Jakarta,15 Februari 2010. Keputusan masalah pemilihan pemain khususnya kelompok yunior selalu berdampak ketidak puasan bagi para orangtua atletnya. Kali ini pula timbul disaat pemilihan atlet tenis ke Shenzhen China untuk mengikuti ATF 14 U Asian Championship 2010 tanggal 14-28 Maret 2010.
Sebelumnya dikeluarkan edaran kesetiap daerah nominasi atlet yang berhak ikuti kegiatan ini dengan catatan beaya pengiriman ditanggung masing masing peserta.
Setelah menerima kembali kesanggupannya, maka sayapun ikut rapat koordinasi antar bidang bersama sama rekan lainnya.
Dalam rapat ada beberapa usulan yang muncul dari peserta tentang materi yang ada. Khususnya putra timbul masalah karena peminatnya cukup banyak sehingga yang dipilihpun hanya 3 dari 10 atlet tersebut. Urutan pertama dilihat prestasinya bukan masalah, kemudian urutan ketiga juga bukan masalah. Kemudian muncul urutan kedua terjadilah perbedaan pendapat.
Munculnya nama dari urutan dibawah bisa mengalahkan urutan kedua, saya sendiri lupa siapa yang memasukkannya. Dengan membeberkan prestasinya sehingga bisa diterima lainnya. Karena menggunakan data tersebut bisa diterima.
Setelah rapat saya masih bercanda dengan Christian Budiman, kalau masalah anak satu itu saya tidak mau berkomentar karena ada masalah pribadi dengan ayahnya. Kalau dipaksakan harus bicara maka jawabannya adalah TIDAK. Tapi ini sekedar bercanda. Memang saya tidak mau ikut campur pro atau kontra, saya biarkan kepada floor yang memutuskannya. Dalam hal ini saya tidak mau korbankan anaknya karena ada ketidak senangan dengan ayahnya yng sering menuding saya ini vested, padahal sebaliknya yang bersangkutan lebih keras vestednya. Bahkan dalam pertemuan beberapa hari lalu langsung ditembakkan oleh rekan saya sendiri kepadanya.
Setelah diputuskan maka saya harus bisa menerimanya. Right or Wrong, saya harus bela keputusan tersebut. Termasuk akibatnya kemudian. Inilah resiko berada dalam organisasi olahraga.
Akibatnya, sekarang Pelti terima surat ketidak puasan dari orangtua atlet tetapi tidak menyebutkan nama dan alamatnya. Dan tidak menyebutkan nama anaknya. "Ini disayangkan, karena bisa dianggap surat kaleng, karena tanpa nama jelas dan alamatnya." Belum lagi saya pernah terima telpon ketidak puasannya terhadap pemilihan anak tersebut dari salah satu pelatih yang pernah menangani atlet tersebut sehingga bisa berprestasi.
Hari ini saya bersama Martina Widjaja dan Soebronto Laras membahas surat ini dengan serius dan Ketua Umum PP Pelti menghendaki agar dibalas. Ketika diingatkan mau balas kemana dan kepada siapa, baru sadar kalau ini bisa dianggap surat kaleng saja.
Memang setiap acara seleksi nasional selalu muncul ketidak puasan dari pesertanya, dengan menuding kedekatan petenis dengan pengurus dipakai sebagai senjata menyerang kebijakan kebijakan tersebut. Saya bersama sama teman teman mengaui kalau masih ada kekurangannya. Yang tentunya cara memandangnya sudah berbeda sekali. Setiap orangtua maupun pelatih kalau diajak bicara masalah putra putrinya selalu mengatakan terbaik. Tapi saya bersama sama teman teman yang juga dulu aktip terjun ke pertandingan pertandingan sebagai peserta tentunya tidak mudah dibohongi. Sehingga keputusannya berdasarkan kacamata sendiri yang dianggap subjektip oleh pihak lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar