Minggu, 13 Juli 2008

Badan wasit beri informasi salah

13 Juli 2008. Disela sela Pekan Olahraga Nasional XVII 2008 di Balikpapan digunakan kesempatan dengan adakan pertemuan dengan wasit wasit PON XVII oleh Badan wasit Tenis Indonesia dengan Ketuanya Akhyar Matra. Kesempatan mencari massa didepan wasit wasit Pekan Olahraga Nasional XVII 2008 dengan memberikan informasi yang salah. Contohnya, informasi yang diberikan kepada wasit wasit PON XVII kalau PP Pelti memberikan kewenangan kepada Badan wasit tenis Indonesia untuk melaksanakan refreshing wasit. Yang menjadi pertanyaan kemana Referee yang ditugaskan ?
Hal ini dibantah oleh Johannes Susanto selaku Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti. Karena refreshing wasit itu kewenangannya diberikan oleh PB PON XVII kepada PP Pelti bukan kepada Badan Wasit tenis Indonesia, dan PP Pelti menunjuk Technical Delegate dan wewenang diberikan kepada Referee PON XVII selaku pelaksana. Johannes hanya diundang untuk menghadiri acara refreshing wasit. Keberadan Badan Wasit Tenis Indonesia itu diluar badan organisasi Pelti.
Badan Wasit Tenis Indonesia yang dibentuk tahun 2008 memanfatkan moment ini untuk menunjukkan ambisi pribadi pribadi yang tanpa disadari oleh wasit Indonesia

Hal ini yang membuat kebingungan beberapa wasit nasional sehingga menanyakan langsung permasalahannya kepada PP Pelti, karena menerima akibatnya saja. Disebutkan pula dengan adanya BWTI ini menimbulkan pengelompokan pengelompokan wasit Indonesia, dan wasit nasional yang belum mempunyai bevet white badge seolah olah dihambat secara perlahan.
Masalah kurangnya jam terbang wasit nasional disetiap turnamen internasional yang didominasi oleh wasit white badge, membuat wasit nasional menimbulkan kecemburuan.

Disamping itu pula membuat pertanyaan dari wasit wasit nasional karena diberitahukan kalau rencana PP Pelti memberikan kesempatan karier wasit menjadi referee hanya kepada wasit wasit yang bersertifikat White Badge. Hal ini dibantah juga oleh salah satu wasit nasional yang pernah ikuti rapat dengan PB Pelti (sekarang PP Pelti). Karena dalam rapat yang diikutinya disebutkan pula kalau bagi wasit wasit senior yang sudah pernah menjadi Referee akan diteruskan.
“Kenapa dibentuknya Badan Wasit tenis Indonesia hanya untuk wasit bersertifikat White Badge “ pertanyaan dari salah satu wasit.

Kejangalan lainnya adalah dalam refreshing wasit yang selama ini jika dalam PON diberlakukan kepada seluruh wasit yang ikut, termasuk wasit white badge ataupun wasit nasional. Kali ini kelihatannya wasit white badge tidak diuji atau dites kembali. “Bisa dilihat dilapangan kalau bertugas, banyak wasit white badge tidak becus memimpin pertandingan.” ujar salah satu wasit nasional.

Mau kemana arah Badan Wasit tenis Indonesia ? Demikianlah pertanyaan yang muncul dari wasit wasit nasional. Bukankah tugas badan ini untuk mendidik wasit wasit yang kurang mampu dalam tugas untuk lebih terampil.
Hal ini sudah ditanyakan dalam rapat tersebut tetapi mendapatkan jawaban yang tidak memuaskan. Karena diserahkan kemasing masing pribadi wasit jika mau maju.

“Kalau sudah masalah perut maka bisa muncul tidak mau disaingi.Coba lihat kenapa yang diberi tugas tugas wasit hanya mereka mereaka saja. Apa ini adil”
Keluhan ini disampaikan kepada August Ferry Raturandang. Bahkan ada yang mengatakan kalau PP Pelti harus memeriksa hasil kerja referee Indonesia yang berstatus wasit white badge. “Apakah mereka sudah bekerja dengan benar ?” Hal ini disampaikan juga kalau masa lalu, PB Pelti pernah melihat hasil pertandingan yang dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan ketentuan TDP maka turnamen tersebut dicabut statusnya dari TDP Nasional.

August Ferry Raturandang sering menerima permintaan wasit asing (white badge) untuk bertugas di Indonesia , karena mereka ingin memenuhi target jam terbang sebagai persyaratan dari ITF. Upaya sendiri dilakukan wasit wasit asing ini sebagai contoh teladan bagi wasit Indonesia. Dari keinginan wasit wasit asing bertugas di Indonesia dengan tidak memikirkan honornya (minta honor sesuai dengan standar Indonesia) sedangkan transportasi mereka mau tanggung sendiri. Ini berbeda sekali dengan wasit Indonesia (white badge) yang hanya menunggu giliran bertugas. Hal ini terjadi karena tidak semua wasit white badge Indonesia full time di tenis. Ada yang masih bekerja di instansi atau menjadi guru.

Yang menjadi pertanyaan siapa yang mengontrol kerja Referee TDP Nasional ?

Tidak ada komentar: