Selasa, 16 Juli 2013

Setiap Era Pelti selalu ada saja masalahnya

Jakarta, 16 Juli 2013. Semua pihak harus berlapang dada dan saling dukung terhadap kegiatan pertenisan di Tanah Air kita. Karena jika sampai ada ketidak harmonisan antar rekan2 sendiri maka seharusnya memakai kaca mata yang sama, bukan dengan kaca mata sendiri sendiri. Kita harus akui masyarakat tenis termasuk pelaku pelaku tenis itu multi ragam datangnya sehingga bisa terjadi perbedaan persepsi. Tetapi seharusnya tidak bolah terjadi didalam kepengurusan induk organisasi mulai tingkat Pusat sampai tingakt Cabang di Kabupaten ataupun Kotamadya. Yang lebih menyedihkan ego nya lebih menonjol dibandingkan kepentingan nasional.
Ini terjadi bukan hanya diolahraga tenis tetapi juga di cabang olahraga lainnya, sehingga lebih seru polemiknya dibandingkan prestasinya. Ini yang harus disadari kalau mau memajukan tenis Indonesia.

Saya harus akui kalau selama ini saya ikuti pertenisan nasional selama duduk dalam kepengurusan induk organisasi selalu ada permasalahan perbedaan persepsi tersbut.
Mulai dari kepengurusan Moerdiono ( alm) tahun 1986-1990, sudah ada masalah yang muncul tetapi langsung diatasi oleh Ketua Umumnya yag waktu itu sebagai Menteri Sekretariat Negara. Jadi selesai sudah baik itu serangan2 datang dari dalam maupun luar.
Kemudian diganti ole Cosmas Batubara (waktu itu Menteri Tenaga Kerja) dalam dalam 2 tahun periode pertama lancar saja tetapiuntuk 2 tahun berikutnya Cosmas tidak duduk sebagai Menteri lagi maka mulailah muncul ego masing masing pengurus. Setelah itu diganti oleh Sarwono saya tidak duduk dikepngurusan Pelti Pusat tetapi ke Pengda Pelri DKI Jakarta,
Disini juga muncul permasalahan apalagi ditengah jalan Sarwono Kusumaatmaja tidak jadi Menetri lagi mencuatlah permasalahnnya. Setelah itu digantikan oleh Menteri BUMN Tanri Abeng, ditengah jalan tidak jadi Menetri maka muncullah masalah baru. Saya muali masuk kedlaam sehingga saya bisa melihat bagaimana keadaan didalamnya ada tokoh pengusaha kakap. Ini lebih ribet lagi, sekjennya pengusaha kakap, ketua bidangnya ada 3 pengusaha kakap juga. Muncullah perbedaan persepsi dan masing masing bertahan dengan argumennya. Bayangkan saja bisa terjadi sikap yang anti pati dimana surat keputusan Ketua Bidang bisa dirobek oleh petinggi lainnya (bukan Ketua Umum). Apa ini tidak bikin sakit hati.
Disini lebih hawat lagi karena jadi bulan bulanan media sehingga dimedia massa muncullah polemik polemik tersebut. Sumbernya justru dari dalam anggota pengurus sendiri.
Masuk ke era Martina Widjaja yaitu tahun 2002 sampai 2007. Kepengurusan disini lebih solid, bukan berarti tidak ada masalah. Tetapi karena Pengurus Hariannya adalah petenis aktif sewaktu yunior (kenalnya diturnamen nasional yunior), sehingga polemik didalamnya bisa diselesaikan secara internal. Saya sendiri dipesan oleh Martina Widjaja kalau harus bisa membedakan selaku Pengamat Tenis dan Pengurus Pelti. Disinilah saya kemudain tidak terlalu aktip menulis di media massa.
Memasuki periode kedua, kepengurusan berjalan lancar lancar saja kecuali menjelang akhir masa kepengurusan mulailah keluar semua uneg uneg pengurus , mulai ada yang ngambek da lali lain. Cukup seru juga ya. Karena saya mnyadari kalau anggauta pengurus itu volunteer bukan profesional alaias digaji. 
Timbul pertanyaan untuk kepengurusan yang baru ini 2012-2017, apakah ada masalah? So pasti ada hanya bedanya kalau kepengurusan yang lalu lalu masalah muncul dipertengahan atau akhir masa kepengurusan tetapi ayng satu ini berbeda, karena kelihatannya permasalahan muncul justru diawal kepengurusan . Kok bisa begitu ya, karena belum ada satu persepsi didalamnya. Ya, kalau begitu sebagai penonton yang baik, saya anjurkan saja "wait and see " agar mereka bisa selesaikan masalah internalnya dulu.
. .

Tidak ada komentar: