Jakarta, 2 Februari 2010. Tudingan PELTI "DO NOTHING" kepada altetnya dilemparkan oleh Ketua Forkopi kepada Danny Walla Ketua Bidang Pembinaan Yunior PP Pelti yang disaksikan juga oleh Christian Budiman langsung dibantah oleh Danny Walla.
Cukup menarik perhatian saya karena sebagai pendamping kedua rekan saya karena Johannes Susanto sedang berhalangan hadir dalam pertemuan ini, disela sela Seleksi Nasional KU 16 tahun yang berlangsung di Pusat Tenis Kemayoran Jakarta.
Entah darimana asal mulanya sehingga muncul tudingan seperti itu. Saya banyak mendengar tudingan dilontarkannya hanya berdasarkan asumsi, dugaan atau penafsiran sendiri sehingga banyak pula dimentahkan oleh Danny Walla.
"Do Nothing", salah satunya dan langsung diminta buktinya. Diberinya contoh pengalamannya baru baru ini ke Australia, dimana asosiasi memberikan bea siswa kepada atletnya. Langsung disampaikan oleh Danny Walla, diberikannya beasiswa karena sudah ada PRESTASI baru asosiasi membantunya. Bukannya belum apa apa sudah menuntut asosiasi memberikan bantuannya. Langsung diberikan contoh contoh dimana peranan Pelti cukup besar kepada atletnya. Sehingga bisa dikatakan kalau tudingan itu seharusnya cepat cepat diralat, bukan asal bunyi.
Menarik juga kalau saya menilai pembicaraan ini karena beberapa hal yang diungkapkan tidak selamanya benar. Kedengarannya benar bagi orang awam, tetapi sebaliknya bagi yang sudah mengenalnya.
Begitu juga jikalau setiap orang sudah berbuat baik tetapi masih dituding yang tidak tidak apalagi yang menuding punya interest tertentu, maka bisa saja yang bersikap awalnya tenang bisa menjadi gelombang besar. Hal ini juga terjadi sewaktu dikatakan SALAH maka secara otomatis dibantahnya dengan katakan KAMU yang salah. Begitulah dialog sekelumit yang saya dengar, cukup menarik bagi saya, sebagai pendengar yang baik.
Ada ada saja setiap seleknas selalu muncul perdebatan dengan masing masing keinginannya sendiri sehingga kadang kala selalu mendeskreditkan pihak lawannya.
Satu sisi Pelti akan mencoba memperbaiki sistemnya jikalau dianggap keliru, bukan salah. Marilah kita dengan kepala dingin saling membantu memberikan solusi dengan baik sehingga pertenisan bisa maju.
Pengalaman selama ini yang selalu ribut adalah bagi atlet yang ternyata urutan 7-10 besar, bukannya urutan 5 besar.
Kemarin saya baru ikuti Seminar Kecil Pengarusutaan Olahraga Menuju Kebangkitan Prestasi Olahraga Nasional di kantor Kementerian Negara Pemuda Olahraga. Hadir teknokrat berasal dari berbagai instansi. Banyak teori dikeluarkan para ahli dari Perguruan Tinggi disampaikan untuk Menteri Pemuda dan Olahraga DR Andi Alfian Mallarangeng.
Sehingga ada pemikiran agar Pelti bisa juga membuat seminar untuk tenis dimana pelatih ataupun tenaga ahli dari Perguruan Tinngi diundang menyumbangkan pemikirannya. Ini baru idea saya saja, apakah mungkin dan adakah yang mau menjadi sponsornya karena tentunya perlu dana juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar