Sabtu, 12 September 2009

It's not easy to train your Grandchilds


Jakarta, 12 September 2009. Hari ini kembali berkumpul anak anak dan keponakan bermain tenis di Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta. Karena kedua cucu akan datang juga bersama orangtuanya, maka sayapun mencari akal agar mereka betah dilapangan tenis. Bawa raket minitenis dan juga raket tenis kecil yang digunakan dalam program Play & Stay in Tennis, ukuran "23" karena yang ukuran "21" tidak ada. Bola khusus juga saya minta ke rekan Hudani Fajri yang menangani kedua program ini.

Memang tidaklah mudah memberikan pelajaran tenis kepada kedua cucu, Hariette ( hampir 3 tahun) dan Hitaro (4,5 th). Belum lagi Hitaro keras kepala sulit mau menerima karena lebih mementingkan keinginan sendiri. Diberi raket mini tenis tidak mau malahan minta raket "23" tersebut. Dipaksa juga tidak akan mau, terpaksa ikuti saja kemauannya sendiri. Berbeda sewaktu melatih anak sendiri 20-30 tahun silam, dimana langsung dengan raket biasa.

Hariettepun diajarkannya diluar lapangan bermain bersama Omanya sekalian biar senang. Tetapi Hitaro maunya didalam lapangan. sekali bola diberikan tetap pukul angin alias tidak kena bola ke raketnya. Biarkan saja biar dia akhirnya menemukan sendiri bola itu akan kena raketnya.
Awalnya ingin marah saja hari ini, tapi langsung ingat kalau ini anak masih kecil, bisa dibayangkan melatih anak usia hampir 3 tahun dan yang 4,5 tahun dibutuhkan kesabaran dan ketekunan saja yang harus dihadapi.
Teringat juga diusia seperti ini sebaiknya diperkenalkan agar mereka menyukainya dulu. Hal yang tidak mudah tentunya. Tidak perlu terlalu banyak teori diberikan , dibuat agar mereka mau memukulnya dengan cara sendiri, bahkan akhirnya capek sendiri, baru istrahat.
Ini pertemuan atau latihan bareng yang kedua kalinya atas inisiatip anak dan keponakan keponakan. Hadir Marcia Eykendorp Raturandang, Rebecca Henuhili Raturandang, Christina Lumban Toruan Raturandang dan juga Sarah Hariette Raturandang yang sudah kembali dari Manado.

Ada satu harapan tentunya atas upaya menghadirkan kedua cucu didunia pertenisan yang sebenarnya bagi keluarga orangtuanya(Raturandang) sudah tidak asing lagi kecuali ayahnya (Lumban Toruan) yang belum mengenal tenis. Harapan tinggal harapan tentunya diiringi dengan doa dan upaya agar bisa berkelanjutan dipertenisan. Sebenarnya ada keinginan setiap hari bisa bermain tenis, tetapi karena kedua cucu ini tinggalnya di Tangerang , lumayan jauh dari rumah saya sehingga belum bisa memaksakan kehendak tersebut. Tapi masih banyak waktunya, tetapi jika pertemuan seperti ini dijadwalkan setiap bulan dilakukan maka harapan ini bisa menjadi kenyataan. Ya, semoga bisa berhasil.
(foto Hitaro)

Tidak ada komentar: