Selasa, 10 Juli 2012

Referee tidak konsisten

Pekanbaru, 9 Juli 2012. Ada satu masalah selama ini yang mengganjel didalam pertenisan kita ini. Masalah ini sebenarnya disebabkan oleh tidak pedulinya bagi pelaku pelaku sendiri. Khususnya masalah ini di suatu turnamen tenis. Seperti kita ketahui kalau turnamen tenis itu sudah ada aturan mainnya yang baku Mulai dari turnamen internasional maupun nasional. Yang nasional sudah ada dalam Ketentuan TDP (Turnamen Diakui Pelti). Ketentua ini awalnya saya sendiri yang membuatnya ditahun 1988, dan selama ini sudah ada beberapa korksi koreksinya. Disetiap turnamen ada aturan mainnya dan jika ada pelanggaran maka ada hukumannya yang dipertenisan disebut penalti. Tetapi kalau saya lihat dan amati tidak semua pelaku turnamen khususnya yang menjalani atau sebagai pengawal aturan adalah petugas Referee. Saya kali ini bersama dengan rekan Referee Sukardi yang saya tahu orang paling kaku terhadap penerapan aturan aturan turnamen. beberapa kali sejak dulu saya selalu berkonsultasi dengannya tentang masalah penerapan aturan. Dan saya tahu dialah yang paling setia jalankan aturannya. Tetapi belakangan dia sendiri sudah frustasi karena induk organisasi tidak peduli dalam jalankan aturan tersebut. kenapa demikian? Sebenarnya setiap pelanggaran oleh petenis disuuatu turnamen selalu ada hukumannya yaiti dituangkan dalam code of conduct. Untuk kelompok yunior hanya dikenakan hukuman dalam bentuk angka atau poin, sedangkan kelompo seniro dalam bentuk hukuman denda uang. Sukardi pernah terapkan disutu turnamen ternyata ada satu petenis nasional yang dikenakan hukuman denda Rp. 500 rb dan tidak boleh ambil uang hadiahnya. Dan dia selaku Referee tersebut sudah umumkan masalah itu. Tetapi secara diam diam panitia memberikan juga hadiahnya. Entah kenapa saya sendiri tidak tahu. Saya hanya dengar ceritanya sendiri. Dan saya ajukan jempol kepadanya masalah ini. Ternyata belakangan ini banyak sekali pengunduruan diri pemain dari suatu turnamen baik yang sudah masuk dalam babak utama ataupun babak kualifikasi. Pengunduran diri tersebut ternyata tidak resmi, maksudnya tidak melalui pemberitahuan resmi atau dalam bentuk tertulis baik melalui surat ataupun email. Hanya melalui telpon langsung kepada Referee. Dan anehnya dilayani juga. Ada aturan yang jelas jika setelah entry deadline maka pengunduran diri tersbut aan kena sangsi dalam bentuk denda uang yang bisa dipotong dari turnamen yang akan datang dimana petenis tersbut ikut serta. Nah, ini yang perlu ditertibkan dan harus berani memberikan sangsi tersebut. Ternyata ada kecendrungan ketakutan Referee tersebut menerapkan sangsi . Kenapa ?

Tidak ada komentar: