Minggu, 16 November 2008

Tanpa Prize Money di Surabaya

Surabaya, 16 Nopember 2008. Pelaksana turnamen tenis yunior Widjojo Soejono Semen Gresik di Surabaya menyadari akan aturan aturan yang sedang digalakkan oleh induk organisasi tenis yaitu PELTI. Pemantauan August Ferry Raturandang bisa melihat langsung final yang berlangsung di lapangan tenis Brawijaya Surabaya.
"Apa panpel sediakan hadiah uang ke pemenang? " pertanyaan ditujukan kepada Humas PengProv Pelti Indro Sulistyo yang juga hadir di lapangan Brawijaya. " Tidak." jawabnya. Begitu ketemu Irmantara Soebagyo sebagai Tournament Director dan juga Sekretaris Pengprov Pelti Jawa Timur, pertanyaan yang sama ditujukan kepadanya. " "Kan tidak boleh oleh PP Pelti." ujarnya.
Langsung oleh August Ferry Raturandang disambut dengan guyonan cara khas Surabaya. "Nek kei duit, tak pateni sisan." Demikian pembicaraan sambil bercanda dilapangan tenis Brawijaya disaat final tunggal putra maupun putri.
Sewaktu itu terlihat acara pemberian hadiah kepada pemenang kelompok nasional. Pemenang diberikan medali, piagam dan sovenir. Karena tidak sopan kalau mau cek kebenaran dari obrolan dengan anggota Pelti Jawa Timur, maka August Ferry Raturandang mencek ke peserta yang dari luar kota yaitu dari Bali. "Hanya terima medali, piagam dan lain lain." jawabnya pelatih Wayan Sadar dari Bangli. "Apa diberi uang ?" Ternyata dapat jawaban bahwa dari panitia tidak boleh beri uang sesuai peraturan. Wah, lega juga kalau turnamen ini yang jauh dari Jakarta mau mengikuti aturan aturan yang sudah baku selama ini.
Menurut August Ferry Raturandang ada satu kesalahan fatal dilakukan pelaku pelaku tenis di Tanah Air. Yaitu turnamen yunior digunakan sebagai TARGET atau sasaran dalam pembinaan. Seharusnya selama masih yunior maka harus digunakan sebagai tempat pembelajaran. Target baru dilakukan disaat senior atau diatas 18 tahun. Akibatnya banyak cara cara diluar norma norma untuk mengejar target tersebut. Apa jadinya, banyak petenis memalsukan usianya untuk menjadi juara dikelompok umur dibawahnya.
"Janganlah diwajibkan anak anak menjadi juara. Mereka seharusnya menikmati dulu pertandingan tenis ini. Tekanan orang tua ataupun pelatih sebenarnya suatu bumerang bagi pembinaan atletnya sendiri." ujar August Ferry Raturandang kepada rekan rekan di Surabaya.
"Nanti diakhir Nopember 2008, di Surabaya diadakan turnamen yunior KONI Surabaya." demikian informasi ini disamopaikan kepada August ferry Raturandang. "Kenapa tidak jadi TDP saja." tanya August Ferry Raturandang.
Tepat pukul 20.00 August Ferry Raturandang kembali ke Jakarta bersama istri dengan Mandala. Sudah lama tidak pernah bepergian bersama keluar kota dengan istri. Biasanya selama ini baik pergi maupun kembali ke Jakarta berbeda penerbangan. Waktu berangkat ke Surabaya, istri sudah berangkat tanggal 13 Nopember 2008, sedangkan August Ferry Raturandang Sabtu siang. Kedatangan ke Surabaya untuk menghadiri pernikahan keponakan dari istri di Surabaya, putri dari Johannes Ferdinand Raintung. Dan kesempatan ini pula digunakan melihat final turnamen tenis yunior.
Badan terasa capek, karena perjalanan padat keluar kota. Dari Ternate tiba Jumat 14 Nopember 2008, besoknya terbang lagi ke Surabaya. Sebenarnya dijadwalkan pula tanggal 17 Nopember 2008 ke Bengkulu, tapi dibatalkan. Capeek deh.

Tidak ada komentar: