Rabu, 20 Mei 2009

Daerahpun banyak masalah


Jakarta, 18 Mei 2009. Terima berita dari Surabaya melalui rekan Johannes Susanto Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti masalah turnamen UFO ke 2 di Surabaya. Sudah disadarinya kalau saat ini tdak semua pengurus PELTI khususnya didaerah daerah mengenal tentang aturan aturan yang sudah baku sejak 1990 khususnya tentang Turnamen Diakui Pelti. Kenapa ? Karena saat ini banyak muka muka baru yang dikenalnya duduk dalam kepengurusan Pelti ditingkat provinsi maupun kotamadya/kabupaten. August Ferry Raturandang pertama kali melibatkan diri dalam kepengurusan Pelti di tingkat Pusat tahun 1988 banyak mengenal rekan rekan di Pelti daerah. Bahkan banyak pula yang baru mengenal olahraga tenis sebagai salah satu hobinya sehari hari. Sehingga muncullah birokrasi yang dilakukan seperti dalam pekerjaan sehari hari dari pengurus yang mayoritas adalah kerja di Pemerintahan Daerah setempat, ataupun instansi pemerintah lainnya.

Saat ini ada masalah yang muncul disaat panitia UFO Junior Open berkeinginan untuk bertemu dengan Pengurus Pelti Kota Surabaya justru mendapatkan sambutan kurang menyenangkan, sehingga langsung konsultasi ke Johannes Susanto maupun August Ferry Raturandang. Hal yang sama terjadi disaat pertama kali August Ferry Raturandang menrintis bersama sama Freddy Tedja, Pudji Haripin, Poedji Harianto sebagai orangtua petenis dan UFO Electronic sebagai sponsor kegiatan.
Kali ini dari Pengkot Pelti Surabaya dimintakan untuk presentasi kegiatan tersebut dengan anggota pengurus Pelti Surabaya. Harus dijelaskan maksud dan tujuannya dan lain lain. Ini yang membuat kebingungan bagi penyelenggara yang sudah berkeinginan dan komit akan selenggarakan 7 kali turnamen dalam tahun 2009.

Oleh August Ferry Raturandang, disampaikan agar dibuatkan surat pemberitahuan saja kepada mereka dan jikalau bertemu maka langsung serahkan surat tersebut dan ceritakan saja rencana kerjanya Panitia terhadap turnamen tersebut.

Yang jadi masalaha adalah timbul kesan seolah olah akan dipersulit dan sepertinya harus minta ijin kepada Pelti Surabaya. Ini yang harus diluruskan sehingga anggota pengurus Pelti didaerah harus mengerti dulu dengan ketentuan ketentuan yang sudah dibuat oleh Pelti sendiri. Tidaklah heran ketidak tahuan mereka atas kebijakan kebijakan PP Pelti selama ini dalam menangani turnamen turnamen nasional. Dan lebih penting lagi kebutuhan atlet terhadap turnamen suka diabaikan. Inilah masalahnya.
Saat PP Pelti sedang mempromosikan ke daerah daerah agar membuat Turnamen Nasional sebaiknya tidak dihambat oleh birokrasi yang diciptakan oleh Pelti setempat.

Sewaktu August Ferry Raturandang hendak selenggarakan Turnamen Persami Piala Ferry Raturandnag, mendapatkan SMS dari Sunoto Wakil Ketua Pengprov Pelti Jawa Tengah yang mengatakan terima pertanyaan berupa SMS dari Pengkot Pelti Solo tentang apa tugas yang Pelti dalam pelaksanaan Persami Piala Ferry Raturandang tersebut. setelah menerima berita rencana Persami Piala Ferry Raturandang. Begitu juga SMS datang langsung dari Ketua Pengkot Solo menanyakan apa tugas Pengkot Pelti Solo. Jawaban August Ferry Raturandnag hanya tolong didukung dan informasikan kepetenis Solo saja. Hal ini positip saja bagi August Ferry Raturandang setelah menerima SMS tersebut, mungkin ingin membantu juga tapi masih malu malu.

Dalam bulan ini beberapa kejadian didaerah yang justru menghambat kinerja Pelti Provinsi. Ada kejadian dimana sponsor ingin bertemu Ketua Pengprov Pelti tetapi harus ajukan permohonan dulu dan ditentukan waktunya. Tidak mau terima kalau hanya per tilpon. Begitu juga setelah pengurus dikantik dengan meriah, untuk adakan rapat saja sudah sulit sekali sehingga berbulan bulan kepengurusan tersebut belum lakukan rapat pleno, karena Ketuanya belum ada waktu. Inilah dia repotnya Ketua Pelti didaerah daerah. Jadi, tahu sendiri gimana nasib pertenisan didaerah tersebut.
Pekan Olahraga tenis nasional 2009 merupakan test case bagi tenis didaerah. Berapa banyak Pelti Provinsi yang akan berpartisipasi. So pasti hanya 50 % saja !

Tidak ada komentar: