V Pekanbaru, what next? Begitulah muncul dari pemikiran saya setelah selesai lakukan tugs ke Pekanbaru sejak 2-20 september 2012. Melihat fasilitas yang dimilki dan kemampuan selaku BUMN , PTPN-V bisa diharapkan bisa memajuka pertenisan Riau dan Indonesia. Kenapa ? Ya, so pasti dengan fasilitas 1 stadion dan 7 lapangan begitu bagus sayang kalau tidak dimanfaatkan Sedangkan kemampuannya selaku BUMN tidak perlu diragukan. Yang penting petinggi petinggi PTPN-V ada niat memajukan tenis dengan fasilitas yang dimilikinya. Dari hasil bincang bincang dengan rekan rekan di PTPN-V terlihat ada keinginan besar dari petinggi petinggi PTPN-V mau menjadikan Pusat prtenisan di Riua. Nah, jika melihat hal ini seharusnya petinggi Pelti setempat bisa memanfaatkannya. Karena salah satu program sentra pembinaan daerah oleh PP Pelti, kota Pekanbaru sudah masuk dalam programnya. Hanya akibat ulah salah satu petinggi Pelti Riau lapangan yang digunakan untuk sentra yang sedang berlangsung kena gusur. Waduh, apa kata dunia ?
Nah, sekarang lapangan tenis PTPN V sudah ada, tidak ada alasan lagi kalau tidak dimanfaatkan. Asal pendekatan yang baik dilakukan rekan Pelti riau kepada manajemen PTPN-V. Ini harus dilakukan kalau menghendaki hasil yang besar didapat dimasa mendatang. Saya sendiri secara pribadi sudah sampaikan akan membantu dengan menggelar turnamen nasional yunior RemajaTenis di Pekanbaru. Disamping itu pula bisa lakukan coaching clinic baik melalui Pelti ataupun pribadi AFR sendiri bisa lakukan.
Rabu, 26 September 2012
Calon Ketua Umum PP Pelti
Jakarta, 26 September 2012. Berbeda dengan MUNAS Peltui tahun 2007 atau sebelumnya. Bedanya sampai awal September 2012 belum ada figur calon Ketua Umum PP Pelti 2012-2017 yang muncul kepermukaan. Hanya banyak rumor saja dan sampai hari ini calon calon yang beredar secara tidak resmi belum berani memberanikan diri maju. Baru hari ini saya baca di Kompas ada figur baru yaitu Menteri Pariwisata Mari Pangestu.
Tapi setelah keluar berita di Harian Kompas saya terima telpon dari salah satu orangtua petenisyunior yaitu Freddy umambi di Jakarta. Tanya kapan bisa ambil formulir pendaftaran kandidat Ketua Umum PP Pelti 2012-2017. Silahkan saja datang ambil ke sekretariat PP Pelti. Dia tidak sebutkan untuk siapa tapi menyampaikan kalau siapa saja bisa mencalonkan diri. " Betul sekali."
Banyak pertanyaan dari rekan rekan didaerah masalah calon Ketua Umum PP Pelti berikutnya karena Ketua Umum PP Pelti Martina Widjaja sudah dua kali terpilih sehingga berdasarkan AD&ART Pelti tidak boleh mencalonkan diri lagi. Karena waktu itu memang belum ada figur yang mau jadi Ketua Umum PP Pelti maka saya katakan kalau belum ada. "Bingung deh"
Kita tunggu kelanjutan calon Ketua Umum PP Pelti 2012-2017 apakah nanti Mari Pangestu yang jadi Ketua Umum PP Pelti atau lainnya kita serahkan kepada peserta MUNAS Pelti 2012 di Manado. Yang penting adalah sudah ada kandidatnya.
Sumatra sudah dikuasai
Jakarta, 25 September 2012. Apa saja yang saya lakukan untuk mensukseskan Martian Widjaja bisa jadi Ketua Umum PB Pelti 2002-2005? Sewaktu itu 2000 saya dipangil Martina duduk dalam kepengurusan PB Pelti di posisi yaitu Wakil Ketua Bidang Hub LN. Karena Martina dipanggil kembali oleh Ketua Umum PB Pelti 1998-2002 Tanri Abeng duduk sebagai Ketua Bidang Pengembangan, Hubungan Luar Negeri.
Tahun 2002 sebagai salah satu strategi saya usulkan diadakan turnamen tenis regional Sumatra di Jambi. Kalau tidak salah turnamen beregu antar Pengda.Maka dikumpulkannya Pengda Pelti dari NAD, Sumut, Sumbar, Bengkulu, Riau, Sumsel, Lampung, Babel dan Jambi.
Maka saya atur dengan Ketua Pengda Pelti Jambi Ade Syuhada selaku tuan rumah dan disela sela pertandingan malamnya saya minta Ade Syuhada mengundang rekan rekan Pengda rapat dan saya sebagai tamu bukan tuan rumah untuk menghindari dari tujuan sebenarnya untuk menghimpun dukungan terhadap Martina. Akhirnya semua setuju dibuatlah Kriteria dulu seperti permintaan Ketua Pengda Pelti Bengkulu. Sebenarnya adakekuatirans aya waktu itu ketika Ketua Pengda Pelti Bengkulu yang mantan Kapolda Bengkulu yangbicara cukup keras dengan permintaan asal jangan wanita.. Berabe juga nih. Sayapun cari akal sewaktu di Makassar mengatasi masalah ini. Dan secara terslubung mayoritas kedelapan Pengda dukung Martina.
Pulang ke Jakarta dengan optimis saya sampaikan kalau Sumatra sudah dikuasai Disamping itu pulasayapun dengan gencar kirimka surat surat ke Pengda seluruh Indonesia masalah program program pengembangan seperti penawaran mini tenis, kepelatihan didaerah supaya nama Martina dikenal orang Pengda. Dan ternyata cara ini cukup ampuh karena banyak pengurus Pelti didaerah muka muka baru yang belum kenal beliau
Persiapan Munas dengan Laptop Kreditan
Jakarta, 26 September 2012. Saya telah ikuti pelaksanaan Musyawarah Nasional Pelti sejak tahun 1990 seaktu pergantian Ketua Umum Moediono ke Cosmas Batubara di Samarinda, di Bali sewaktu Sarwono Kusumaatmaja terpilih, kemudian 2002 di Makassar ketika Martina Widjaja terpilih dan 2007 di Jambi ketika Martina terpilih. Sewaktu di Samarinda saya tidak aktip dalam proses pemilihan karena say ditugaskan menjalankan Indonesia Masters di amarinda juga. Sedangkan sewaktu di Bali saya sebagai utusan tambahan dari Pengda Pelti DKI Jakarta. Tugas saya waktu itu memanaskan suasana pemilihan dengan menyebarkan klipping surat kabar kedalam kamar kamar peserta dan sayapun kena tegur tidak langsung dari PB Pelti, harus ada ijin karena saya tidak duduk di PB Pelti tetapi di Pengda Pelti DKI Jakarta. Waktu itu tujuannya memuluskan Sarwono Kusumaatmaja sebagai pilihan Pengda PeltiDKI Jakarta. Jadi saya menjalankan tugas Pengda PeltiDKI Jakarta. Ini pelajaran pertama tentang Munas. Jadi masih belum tahu liku liku permaian politik di Munas. Sayapun belajarnya di Munas Makassar.
Teringat sudah saat menjelang di Munas Makassar. Mualilah dihimpun mantan petenis nasional di Surabaya dalam rangka mensukseskan Martina lolos jadi Ketua Umum PB Pelti (2002-2007). Menghimpun mantan atlet tidaklah mudah, maka dilakukan pertandingan Wismilak Nostalgia ditahun 2002 dilapangan tenis Embong Sawo Surabaya. Iniawalnya dicetuskannnya Martina sebagai kandidat permintaan mantan atlet nasional. Sayapun ikut aktif bertanding bernostalgia. Mulailah dibulan Agustus 2002.
Setelah itu dimainkan peranan Media Massa dengan gencar mengangkat Martina Widjaja sebagai kandidat Ketua Umum PB Pelti (2002-2007). Saingan juga ada yaitu mantan Direktur Bea Cukai RI.
Sayapun mendapat berita kalau stafnya saingan tersbut ahli dalam komputer sedangkan saya belum ahli. Dengan modal hasil Persami saya beli laptop NEC dengan cicilan perbulan menggunakan unag dari hasil lebih turnamen Persami. Bayangkan tidak ahli buat Power Point, sayapun bertanya kepada putri saya yang waktu itu kuliah di Bina Nusantara. Tetapi anak sayapun berkilah. " aya belajar 3 tahun mana mungkin bisa dalam sehari dua hari ." uajrnya. Ini tantangan saya, dengan belajar sendiri sakhirnya bisa gunakan Power Point. Sewaktu presentasi seharusnya ada back up dengan USB tetapi saya tidak ngerti dan percaya sekali laptop NEC yang baru dibeli Juli 2002 so pasti tidak ngadat. Dan bersyukurlan tidak ngadat.
Ruangan Istimewa Menarik Perhatian
Jakarta, 26 September 2012. Setiap petugas PON XVII disediakan ruangan kerja dengan pendingin udara (AC). Ruangan saya kerja selaku Technical Delegate diisi 3 orang yaitu bersama 2 petugas Referee dan Asisten Referee. Ruang tidak terlalu besar karena dengan 3 meja saja sudah terasa penuh. Tetapi menjadi tempat duduk duduk beristrahat karena panasnya udara diluar stadion. Mulai dari rekan Atet Wijono dari Bandung paling sering duduk dudk dan ngobrol selaku teman dari PP Pelti juga. Begitu juga rekan dari Lampung Eddy Sunarso. Dan tidak kalah pula rekan dari Riau sendiri yaitu Medizon yang sering dipangil Soni. Dan dia ini menitipkan tasnya dalam ruangan saya ini. Dan hanya ruangan saya saja yang diberikan meminjam kunci. Karena semua ruangan dipegang oleh sekuriti stadion (kalau tidak salah masih securiti kontraktornya). Permintaan saya pinjam kuncinya merupakan kehormatan juga karena ruangan lainnya kuncinya dipegang securiti.
Hari pertama karena saya menyadari panasnya udara bisa menyebabkan kesehatan menurun maka sayapun berinisiatip membeli keperluan sendiri sepeti tissue, buah buahan mulai apel, anggur, jeruk. Karena belinya cukup banyak sehingga setiap tamu yang datang saya tawarkan juga. Begitu juga rekan panpel lainnya ketika masuk kamar saya kaget juga melihat makanan tersebut ada. Sebagai provokator ketika ditanya sama teman Soni dapat dari mana semua ini karena ruangan lainnya tidak ada. " Disediakan oleh PB PON XVIII." Percaya atau tidak saya sengaja lemparkan masalah ini, sampai dia menyadari kalau saya ini provokator. " Memang ini kamar Provokator" ujarnya sambil geleng geleng kepala, setelah dikomporin juga sama Referee dan rekan Sukardi (Pak Kumis) selaku Asisten Teknis. " Ha ha ha, belum tau dia." Begitulah hiburan yang saya lakukan untuk menghilangkan pusing kepala menghadapi panasnya Pekanbaru.
LO Jalankan Tugas dengan Baik dan Benar
Jakarta, 26 September 2012. Satu pengalaman baru dalam kehidupan saya dipertenisan Indonesia. Ditunjuk sebagai Technical Delegate di PON (Pekan Olahraga Nasional) mulai dari 2004 (Palembang), Balikpapan (2008) dan Pekanbaru (2012). Di Palembang mulus, tetapi di Balikpapan menjelang PON saya diganti oleh induk organisasi tetapi saya cukup legowo karena menyadari saya gagal mengupayakan keinginan kualifikasi PON itu seminggu sebelum PON . Padahal ini melanggar ketentuan PON yang menyebutkan minimal 6 bulan sebelum PON. That's OK. Diganti dan saya masih berkomunikasi dengan rekan pengganti saya dan komunikasi ini masih berlangsung sampai selesai. Bahkan saya diminta sama rekan saya untuk mengisi kekosongan waktu yang dia tinggalkan ke Jakartasewaktu pelaksanaan PON sedang berlangsung. Inipun saya jalani dengan baik.
Menjelang PON XVIII Riau saya tetap bertugas sampai akhir PON selesai dan sehari setelah pertandingan tenis sayapun kembali ke Jakarta karena akan mengikuti PilGubDKI Jakarta.
Saya terkesan kali ini dengan LO yang mendampingi saya, seorang mahasiswa di Pekanbaru. Saya tiba dijemput sama dia, walaupun dia sudah dapat instruksi agar tidak perlu dijemput. Diapun menggunakan akal sehatnya berkonsultasi dengan atasannya dan diperintahkan tetap menjemput saya. Karena berbekal dengan SK KONI maupun Gubernur Riau selaku Ketua Umum PB PON XVIII maka diapun tetap menjalankan tugasnya. Hebatnya apa yang diceritakan kalau dia diberitahu sebagai petugas LO PON agar melakukan tugas tidak sampai mengecewakan tamunya. Kalau perlu gunakan mobil pribadi kalau tidak disediakan kendaraan oleh PB PON. Sayapun kaget ketika dikatakan akomodasi saya sudah beres, karena sebelumnya saya sudah cek hotel yang disebutkan sebagai tempat penginapan para Technical Delegate PON yaitu hotel Pangeran dan hotel Labersa. Tidak ada nama saya. Ternyata dipindah ke hotel Grand Central.
Perjalanan dilakukan dengan mobil pribadi. Setiba dihotel saya langsung check in dan nama saya sudah ada tetapi kuncinya dipegang petugas akomodasi PB PON XVIII. Firasat saya mengatakan ada masalah karena so pasti petugas ini terprovokasi. Saya biarkan LO saya berbincang bincang dengan petugas tersebut ( kalau tidak salah namanya A). Sayapun dengan tenang duduk dilobi dengan koper saya. Perjuangan LO saya terlihat berhasil juga. Saya didatangi oleh petugas A tersebut." Bapak bawa SK penunjukkan?" Langsung saya berikan karena sudah siapkan semua berkas nya dan tunjukan SK tersebut dan langsung kunci kamar diberikan. Ya, tenang sudah karena bisa tidur malam ini. Tidak jadi gembel.
Win Or Loose jadi masalah
Jakarta, 26 September 2012. Banyak tudingan miring terhadap saya menjelang dan selama Pekan Olahraga Nasional. Tudingan negatip yang memojokkan saya akibat dari kecemburuan semata ini menurut pengamatan saya sendiri. Bisa benar dan bisa juga salah. Aneh menurut saya kalau dikatakan saya ini tidak suka tuan rumah mendapatkan medali emas. Saya anggap aneh bin ajaib. Tetapi rumor ini sebenarnya sudah diawali beberapa tahun silam. Dihembuskan oleh rekan rekan saya sendiri kalau saya flashback.
Sewaktu berada di tempat pertandingan saya sempat berbincang bincang dengan salah satu rekan tuan rumah dan terungkapkan masalah ini dengan menyebutkan indikasi saya tidak suka tuan rumah mendulang emas terungkap di motto saya seperti di website Remaja-Tenis. Sejak saya menggelar turnamen sebagai bagian hobi saya yang dikenal sebagai "provokator" mulai Persami Piala Ferry Raturandang dan saya kembangkan diturnamen diatasnya yaitu RemajaTenis adalah "Win or Loose I don't care, I just Play Tennis.". Padahal tujuan motto tersebut ditujukan kepada petenis yunior peserta turnamen yang saya dan rekan2 buat untuk memenuhi kebutuhan atlet tenis khususnya yunior.
Dengan motto itu dikatakan ada indikasi saya tidak suka terhadap perjuangan tuan rumah mendulang medali emas. Ya, luculah kalau itu dianggap sebagai indikasi saya tidak senang terhadap tuan rumah. Tetapi menurut saya itu alasan saja untuk mendongkel saya ditempat tersebut.Sayapun mengerti kalau dalangnya itu juga teman saya sendiri. Memang saya sadari berbagai upaya bagi orang oarng yang tidak suka sama saya dan ini saya sadari. Apalagi menjelang MUNAS Pelti ( 23-25 Nop 2012) dimana setiap menjelang Munas Pelti mulai terlihatlah siapa kawan dan siapa "lawan" . Inilah cerminan tenis kita selama ini. Dan Puji Tuhan semua upaya tersebut mental, dan sayapun bisa menjalankan tugas dengan benar dan sukses yang paling utama. Bravo !
Senin, 24 September 2012
Pentingnya Scoring Board
Jakarta, 23 September 2012. Disemua turnamen tenis selalu ditempatkannya scoring board yang sangat bermakna untuk penonton bahkan untuk pemain sendiri. Kenapa ? Karena discoringboard itu bisa diketahui score saat itu dimana tidak semua penonton mengikutinya. Jika baru datang langsung bisa diketahui posisi pertandingan saat itu siapa yang unggul. Nah, selain untuk penonton dan pemain tentunya juga kepentingan scoring board untuk sponsor. Kenapa dikatakan untuk sponsor. Karena di scoring board bisa ditempatkan logo sponsor langsung atau melalui judul turnamen tersebut.
Sponsor sangat penting bagi suatu turnamen karena tanpa sponsor turnamen tidak ada dana untuk digulirkan.
Nah, ditempat adanya judul turnamen yang paling sering digunakan di scoring board. Memang saya akui tidak semua pihak yang terlibat disuatu turnamen begitu peduli masalah judul turnamen ditempatkan discoring board. Dan saya alami sendiri betapa saya terlihat sulit meyakinkan para pihak betapa pentingnya scoing board tersebut. Betapa pentingnya kepentingan sponsor ditempatkan discoring board. Rupanya saya punya pengalaman disuatu big event 4 tahun sekali, dimana di scoring board tersebut dicantumkan nama Pelti setempat, padahal yang punya turnamen bukan Pelti. Saya juga petingi Pelti kenapa tidak setuju dicantumkan nama Pelti tersbut, karena saya ingin pelaku turnamen mengerti permasalahan seperti ini yang dianggap remeh. Ini kelemahanpelaku turnamen yang tidak mendalami secara serius. Sayapun beritahu masalah ini kepada Panpelnya dan kelihatan tidak mau digubris karena ada alasan tertentu sebagai latar belakang. Bahkan disebutkan kalau masalah ini bukan substansial. Waduh sulit juga meyakinkan kepada rekan yang tidak mengerti masalah turnamen tenis tetapi diberi wewenang atas turnamen tersebut. Tetapi sayapun tidak mau diam dan langsung berusaha dengan cara saya dan untungnya pertandingan dihari kedua langsung sudah ditutup dengan label judul turnamen tersebut.
Dituduh menghasut
Jakarta, 23 September 2012. Hobi saya ber SMS ria dibandingkan bertelpon merupakan cara saya mengisi waktu luang saja. Tetapi ada salah pengertian didapat didalam pelaksanaan SMS saya karena ditanggapi dengan pikiran negatip saja. Hal ini terungkap setelah beberapa hari saya berada di Pekanbaru.
Saya punya website baru selain blogger yaitu www.Remaja-Tenis.com yang saya publikasikan kepada seluruh masyarakat tenis melalui SMS baik dari Aceh sampai Papua. Salah satu berita adalah masalah pemecatan anggota tim PON XVIII oleh Pelti Banten. Maka salah satu sms saya kirimkan sebagai berikut. " Makin panas saja menjelang PON XVIII ikutilah www.remaja-tenis.com, ada petenis dipecat dan protes. Asyik deh." begitulah kira kira SMS yang saya kirimkan keseluruh nomor nomor didalam ponsel saya (2.000 nomor). Tetapi ternyata SMS tersbut disalah artikan karena tidak membaca website tersbut sehingga muncul dugaan saya membongkar salah satu kasus mutasi atlet. Tetapi saya yakin sekali kalau mereka ini tidak membaca website tersebut tetapi berdasarkan hasutan dari rekan saya di Jakarta. tetapi saya dengan tenang saja menanggapi masalah ini, karena saya dituduh menghasut daerah daerah lain untuk protes. Akibatya saya difitnah oleh rekan rekan yang saya angap sudah kebakaran jenggot atas masalah ini. .
Kalau pulang hanya nama
Jakarta, 23 September 2012. Ada satu cerita yang terlihat serius tetapi sebenarnya hanya guyonan saya saja . Tetapi teman saya ini percaya sekali atas ungkapan saya. Waktu itu hari Minggu 2 September 2012 dimana sorenya saya mau ke Pekanbaru tetapi paginya janjian dengan rekan Christian Budiman dan Susan Soebakti bertemu di lapangan tenis Senayan mau lihat pemasangan spanduk spanduk Davis Cup yang sudah dipasang dilapangan. Memang kedua rekan ini dipercayakan menjadi penanggung jawab pelaksanaan Davis Cup by BNP Paribas antara Indonesia melawan Filipina 14-16 September 2012. Sedangkan saya bertugas ke Pekanbaru untuk PON XVIII 2012 Riau.
Waktu sudah selesai pengecekan saya sempat berpamitan dengan mereka. "Kalau sampai saya pulang hanya nama, maka kalian harus tahu siapa dan apa penyebabnya " ujar saya. Terlihat muka serius dari rekan Christian. " Kok begitu berat masalahnya." ujarnya. "Asal you tahu aja ya."imbuh saya lagi membuat kekuatiran saja. Padahal saya hanya bercanda.
Memang betul selama saya di Pekanbaru selalu terima SMS darinya menanyakan keselamatan saya. Sayapun bergaya katakan semua masalah sudah diselesaikan. "Siapa dulu AFR." begitulah sms balasan saya.
Technical Meeting Paling Sukses
Jakarta, 23 September 2012. Siap siap sudah hadapi protes jika dalam acara Technical Meeting PON XVIII Riau. Sewaktu di Jakarta, sayapun mengajak Referee Slamet Widodo menginventariser permasalahan yang ada dan akan timbul di acara Technical Meeting PON XVIII tanggal 7 September 2012. Kira kira saya sudah siapkan list permasalahan yang akan muncul dan jawabannya jika muncul. Mulai dari masalah Mutasi Atlet, kemudian jadwal pertandingan yang semula dikawinkan dengan acara Davis Cup. Jawabannyapun saya simpan sendiri tetapi pendapat Referee saya tampung untuk digunakan sebagai jawabannya nanti. Sayapun sudah prediksikan kalau protes akan muncul dari satu provinsi saja.
Begitu acara Davis Cup tidak jadi diselenggarakan di Pekanbaru, maka berkuranglah permasalahan yang akan ditimbulkan dalam technical meeting tersebut. Daftar nama tetap dari tim keabsahan sampai tanggal 7 September 2012 pagi belum diterima. Langsung saya kontak ketua tim keabsahan KONI Pusat dan akan dikirim dengan email hari ini. Saya minta ke Ketua Panpel Tenis agar hari ini diminta langsung ke PB PON daftar tersbut padahal saya sudah terima dengan email dan saya forward ke Referee supaya dia bisa kerja sebelum Technical Meeting pukul 15.00.
Membuka technical meeting yang duihadiri juga Ketua Panpel, Referee.Mulailan saya inventariser dati peserta mulaiakomodasi, transportasi dan konsumsi. Muncullah ketidak puasan peserta dan semua saya tampung agar dijawab oleh Ketua Panpelnya saat itu juga. Dan ini makan waktu. Tiba tiba saya diberi kode sama Referee kalau masalah ini ini (akomodasi,transportasi,konsumsi) tidak usah dibicarakan karena mau drawing. Tapi saya tolak juga . Karena ini merupakan trik saya sehingga permintaan tersbut yang saya tahu bukan keinginan Referee sehingga saya tolak juga keinginan Referee. Saya lagi pimpin rapat kok dia mau ikut campur.
Sewaktu Referee memimpin acara drawing ada masalah muncul soal persyaratan peserta perorangan ada kuotanya yaitu ganda putra dan putri setiap provinsi hanya bisa ajukan 1 pasang nama saja. Muncullah semacam protes atau lebih tepat usulan dari Provinsi DKI Jakarta melalui pelatih putrinya. Melihat situasi saat itu Referee dengan pelatih tersbut ada adu argumentasi ditambah dengan suara yang saya dengar yaitu jangan arogan karena dianggap technical meetingkeputusn awal bisa dirubah, maka saya langsung ambil alih masalah ini dengan kemukakan kalau aturan main sudah tidak bisa dirubah atau ditambah.Walaupun rekan dari DKI mau minta dukungan dari Aceh, Papua Barat, Sumsel, Kalbar dan Lampung yang hanya kirimkan satu tim saja, ternyata tidak ditanggapi. Sehingga segera saya putuskan masalah ini tidak bisa dirubah lagi. Beres sudah masalah protes atas usulan tersebut.
Ternyata tidak ada yang protes masalah keabsahan peserta karena sudah dilindungi dalam Technical Handbook Tenis. Ini technical meeting PON ( Palembang, Balikpapan dan Pekanbaru) yang paling tenang dan aman dari protes protes tersbut. Ya, kalau sudah disiapkan jauh jauh hari tentunya tidak akan ada masalah.
Pakai celana pendekpun dicela
Jakarta, 22 September 2012. Ada masukan kepada saya kalau ada salah satu petugas atau Panpel tenis yang kurang senang melihat cara saya berpakaian selama bertugas di PON XVIII 2012 Riau. Yaitu menggunakan celana pendek sebagai pakaian kerja saya. Cerita ini disampaikan oleh salah satu rekan Panpel juga yang menghormati saya. Pemberitahuan tersebut saya abaikan bahkan saya goda terus dengan sering sering lewati didepannya. Memang selama ini saya malas berkomunikasi dengannya kecuali dia yang menegurnya. Memang ada 1-2 orang yang kurang simpati dengan saya sehingga saya pun malas berkomunikasi dengan mereka ini.
Bagi saya penampilan dengan celana pendek dan menggunakan sepatu tenis itu bukan masalah karena sudah lazim dipertenisan internaional. Apalagi udara panas seperti di Pekanbaru, bagi saya lebih nyaman gunakan celana pendek dengan sepatu tenis.
Tetapi memang mereka ini belum terbiasa dengan cara berpakaian seperti ini. Maklum mini pengalaman turnamen nasional maupun internasional. Sewaktu upacara penyerahan hadiah saya gunakan celanapanjang.
Perbuatan Tidak Terpuji di PON XVIII 2012
Jakarta, 22 September 2012. Ada satu kejadian yang sebenarnya memalukan selama PON XVIII 2012. Yaitu keberpihakan anggota panpel terhadap pertandingan melibatkan tuan rumah. Bagi yang belum berpengalaman sering terjadi hal seperti ini. Sewaktu itu pertandingan beregu antara regu putra tuan rumah melawan Jawa Tengah. Andalan tuan rumah kalah telak diset pertama 0-6.
Saya sendiri tidak lihat dengan tepat sehingga saya belum mau menegurnya atau mengusirnya. Waktu itu wasit Dedy Adi Nugroho beritahu referee kalau dia merasa dilempar sesuatu dari penonton dibelakang kursi wasit.
Saya waktu itu hanya mendengar ulah salah satu penonton yang ternyata anggota panpel tenis. Saya tidak kenal karena dia tidak gunakan seragam panpel kaos Polo Shirt tersebut. Saat itu suasana penonton cukup gemuruh dimana ada suara suara minta wasit diganti saja. Datanglah anggota panpel tersebut melewati saya dengan marah marah. Tetapi saya tidak melihat kelanjutannya. Sewaktu dia kembali berdiri dekat saya memang saya dengar apa yang disampaikan kalau dia katakan kalau ada batu sudah ditimpuknya wasit saat itu. Sewaktu saya dengar keluhan dari Referee masalah wasit dilempar dari belakang, sayapun bertanya dengan rekan panpel lokal masalah ini. Saya akhirnya kenal juga anggota Panpel tersebut dan sebenarnya saya mau beritahu atau menegur ke Ketua Panpelnya masalah ini setelah pertandingan tetapi sangat sulit sekali kumpulkan panpel tenis ini sehingga sampai saya kembali ke Jakarta niat ingin bertemu seluruhnya untuk evaluasi jadi batal. Andaikan saat itu dia masih melempat dan saya lihat tentunya akan saya panggil satpam atau petugas keamanan untuk mengeluarkannya dari stadion. Ini langkah yang bisa saya lakukan diturnamen tenis.
Kesemrautan PON XVIII diungkapkanTD
Jakarta, 22 September 2012. Setiap hari kalau baca koran menjelang pelaksanaan PON XVII di Pekanbaru saya merasa sedih juga lihat kondisi PON XVIII Riau tidak seperti PON sebelumnya. Begitu pula setiap pertemuan dengan rekan rekan Technical Delegate sewaktu sarapan pagi maupun makan malam sering ketemu berbincang bincang menceritakan permasalahannya. Technical Delegate Bukutangkis sampai suaranya serak karena dia langsung bertindak juga sebagai Ketua Panpel karena merasa Ketua Panpelnya belum bisa menjalankannya. Begitulah kesan saya.Begitu juag dengan Menembak, Softball dll. Sehingga saya seaktu itu bertemu dengan TD dari Soft Ball yang juga orang yang besar di Riau karena orangtuanya waktu itu kerja di Caltex.
Apa yang dikatakan tentang orang Riau memang dialami oleh setiap TD yang bertugas di PON XVIII Riau.
Termasuk juga pembicaraan dengan rekan rekan dari KONI Pusat yang diperbantukan dikepanitiaan PON XVIII . Bisa dibayangkan mereka ini dari KONI Pusat tidak diberikan seragam PON bukan berarti PB PON tidak punya karena rekan2 di PB PON sendiri menggunakan seragam bukan satu macam saja. Inipun jadi pembicaraan mereka. Sehingga atas permintaan Ketua Umum KONI PUsat dibuatlah seragam khusus petugas KONI Pusat dengan membuat sendiri di Jakarta dengan logo KONI dan PON XVIII didadanya.
Kesan sedikit miring terhadap pelaksanaan kali ini tidak seperti PON sebelumnya. Mulai dari akomodasi, konsumsi dan transportasi. Bahkan menurut TD Bulutangkis konsumsi dari PB PON XVIII ditolaknya dan Panpel membeli sendiri. Bahkan keluhan masalah seragam mulai dari wasit, panpel diberikan kaos oblong. Untuk tenis diberikan Polo Shirt. Akhirnya TD (Technical Delegate ) Bulutangkis tidak mau pakai seragam T-Shirts tersbut tetapi gunakan seragam PB PBSI sendiri. Saya sendiri sudah siap dengan seragam PP Pelti tetapi tidak digunakan. Dengan kaos Polo Shirt PON saya hormati dan digunakan sehari hari selama bertugas. Hanya disayangkan ternyata Panpel Tenis sendiri tidak semua memakainya terutama setelah seminggu pelaksnaannya. Kecuali Ballboys dan Wasit menggunakan dengan disiplin tinggi. Kesadaran atas seragam belum bisa dipahami.
Masalah konsumsi saya baru tahu suppliernya bukan satu perusahaan sehingga waktu konsumsi untuk wasit sudah datang tetapi konsusmi untuk Panpel belum datang akibatnya makannya tidak bersamaan waktu.
Melihat kesemrawutan ini saya tidak mau pusing karena ini tugas Ketua Panpelnya sendiri yang saya anggap sudah berpengalaman, sehingga saya hanya memantau saja dan sedikit demi sedikit sampaikan keluhan peserta atas pelayanan Panpel PON XVIII 2012. Tetapi jika sudah mencakup kelancaran pertandingan baru saya ambil tindakan..
Masalah Klaim Atlet PON XVIII Riau
Jakarta, 22 eptember 2012. Dalam pembicaraan dengan rekan Technical Delegate baik Menembak, Panahan yang muncul permasalahan atlit akibat dari protes yang muncul didalam pertandingan cabang tersebut. Saya sendiri di Tenis sudah diprotect dengan cantumkan klausul bahwa tidak ada protes masalah status atlet dalam technical meeting. Hal ini juga diakui oleh rekan dari Lampung kalau saya sudah siapkan aturan tersbut sehingga dalam technical meeting tidak ada lagi yang mau protes masalah status atlet.
Memang bulan Juli 2012 kami terima daftar sementara dari tim keabsahan KONI Pusat masalah nama nama peserta yangd idaftarkan KONI Procvinsi ke PB PON. Langsug ketika menerima dan melihat daftar tersbut saya langsug kirim surat ke KONI Pusat masalah kejanggalan dalam daftar sementara tesebut. Kejanggalan tersebut adalah masalah nama atlet Sumut yang tercantum nama Fernando Alfonso Bangun. Setahu saya nama tersbut adalah 2 nama kakak beradik yaitu Fernando Bangun dan Alfonso Bangun. Kemudian Kalsel mendaftar hanya 1 putra dan 5 putri, begitu juga DKI daftar 5 putra dan 5 putri yang sebenarnya kuotanya hanya 4 putra dan 4 putri.
Saya kemukakan jika ada yang protes masalah keabsahan atletnya sebagai Technical Delegate tidak perlu dilayani karena sebagai pelaksanan telah menerima nama tetap dari PB PON XVIII melalui tim keabsahan tersebut. Jadi kita bekerja berdasarkan daftar tetap yang akan dikeluarkan sebelum PON mulai.
Kelihatannya cabang olahraga lainnya muncul klaim soal kepemilikan atlet tersebut. Sedangkan dalam Technical Meeting Tenis tanggal 7 September 2012 hal ini tidak muncul. Baru kali ini PON XVIII tidak ada protes masalah mutasi atlet.
Minggu, 23 September 2012
Ketua Panpel PON XVIII diganti
Jakarta, 21 September 2012. Selama PON XVIII 2012 Riau saya sebagai Technical Delegate ditempatkan di Hotel Grand Central yang letaknya di jalan Sudirman Pekanbaru. Ini hotel baru sekali dan dibuka pertengahan Agustus 2012. Technical Delegate ditempatkan dihotel tersebut.
Setiap hari selama ini rekan rekan technical delegate sering berkumpul saling curhat dengan masing masing problem yang ada di Pekanbaru. Kita ketahui persiapan PON kali ini sedikit kurang menyenangkan, sehingga jadi bulan bulanan berita negartip dari media massa dan bahkan lebih cenderung provokatip.
Ketemu dengan Shinta technical delegate dari cabor menembak yang selama ini venue dari menembak menjadi sorotan karena belum siapnya venue tersebut. Sering diskusi masalah pelaksanaan . Begitu juga masalah protes protes didiskusikan dengan technical delegate dari panahan, kalau tidak salah namanya Pak Nyoman yang dapat protes soal status peserta.
Yang menarik saya dapatkan dari Shinta adalah ceritanya tentang pergantian Ketua Panpel Menembak yang dilakukannya. Karena selama ini dia bertugas ke Pekanbaru bertemu dengan Ketua Panpel Menembak tidak mendapatkan kesamaan pendapat sehingga menyulitkan Shinta selaku Technical Delegate bekerja sesuai tugasnya maka diapun melayangkan surat ke PB PON XVIII untuk menganti Ketua Panpelnya. Dia tekankan sekali tidak bisa kerjasama dengan yang bersangkutan yang dianggap tidak mengerti masalah cabor menembak. Dan usulan dia berhasil, Ketua Panpel diganti karena tidak bisa kerjasama.
"Saya paling takut sama Technical Delegate" ujar Gubernur Riau
Jakarta, 21 September 2012. Setelah kembali ke stadion tenis PTPN-V Pekanbaru karena dipanggil pertelpon oleh Ketua Panpel pada tanggal 6 September 2012 saat ambruknya kanopi stadion PTPN-V Pekanbaru. Situasi didepan stadion tenis PTPN-V Pekanbaru saat itu dikerumuni orang orang yang kelihatannnya banyak kuli tinta mengerubuninya sebagai bahan berita untuk esok harinya. Memang di TV Jakarta diberitakan kalau atap stadion ambruk sehingga buat semuapihak sibuk. Termasuk saya sendiri terima telpon dari Ketua Umum PP Pelti Martina Widjaja menanyakan maslah ini setelah dia membaca di running text TV tersebut.
Setelah saya menjelaskan masalah ini kepada wartawan didepan Ketua PB PON XVIII Emrizal Pakis, sayapun dikabarkan kalau Gubernur Riau Rusli Zaenal mau datang melihat langsung dan saat itu sudah menunjukkan oukul 22.00. Kenapa begitu hebohnya masalah ini mencuat menjadi berita nasional. Memang kita ketahui sebagai persiapan PON XVIII banyak masalah pembangunan venue yang belum tuntas sehingga adanya kasus kanopi ambruk diangkat menjadi ambruknya atap stadion. Ini yang buat semua pihak di Riau seperti kebakaran jenggot.
Waktu kejadian saya berada dikantor dalam stadion, tidak mendengar suara ambruknya kanopi tersebut, hanya melihat kenapa banyak orang yang berlarian membawa atau menggendong seorang yang tangannya berdarah, akhirnya saya keluar melihat kedepan stadion. Waduh benar juga saya lihat ada mobil tertimpa dibawahnya. Mobil Innova milik Ketua Pelti Sumatra Utara.
Setelah itu saya pun cek apakah ada korban manuasia, didapat berita hanya 3 orang saja dimana salah satu karyawan kontraktor yang tanganya ketiban kaca sehingga luka berdarah.
Kurang lebih pukul 22.30 datang rombongan Gubernur Riau tiba dan disambut oleh Ketua PB PON XVIII Emrizal Pakis, dan dibawa melihat situasi kanopi tersebut. Kemudian masuk kedalam stadion untuk melihat situasi didalam stadion ternyata tidak ada masalah dan kembali keluar melalui runtuhan kanopi yang terdiri dari kaca 12 mm yang cukup tebal.
Setelah itu Gubernur Riau mencari saya sebagai Technical Delegate dan diminta laporan saya masalah ini setelah dilaporkan oleh Emrizal Pakis. Didepan wartawan Gubernur Riau menyampikan hal yang mengagetkan saya juga. " Saya paling takut sama Technical Delegate. Kalau dia yang menetukan layak tidaknya venue ini." ujarnya.
Jumat, 21 September 2012
Masih di Bandara sudah dipanggil ke stadion tenis
Jakarta, 21 September 2012. Sewaktu saya sedang berada di Bandara Pekanbaru, saya terima telpon dari Ketua Panpel PON XVIII kalau Ketua PB PON XVIII Emrizal Pakis perlu saya di lapangan. Sore itu (6/9) ada kejadian ambruknya kanopi Stadion Tenis PTPN-V Pekanbaru. Di Bandara saya melihat bagaimana cara PB PON menyambut tamu tamunya ke Riau. "Selamat Datang Sang Juara." ujar penerima tamu. Langsung saya buat guyonan. Jangan harap Riau keluar sebagai juara umum karena setiap tamu disambut sebagai sang juara. Artinya yang juara para tamu, bukan tuan rumah.
Ternyata Emrizal Pakis butuh saya minta klarifikasi masalah kelanjutan pertandingan tenis PON XVIII dengan kejadian ambruknya kanopi stadion yang menjadi berita nasional dimedia nasional. Waktu itu ada sedikit pikiran yang mau kerjain petinggi PON disini tetapi karena melihat dukungan mereka sudah sangat besar dan akhirnya saya memutuskan untuk meringankan beban mereka saja sehingga tidak perlu dibuat pusing. Rencaa saya mau katakan, kalau maslah kelanjutan pertandingan akan saya kaji dulu butuh waktu satu malam. Apa tidak pusing kalau saya katakan demikian. Dan saya memahami situasi tersebut, dan langsung saya yakinkan dia kalau bukan masalah, pertandingan bisa berjalan. Lega sudah dia melihat tanggapan say. Langsung saya dihadapkan ke media massa yang sudah muncul banyak didepan ambruknya kanopi tersebut.
"Bukan masalah kanopi ini tidak berpengaruh terhadap jalannya pertandingan. Ibarat rumah anda ada kanopi didepan garasi ambruk apakah berarti anda tidak bisa tidur dirumah. Bukan masalah. Pertandingan lusa (8/9)sudah dimulai." ujar saya kepada wartawan yang hadir. Kemudian bertubi tubi pertanyaan yang kuatir kalau kualitas tsadion diragukan pula.Karena jawaban saya ini meyakinkan mereka maka legalah Emrizal Pakis terhadap masalah kelancaran pertandingan tenis.
"Ini kamar Provokator "
Jakarta, 21 eptember 2012. Selama di Pekanbaru untuk pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional XVIII 2012 , saya mendapatkan satu ruangan bersama Referee. Didalam ruangan tersbut tempat saya dan Referee (Slamet Widodo ) mengoda rekan saya dari Pekanbaru yaitu Merdizon atau dikenal panggilan Soni. Ditambah lagi oleh Sukardi sering menimbrung membuat Soni bingung sendiri atau sedikit termakan provokasi.
Memang diawal pertandingan Soni belum memiliki ID card Panpel PON XVIII tetapi dia pakai orang punya yang tidak hadir. Sehingga jadi bulan bulanan rekan rekan setiap Soni masuk ruangan. Kenapa Soni sering keluar masuk kamar saya karena dia selalu titip tas kerjanya diruangan saya. Disebelah ada ruangan sekretariat dimana Ketua Panpelnya duduk bersama staf lainnya.
Suatu saat saya gunakan jaket putih baru. Langsung saya goda. Ini jaket untuk Panpel PON XVIII Riau. Harus ambil ke PB PON XVIII. "Kenapa tidak ambilkan yang lainnya juga.?'ujarnya. Sayapun langsung katakan kalau saya baru pulang dari PB PON dan ambil jaket tersebut. Langsung olehSukardi dikomporin juga kalau dia sudah ambi. Dan harus ambil sendiri. Kelihatannya dia percaya juga kemakan gosip tersebut.
Begitu pula hal hal lainnya jadi guyonan sebagai hiburan tersendiri karena diluar udara Pekanbaru sangat panas sekali.
"Ini kamar provokator." ujar Soni setelah menyadari semua permainan rekan rekan sebagai hiburan tersendiri.
Keluhan dari Karimun
Jakarta, 21 September 2012. Hari ini saya terima telpon dari rekan di Pulau Karimun Kepri. Ingin berkonsultasi tentang tenis. Dana saya selama perjalan dari rumah mendengar keluhannya. Diceritakan kalau dia ini diangkat sebagai manajer pertnsi Karium yang berusia 10 tahun. Ditanyakan apakah ada aturan khusus tenis tentang manajer. Kemudian dikataka kalau tidak ada perhatian dari Pemda Kabupaten tersbut atas olahraga. Namanya Samsul sebagai wartawan Karimun nline.
Waduh, atlet tenis usia 10 tahun sudah punya manajer. Ini berita bagus juga karena orangtua atau pelatih petenis putri (Tania Putri) tersebut termasuk orang kurang mampu.
Begitulah ceritanya karena sangat peduli atas prestasi atlet tersebut yang pernah ikuti TDP Piala Gubernur Sumut.
Dalam hal ini saya hanya kemukakan kalau ikatan manajer dengan atlet itu tidak diatur oleh induk organisasi. Jadi hubungan antara atlet dan manajer sendiri dibuat aturan sendiri.
Akhirnya saya berikan nomor HP rekan Pelti Kepulauan Riau agar yang bersangkutan saling berkomunikasi saja secara langsung.
Urgent ada masalah
Jakarta, 21 September 2012. Hari Minggu 26 Agustus 2012 saya terima miscall di HP saya dan SMS dari petinggi Pelti Pusat. Urgent harap hubungi dia. Saat itu saya sedang ke Gereja dan setelah itu bersama kedua cucu mau jalan jalan ke Mal Puri Kembangan. Setelah dihubungi, saya diminta hubungi rekan di Pekanbaru karena ada masalah serius sesuai percakapan pertilpon pagi itu dengan beliau.
Sayapun langsung kontak yang bersangkutan pertilpon. Dan ternyata masuk dan diceritakan kalau ada tekanan dari atasannya tentang diri saya disebutkan membuat resah rekan2 di Riau. Ini akibat dari SMS saya. Memang saya akui kalau saya suka kirim info tenis melalui SMS. Adapun SMS yang saya maksud untuk perkenalkan website saya yang baru yaitu www.Remaja-Tenis.com. Awalnya SMS saya menyebutkan kalau peserta PON kebanyakan petenis yunior silahkan baca di www.remaja-tenis.com. Kemudian berkembang menjadi " menjelang PON suasana makin panas, ada atlet dipecat dan ada yang protes, silahkan baca website tersebut. Kira kira begitulah redaksinya. Diberita website tersebut memang diangkat masalah atlet dipecat oleh Pelti Banten dan orangtua protes pemecatan tersebut. Tetapi tidak menyangkut masalah atlet Riau.
Setelah itu disebutkan akan dikirimi surat Pelti Riau ke PP Pelti masalah ini. Dan saya mengiyakan saja. Menunggu kedatangan surat tersebut. Disebutkan kalau suasana jadi tidak nyaman lagi akibat ulah SMS saya bahkan dikatakan Gubernur Riaupun marah. Sayapun katakan siap untuk buat klarifikasi masalah tersebut dengan Gubernur Riau. Malahan saya berkeinginan membongkar semua kebobrokan yang saya tahu selama menangani PON XVIII Riau.
Tugas sukseskan PON XVIII
Jakarta, 20 September 2012. Sewaktu kunjungan ke Pekanbaru dalam rangka Sirkuit Tenis Nasional ( 7-14 Juli 2012) saya minta agar dikumpulkan semua anggota Panpel kepada Ketua Panpelnya. Ternyata tidak semudah yang saya pikirkan dan terbukti apa yang saya dengar maupun perkirakan sebelumnya. Yaitu tidak solidnya kepanitiaan tersebut yang awalnya saya duga hanya ada 2 group yaitu yang Pro dan Kontra ketua Panpelnya. Ini wajar wajar saja sebenarnya. Hal ini sudah saya sampaikan kepada Ketua Panpelnya dan dia mau mengerti. Tetapi tanggapan dari rekan PB PON yang sewaktu konsultasi saya di Jakarta dikatakanpula kalau ada 3 group. Waduh aneh ya tapi begitulah kenyataannya, Melihat hal ini sayapun sudah bertekad sesuai dengan penugasan oleh PP Pelti dipertegas dengan SK KU KONI Pusat bahwa sejak 1 Januari 2012 diangkat sebagai Technical Delegate, PON harus diselamatkan dan harus sukses pelaksanaannya.
Sewaktu dalam rapat saya kemukakan kalau saya masih sering terima teror dari rekan di Jakarta tentang PON XVIII ini. Dan sayapun perkenalkan diri kepada rekan panpel lainnya nama saya dan kedudukan saya sekerang di Pekanbaru adalah berdasarkan SK Ketua Umum KONI Pusat per tanggal 1 Januari 2012 ditunjuk sebagai Technical Delegate yang baru menggantikan yang lama. " Suka atau tidak suka bukan masalah bagi saya tetapi bagi yang tidak suka sebaiknya diubah dulu SK tsb." ujar saya tegas. Dan salah satu permintaan saya waktu itu untuk tidak berkomunikasi dengan orang lain yang bukan Technical Delegate "resmi". " Hormatilah SK KONI Pusat." ujar saya mempertegas. Dan waktu itu juga saya kemukakan dengan tegas dan saya menyadari kalau saya datang ke Riau ketempat orang yang tidak suka kepada saya. "I don't care masalah itu karena saya datnag ke Riau mengemban tugas yang diberikan untuk sukseskan PON XVIII." ujar saya lebih keras waktu itu. Tetapi hal ini masih banyak orang suka dengan saya dalam hal pekerjaan. Jadi wajar wajar saja semua ini bisa terjadi seperti dikemukakan oleh Ketua Panpelnya dalam rapat tersebut.
Saya menyadari sekali kalau rekan rekan di Pekanbaru ini minim pengalaman event nasional apalagi multi event seperti PON XVIII. Bisa dibayangkan sewaktu menjalankan POPNAS saja seperti yang diakui Sekretaris Pelti Riau kalau POPNAS itu kacau balau.
Kamis, 20 September 2012
Menahan diri tidak menulis diBlogger
Jakarta, 20 September 2012. Menenangkan diri selama pelaksanan PON XVIII dengan tidak menulis di blogger ini sebagai catatan harian saya, maka saya setelah PON XVIII kembali ke Jakarta mulai menyimak segara kejadian sebelum dan selama pelaksanaan PON XVIII 2012 di Pekanbaru. Ini akibat dari tidak mulusnya pergantian TechnicalDelegate tenis yang say pegang karena permintaan induk organisasi yang tidak bisa saya tolak. Banyak kejadian yang merupakan catatan khusus saya akan saya ungkapkan setelah PON selesai. Keinginan menulis sudah lama saya tahan tahan tetpai karena suasana PON XVIII sendiri cukup ribet sehingga saya menahan diri.
Tanda tanda sebelumnya sudah bisa saya lihat dari awal saya ditunjuk sebagai Technical Delegate pertanggal 1 Januari 2012, berbagai macam masalah muncul akibat campur tangannya pihak luar. Tapi saya memahami semua ini. Mulai dari isu yang katakan kalau saya dilecehkan sewaktu datang pertama kali ke Pekanbaru sebagai kunjungan pertama saya yaitu awal Februari 2012. Isu itu dimasukan kepada petinggi Pelti di Jakarta dan sayapun ditanya langsung apa sebenarnya yang terjadi. Setelah saya jelaskan permasalahannya maka merekapun mau mengerti. Karena waktu saya datang saya diundang oleh PB PON XVIII sehingga tidak ada keharusan Penprov Pelti yang menjemput saya karena yang datang seluruh Technical Dlegate maka dijemputlan dengan bus. Saya sempat melontarkan isu kalau susah sekali kumpulkan Panpel cabor Tenis PON XVIII. Sewaktu itu saya SMS kepada rekan saya di Pekanbaru sebagai lazimnya saya kalau ke Pekanbaru selalu SMS kerekan Pelti setempat. Saya mengundang mereka untuk ketemu bicarakan masalah kepanitiaan cabor tenis menghadapi PON. Ternyata setelah di Pekanbaru saya baru tahu kalau sudah ada SK Ketua Umum PB PON XVIII yang isinya baru 3 nama saja sebagai Panitia Inti yaitu Ketua, Sekretaris dan Anggota. Dan yang hadir memenuhi undangan saya hanya 2 orang, jadi bukan masalah.
Langganan:
Postingan (Atom)