Senin, 11 Mei 2009

Menjawab Komentar


Jakarta, 11 Mei 2009. Sebenarnya sudah tidak terlalu interest membaca komentar2 yang muncul di situs resmi Pelti, tetapi kemarin terima SMS dari salah satu pelatih tenis yang cukup menjanjikan di Solo, terpaksa membukanya. Ya, kalau memang tata cara pengisian komentar yang tak bermutu bagi pertenisan Indonesia sebaiknya di delete saja. Bukan hal yang sulit mendelete komentar komentar konyol terutama yang sudah menjurus keperorangan. " Om baca ngak komentar hari ini di situs Pelti." begitulah SMS yang diterima dari Solo. Akhirnya telponnya masuk juga. Disebutkan tentang hujatan kepada salah satu nama yang baru tahun kemarin berkecimpung dipertenisan.

Sedangkan adanya pertanyaan langsung kepada August Ferry Raturandang, tentang ketidak setujuannya terhadap pandangan August Ferry aturandang mengenai pemberian hadiah uang kepada pemenang turnamen tenis yunior, dengan memberikan contoh kalau sewaktu putra August Ferry Raturandang ikut bertanding (tahun 1980-an) hadiah uang (dalam bentuk TABANAS) diterimanya juga. Ini menunjukkan ketidak adilan August Ferry Raturandang saat ini.
Memang diakuinya kalau saat itu baru berkecimpung sebagai orangtua petenis, belum sebagai pengurus Pelti. Disaat duduk sebagai pengurus tentunya kesempatan membaca peraturan peraturan yang dikeluarkan oleh ITF (International Tennis Federation)lebih terbuka. Setelah konsentrasi penuh di pertandingan baru mulai terbuka pikirannya kalau selama ini kesalahan banyak dilakukan oleh pelaku pelaku tenis dilapangan. Sadar kalau salah, tetunya sudah waktunya diperbaiki terutama selama duduk di kepengurusan Pelti. Ini wajib hukumnya, bukan sebaliknya.
Sebaiknya semua insan tenis diberikan pengetahuan mengenai aturan oleh ITF di Junior Circuit Regulations 2009 di halaman 24, bunyinya sebagai berikut " No prize money in any form shall be paid at any junior tournament, , either to the players or to their National Associations. Wild cards into professional level events are not considered as Prize Money."
Begitu juga tentang GIFTS, the value of a gift to the winner of a tournament may not exeed the value of US$ 500.00.
Oleh August Ferry Raturandang diakui kalau tidak ahli bahasa Inggris walaupun bisa berkomunikasi dengan Luar Negeri, mengartikan kalau hadiah uang dalam bentuk apapun dikaitkan dengan turnamen yunior tidak diperkenankan. Ada yang mengatakan bisa diberikan kepada wakilnya, ataupun klub maupun Peltinya. Ini juga pendapat tidak benar menurut August Ferry Raturandang. Sebagai contoh sepengetahuannya disetiap Kejuaraan Beregupun aturan ini berlaku. Disetiap Wolrd Junior Tennis Competition (kejuaran dunia beregu kelompok umur 14 tahun), ataupun Junior Fed Cup dan Junior Davis Cup (kejuaraan dunia beregu KU 16 tahun) tidak ada satupun hadiah diberikan dalam bentuk UANG. Begitulah pandangannya yang tidak akan berubah jikalau ada ingin bertanya kepadanya. Harus konsisten kecuali ada perubahan dari ITF sebagai acuannya.

Ada yang menarik dari komentar tersebut yaitu pertanyaan mengenai " Win Or Loose I don't Care, I just Play TENNIS."Yang menjadi pertanyaan saat ini adalah , apakah kita menyadari kalau ada kecendrungan dari masyarakat sudah tidak tertarik dengan olahraga tenis. Apakah Anda tahu kalau ditahun 1990-1996, peserta Turnamen Piala Thamrin di Jakarta pernah mencapai 1.200 peserta. Nah, sekarang berapakah peserta disuatu Turnamen Nasional yunior ? Sekedar informasi peserta turnamen nasional yunior sekarang dibawah angka 500. Nah, ini data data jelas menunjukkan penurunan petenis yunior.
Ini bukan hanya di Indonesia saja, karena ITF sudah melihat secara dunia, sehingga muncullah konsep atau program yang sudah 2 tahun ini dipromosikan yaitu Play & Stay .....Tennis.
Begitu juga dalam keadaan setiap kali menyaksikan turnamen tenis yunior, sebagai pengalaman selenggarakan turnamen PERSAMI sejak tahun 1996 sampai 2009 ini. Banyak perilaku orangtua yang sebenarnya merupakan bumerang bagi putra dan putrinya. Kenapa demikian, karena perlakuan orangtua saat ini memaksakan kehendaknya agar putranya harus menang. Lupa kalau keinginan main tenis itu datangnya dari keinginan orangtua, bukan dari putra atau putrinya. Ini bedanya.
Sehingga dalam kepelatihan tenis sudah dimodifikasi cara melatih anak anak berbeda dibandingkan dulu kala sewaktu baru belajar tenis. Hal yang sama juga sudah berubah dengan melatih orang dewasa. Sebagai contoh dalam konsep Play & Stay ....Tennis. Dulu seaktu masih kecil diajarkan tenis mulai dari GRIP, cara memegang raket. Sekarang dalam konsep Play & Stay ... Tennis, beda sekali. Diserahkan sesuka hatinya memegang raket tersebut sesuai dengan kehendaknya.
Ada pemikiran jika orang dewasa ingin main tenis dilapangan tenis, bukannya ingin belajar teori tenis atau teori bermain tenis. Tapi ingin langsung bisa bermain tenis. Nah, ini konsep kepelatiahn tentunya harus disesuaikan keinginan tersebut. Jika pelatih masih menggunakan konsep lama, maka so pasti keinginan bermain tenis itu akan menurun. Karena tentunya merasa susah main tenis, terlalu banyak teori.

Apa kaitan dengan win or loose I don't care.? Kepada anak anak, pertama kali harus diciptakan aras SENANG main tenis, jangan diberikan dulu rasa kompetisi tersebut. Karena desakan external membuat kesal atau beban bagi anak anak. Nah jika sudah diciptakan rasa senang tentunya anak tersebut akan muncul rasa ingin menang dari dalam dirinya sendiri. Bukan datang dari pihak luar.
Ada cara yang cukup bijaksana bagi orangtua. Jikalau habis bertanding jangan dulu bertanya kepada anak anak " MENANG atau KALAH ". Apalagi kalau sudah kalah, beban dalam diri anak pasti sudah besar. Mulai dari badan letih, kemudian beban takut dimarahin orangtua yang sangat ambisius sekali. Karena yang penting anak itu bermain sebaik mungkin dulu. Jika sudah bermain sebaik mungkin, prosentasi kemenangan lebih besar. Jadi pertanyaan yang bijak adalah " Bagaimana dengan permainan tadi, senang atau tidak." Orangtua hanya menggiring pertanyaan tersebut sehingga nantinya anak sendiri akan mejawab kalah atau menang. Kita harus memuji permainan yang cantik yang telah dikeluarkan selama bertanding. Jangan dulu disinggung permainannya yag jelek atau salah, biarkan dia sendiri akan menceritakan kesalahan kesalahan sehingga problem solving dijawab sendiri.
August Ferry Raturandang sendiri tidak pernah mengaku sebagai pelatih tenis, walaupun pernah ikuti kepelatihan tenis dari Luar Negeri di Jakarta, tetapi pernah menjadi pelatih tenis sewaktu putra dan putrinya belajar tenis. Berdasarkan pengalaman diturnamen maupun ditambah pengetahuan dari ITF sehingga berani keluarkan statement "Win Or Loose I Don't Care, I Just Play Tennis @ Ferry Raturandang Cup."

Tidak ada komentar: