Jakarta, 6 Februari 2010. Disela sela turnamen nasional RemajaTenis yang berlangsung di lapangan tenis GOR Rawamangun Jakarta Timur, bertemu dengan sesama rekan tenis baik itu pelatih, orangtua maupun pendatang baru cukup menarik hati bagi saya. Bertemu muka dengan berbagai cara, baik duduk maupun berdiri menyempatkan diri berdiskusi (istilah kerennya) mengenai pertenisan Indonesia.
Ada satu pertanyaan yang cukup menggelitik yaitu datangnya dari salah satu pelatih tenis yaitu Handono Murti. "Mana hasil kerja dari pelatih ITF Level-2 Indonesia.?ujarnya didepan pelatih Pudjo Prayitno, Ariawan Poerbo dan saya sendiri. Mengingat beberapa hari lagi di Senayan diadakan National ITF Level-1 Coaches Course yang cukup menarik perhatian pelatih pelatih daerah sehingga bisa menolak pendaftar yang terlambat.
Kenapa menarik perhatian saya, karena sebenarnya menurut saya ini salah satu kendala prestasi petenis muda ini adalah lemahnya pengetahuan pelatih Indonesia. Handono sendiri mengakuinya pula. Kenapa bisa demikian. Sepengetahuan saya dari data pelatih tenis yang terdaftar di induk organisasi Pelti melebihi angka 1.000 pelatih. Bisa dibayangkan jumlah yang tidak sedikit sudah ada. Sekarang kita pertanyakan kembali, dari 1.000 pelatih terdaftar itu ada berapa orang yang aktip melatih, khususnya anak anak. Menurut pengamatan saya tidak lebih dari 10 %. Kok bisa begitu. Ini yang perlu dikaji bersama.
Mayoritas pelatih tenis yang terdaftar tidak seratur prosen menjadi PELATIH sebagai PROFESInya, artinya predikat pelatih hanya diperlukan untuk membantu profesinya yang lain khususnya sebagai PNS, dibutuhkan berbagai sertifikat yang bisa mengangkat status kepegawaianya. Ini dia masalahnya. Cukup besar kalau tidak dibenahi.
Mayoritas calon pelatih jika ingin ikut kepelatihan pelatih hanya membutuhkan SERTIFIKAT belaka. Walaupun sertifikat keikut sertaan itu sangat besar pengaruhnya. Padahal kepelatihan sekarang kebanyakan ada ujiannya.Bukan seperti seminar. Maka dari itu jika ada kepelatihan pesertanya cukup membludak, karena yangdikejar adalah sepotong kertas belaka.
Kembali kepertanyaan pelatih Handono Murti. Dimana hasil dari pelatih berpredikat ITF Level-2 yang jumlahnya terbatas di Indonesia, yaitu 13. Tecatat nama nama dari Jakarta seperti Agustina Wibisono, Hudani Fajri, Rani Jacob, Roy Morison, Peter Susanto, Marieke Gunawan, Tjahjono dan Alfred Raturandang. Dari Bandung ada Wibowo Hadisubroto, dari Jogja ada Ngatman Suwito, dari Surabaya ada Irmantara Soebagyo, Patricia Budiono dan Raymond Alimwidodo.
Kembali ke pribadi masing masing pelatih yang telah menyandang predikat pelatih ITF.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar