Kamis, 13 Juni 2013

Kenapa tidak mau belajar dari pengalaman

Denpasar, 12 Juni 2013. Hari ini saya terima SMS dari salah satu orangtua petenis yunior asal Bandung. SMS yang berisi kekecewaannya terhadap pelaksanaan Turnamen yang sudah pouluhan tahun diselenggarakan di Jakarta, Dalam lima tahun terakhir pelaksananya sama saja. Bentuk kekecewaan yang datang akibat perencanaan yang kurang matang. Di turnamen yang mempertandingkan kelompok internasional dan nasional ini mempunyai 2 tenaga Referee yaitu turnamen ITF Junior dan turnamen nasional yang mempertandingkan kelompok umur 16 tahun, 14 tahun dan 12 tahun. Sedangkan yang kelompok internasional itu untuk kelompok umur 18 tahun
.
Dilaporkan kalau anaknya dikelompok umur 14 tahun putri dimana jadwal sign in hari Selasa diberitahu main Rabu jam 11an. Anaknya sudah siap jam 11 pagi tapi sampai jam 19.00 belum dapat jadwal main. Dalam laporannya anak KU 12 baik putra dan putri bisa bertanding sampai 2 kali. Setelah lama ditunggu akhirnya ditunda karena hujan dan sudah terlalu malam.
Disini peserta sangat dirugikan baik materi maupun waktu terbuang. Kenapa bisa terjadi demikian padahal turnamen ini sudah bertahun tahun diselenggarakan. Bagi saya hal seperti ini bukan hal yang baru. Coba cek lagi ke turnamen yang sudah bertahun tahun diselenggarakan masih ada saja kejadian seperti ini. Akibat dari kurang ada keinginan memperbaiki kinerja panpel kalau sudah setiap tahun selenggarakan. Dan saya sering dengar ditahun sebelumnya hal seperti ini sudah sering terjadi. Saya bukan bermaksud mengecilkan kinerja panpel karena mereka sudah lebih berpengalaman selenggarakan turnamen tersebut, tetapi saya yakin sekali setelah pertandingan selesai tidak ada evaluasi pelaksanaannya. Inilah akibatnya.
Munculnya kelemahan pelaksanaan turnamen yang seharusnya organizer mementingkan pelayanan terhadap peserta khususnya anak2 yunior ini. Masih banyak lagi kelemahan kelemahan dari setiap pelaksana turnamen nasional yunior, Seharusnya dalam perencanaan ini pekerjaan dari Direktur Turnamen, kemudian oleh Referee dibuatlah Order of Play berdasarkan perencanaan Direktur Turnamen. Bukan dilepas begitu saja kepafa Referee untuk melaksanakannya,
Dari kelemahan seperti ini maka saya menggagas turnamen RemajaTenis sebagai solusi dari semua kendala. Memang saya akui di RemajaTenis belum sepenuhnya sempurna, tetapi petugasnya mau berupaya memperbaiki kinerjanya dengan sasarannya memuaskan kepentingan peserta.

Tidak ada komentar: