11 Desember 2008. Hari ini bertemu wasit nasional asal Bandung Eko Supriyatna. Cukup menarik pembicaraan masalah TDP (Turnamen Diakui Pelti) atau bisa disebut juga sebagai kejurnas tenis. Ini sebagai kelanjutan pembicaraan pertelpon masalah tenis di Jawa Barat yang dirasakan sangat minim turnamen nasional.
Eko menyampaikan masalah petenis yunior yang dianggap berbakat dan tidak mampu, dan disampaikan ideanya kalau bekerja sama dengan salah satu bank terkemuka, dimana hadiah pemenang diberikan tabungan.
Idea ini sudah baik, karena sudah mencari solusi atas kemelut TDP Yunior tidak boleh berikan uang kepada pemenangnya. "Mau tahu dampak setelah bertahun tahun TDP Yunior berikan uang, dengan dalih apapun sebagai uang pembinaan ( secara sembunyi2 tanpa diketahui Pelti Pusat). Nah lihatlah berlomba lomba orangtua/pelatih ikuti TDP yunior bukannya menaikkan kategori umurnya tetapi malahan menurunkan kelompok umurnya, dengan cara catut umur, memanipulasi akte kelahirannya. Ini berarti yang dicari petenis lebih tepatnya orangtua atau pelatih bukan PRESTASI tetapi UANG." tanggapan AF Raturandang. Disamping itu tidak mendidik jika pelaksana Turnamen mengiming imingkan hadiah tersebut.
Selanjutnya dikatakan kalau kampanye keorangtua diturnamen Piala FR didaerah selalu sampaikan turnamen yunior bukanlah target putra putrinya. Yunior hanya merupakan tahap pembelajaran. Ibarat sekolah sebagai orangtua mempunyai target adalah lulus sarjana. Kalau masih TK, SD, SMA itu bukan target. Begitu juga dalam kehidupan olahraga tenis yunior."
Selanjutnya mengatasi bagi petenis yunior yang tidak mampu, bukannya berikan hadiah uang tetapi justru siapkan turnamen tunamen sebanyak mungkin dikota masing masing. " Disinilah tugas kita bersama sebagai masyarakat tenis yang peduli terhadap prestasi tenis diwilayah masing masing , bersama sama gotong royong selenggarakan TDP."
Kemudian ditanyakan apakah sulit selenggarakan TDP, jawabannya adalah tidak sulit. "Marilah sama sama mencari permasalahannya, kendalanya kemudian dibuatkan solusinya." ujar August Ferry Raturandang.
Sebagai contoh kota Bandung memiliki fasilitas lapangan tenis cukup banyak, seperti Taman Maluku ( 4 lap outdoor), Siliwangi ( 4 lap outdoor dan 4 lap indor), lapangan Caringin ( 6 lap outdoor), UPI ( 6 lap outdoor), Abadi ( 3 indoor), Sangkuriang ( 4 outdoor) dll.
"Apakah cukup puas dengan 2 TDP yunior di Bandung yaitu Oneject Indonesia (Juni), FIKS-TELKOM (Desember) sedangkan sekolah sekolah tenis cukup banyak. Ada Sekolah FIKS, Wibowo H, Admiral dll. Disinilah masalahnya. Kurang sekali turnamen. Saya buat Persami di Caringin justru kena teror dari klub di Caringin. Aneh kan. Tapi saya akan turun lagi tahun 2009 kembali ke Bandung." ujar August Ferry Raturandang karena sudah ada permintaan orangtua dari Bandung agar kembali selenggarakan Persami FR.
Kasus ada petenis tidak mampu dan dianggap bisa berprestasi kedepan, disampaikan kalau ibarat pelajar yang mau sekolah tidak mampu maka dicari solusinya dengan dicari sekolah gratis. Kalau tidak ada maka buatlah sekolah gratis. Hal yang sama juga di turnamen. " Saya selenggarakan Persami, ada 1-2 petenis yang ikut gratis. Karena termasuk kategori diatas. Ada juga yang gratis karena prestasi juara sebelumnya. Ini tidak perlu diumumkan." Diberikannya pandangan masalah makin banyak TDP dikotanya tentu para orangtua akan SANGAT berterima kasih karena mereka merasa tertolong tidak keluar uang transportasi dan akomodasi jika dilaksanakan TDP dikota lainnya. "Saya sudah banyak orangtua berterima kasih karena buat Persami dikotanya. Ini kenyataan,"
Apa persyaratan TDP ?
Sebenarnya tidak sulit, isi formulr TDP dan kirimkan ke PP Pelti setelah diketahui Penprov Pelti setempat dan bayar sanction fee Rp 500.000. Dalam aturan ITF disebutkan pelaksanaan Turnamen boleh tanpa WASIT daria wal sampai babak kuarterfinal. Hanya ketentuan TDP mencantumkan setiap pertandingan harus pakai wasit. Nah agar mengatasi beban beaya wasit maka penyelenggara bisa kirim surat ke PP Pelti minta dispensasi. Sebagai contoh Panpel FIKS TELKOM 2008 sudah ketemu Ketua Umum minta dispensasi dan diberikan. Tidak sulitkan. Yang penting TDP harus ada Referee."
Diakuinya pula masalah dana terbesar datang dari beaya wasit, ballboys, hadiah, bola , lapangan. "Turnamen tanpa wasit dan Ballboys boleh. Begitu juga hadiah cukup Piala dan Piagam. Ini kan sudah meringankan beban pelaksana." Ini semua pemikiran pribadi August Ferry Raturandang melihat soal TDP. "Saya tidak mau mengatas namakan Pelti dalam membicarakan masalah ini."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar