Kamis, 19 Juni 2008

Hadiah dalam bentuk Uang

19 Juni 2008. Masalah hadiah dalam bentuk uang cash tidak diperkenankan di setiap Turnamen Diakui Pelti (TDP) begitu juga turnamen ITF. Tetapi ada cara lain yang bisa diberikan untuk membantu petenis yunior yang cukup diketahui dan diributkan karena kebiasaan selama ini salah. Sedangkan disatu sisi induk organisasi Pelti sudah merencanakan tahun 2008 akan mencek langsung setiap TDP Yunior jika diketemukan adanya hadiah uang maka akan dicabut pengakuan TDP sehingga pesertanya tidak akan mendapatkan PNP.

Hari ini dalam percakapan telpon dengan Ketua Panpel Oneject Indonesia Jahja T Tjahjana dengan August Ferry Raturandang, ada keinginan membantu petenis Indonesia.
Perlu pemahaman yang sama sehingga tidak merusak tatanan turnamen tenis Indonesia. Ada beberapa cara bisa diberikan sebagai pengganti uang pembinaan istilah selama ini digunakan untuk menutupi kesalahan diatas. Ada cara diberikan voucher belanja di supermarket (HERO dll). Tetapi secara pribadi menurut August Ferry Raturandang kurang tepat. Harus dicari jalan lain.
Bisa dengan berikan hadah dalam bentuk kalung mas atau perak maupun cincin kepada pemenang. Tetapi bisa juga diberikan penggantian beaya transportasi maupun akomodasi.
Jika pemberian akomodasi agar bisa menaikkan kategori TDP merupakan salah satu solusi, dan diberikan kepada peserta babak utama, ini berarti tergantung besar kecilnya undian (draw) yaitu sekitar 32-64 orang. Hanya menjadi masalah maka beaya akan lebih besar karena yang digunakan adalah official hotel dgn harga sekitar US 60.00. Turnamen ITF Junior grade 2 diwajibkan peserta babak utama mendapatkan fasilitas akomodasi dihotel dan diberikan selama masih bercokol di babak utama. Jika saat itu kalah maka mulai saat itu tidak diberikan fasilitas free hospitality.

Jika diberikan dalam bentuk lucky draw tentunya diberikan barang kepada peserta, bukannya uang. Bagaimana jika diberikan penggantian transportasi dan akomodasi kepada pemenang.? Ini satu solusi juga tetapi masing masing petenis punya pengeluaran yang berbeda. Ada yang menginap di hotel berbintang tetapi banyak juga yang menginap di hotel murah. Tergantung selera. Jadi besar kecilnya akan berbeda.

"Bagaimana jika diberikan kepada yang tidak mampu , karena informasi didapat banyak yang tidak mampu." ujar Jahja Tear Tjahjana. "Waduh kalau klausulnya demikian bisa bisa semua mengaku tidak mampu. Dimana ukuran tidak mampu tersebut." ujar August Ferry Raturandang.

Inisiatip berikan bantuan dalam bentuk dana mengingat kesulitan dari setiap petenis cukup besar, patut juga dihargai. Hanya masalahnya agar tidak ada kesan pemberian uang sebagai iming iming kepada pemain itu yang tidak benar. Jika hadiah sebagai iming2 suatu turnamen yunior, itu yang tidak dibenarkan. Karena ada TDP Yunior jelas2 menyebutkan dalam pemberitahuannya adanya hadiah sejumlah uang puluhan juta. Maka TDP tersebut akan kena sebagai pelanggaran aturan TDP Kelompok Yunior.

Ada pemikiran yang mungkin bisa digunakan adalah jumlah dana yang diberikan tidak diumumkan tetapi bantuan beaya transportasi dan akomodasi diberikan kepada 4 petenis setiap kelompok umur kecuali KU 12 tahun, yang jumlahnya sama. Dan jumlahnya sama besar baik sebagai juara, runner up dan semifinalis. Dengan catatan baru bisa diambil saat penyerahan hadiah pemenang dan tidak boleh diwakilkan. Yang menerimapun harus Orangtua, bukan petenis yang bersangkutan ataupun pelatih. Kalau ingin dilaksanakan idea ini maka sebaiknya beritahu secara tertulis ke PP Pelti agar tidak disalahkan, untuk mendapatkan restunya.

Ini baru satu pemikiran yang akan dibicarakan dengan tenang tanggal 21 Juni 2008, siapa tahu ada idea lainnya silahkan saja hubungi 08561900943.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Hadiah dalam bentuk uang...

Mungkin agak sedikit kasar karena mereka (yunior khususnya) masih 'dianggap' anak-anak meski KU 16 tahun. Tapi saya rasa itu sesuai dengan 'kehendak' para pelaku tenis (atlet dan orangtua).

Kita lihat saja Indonesia, jangan lihat negara lain (Asing). Saya melihat ada beberapa turnamen yang memang ngotot tidak memberikan hadiah uang karena berbagai kepentingan. Itu juga tidak salah karena melihat dari sisi sebagai pihak penyelenggara, meski gondok, peserta tetap saja membludak hehehe...

Bila Pelti 'MELARANG' panitia turnamen memberi hadiah uang, saya yakin, dari sisi 'bisnis' turnamen, orang atau panitia akan 'keluar dari jalur' turnamen resmi PELTI atau TDP yang notabene hanya mendapatkan poin saja.

Turnamen 'swasta' (begitu saya menyebutnya) akan lebih leluasa karena diluar pengawasan PELTI (bukan TDP)..akan lebih ramai dan semarak. Bahkan mungkin akan menjamur karena berlimpah hadiah uang. Saya yakin hal ini yang akan diburu oleh peserta.

Nah, agar Pelti tidak kehilangan muka dengan adanya penyelenggaraan turnamen swasta tersebut, tidak ada salahnya bila TDP juga memberikan hadiah uang. Mungkin hanya pengungkapan bahasanya saja yang agak diperhalus. Seperti yang terjadi dibeberapa daerah.

Kita tidak bisa menutup muka dengan hal itu (pemberian hadiah uang karena peserta juga butuh uang untuk ikut turnamen).

Saya jadi teringat rekan saya yang juga petenis senior pernah bercerita bahwa untk mengikuti turnamen saat ia masih yunior dulu, harus memenangkan pertandingan untuk bisa ikut dalam turnamen selanjutnya. "Makanya saya latihan serius kalau ada turnamen yang berurutan. Soalnya kalau tidak juara, minimal semifinal, saya cuma bisa ikut satu turnamen karena bapak tidak punya duit untuk berankat ke turnamen berikutnya.."kisahnya pada saya.

Padahal dia petenis yang berbakat dan berpotensi menjadi petenis nasional. Tapi apa mau dikata...

Mungkin itu hanya sebagaian kecil kisah yang saya dapatkan dari kedekatan saya dengan beberapa petenis.

Ada lagi yang harus, dengan terpaksa, 'menjual' anaknya untuk dijadikan bahan taruhan para maiak 'judi' agar bisa menutupi biaya penginapan, makan dan biaya untuk pulang. Miris bukan...??

Saya harap PELTI ataupun penyelenggara turnamen juga bisa mensiasati hal ini karena bagaimanapun, Pelti kan tidak hanya mengurus petenis-petenis TOP saja...kalau memang benar demikian.

Saya dan rekan-rekan sendiri pernah menyelenggarakan pertandingan. Saya tegaskan bahwa minimal hadiah (uang) paling rendah bisa menutupi biaya pendaftaran dan uang makan selama dua hari. Alhasil, banyak orangtua yang mengucapkan terima kasih kepada saya dan rekan-rekan selaku penyelenggara...meski akhirnya kami harus 'tekor' karena tidak mendapatkan keuntungan dari penyelenggaraan tersebut hehehe...

Semoga tulisan ini bisa menjadi bahan renungan bagi insan tenis khususnya pengunjung afraturandang.blogspot.com agar kita bisa memberikan yang terbaik bagi pertenisan Indonesia...meski sebatas wacana.

Salut juga dengan AFR atas wadah blog-nya hehehe...sosialisasikan saja di Majalah TENNIS, Om..biar rame...hehehe...

Tq.

-rovitavare-