Rabu, 19 November 2008

Moral Petenis Muda Dipertanyakan

Jakarta, 19 Nopember 2008. Kekesalan muncul dari orang tua terhadap perilaku anak anak muda sudah sering terjadi didalam suatu rumah tangga atau keluarga. Tetapi hari ini August Ferry Raturandang mendengar keluhan dari seorang tua yang lebih tua setahun diatas usianya menceritakan apa yang terjadi dari perlakuan seorang petenis nasional terhadap dirinya. “ Kalau menurut loe Fer, apa yang harus dilakukan?” tanya orangtua tersebut kepada August Ferry Raturandnag. “ Oh , gue gampar.” Ujarnya langsung semua yang ikut mendengarkan tertawa termasuk Christian Budiman yang lebih muda darinya.
Sebagai seorang manajer tim nasional, telah berikan hal yang terbaik bagi petenis nasional khususnya yang dipersiapkan untuk tim nasional maupun program Menegpora yaitu PAL (program atlit andalan). Orangtua tersebut yang juga sebagai penanggung jawab bidang pembinaan senior diinduk organisasi tenis, telah mengajukan nama nama petenis muda kedalam program PAL tersebut. Begitu juga nama nama pelatih yang dinominasikan bersama atlet2 tersebut.

Kejadian yang mencuat sehingga sang orangtua tersebut naik darah, sewaktu diadakan Lokakarya “Team Building” 9-13 Nopember 2008 di Resort Gunung Geulis Bogor. Kehadiran kedua Ayah dan Ibu petenis top Indonesia tanpa sepengetahuan induk organisasi mengikuti lokakarya resmi diadakan oleh Kantor Menegpora. “Yang dipertanyakan kehadirannya sebagai apa? Seorang Ibu bukan pelatih dan Bapak sebagai pelatih. Sedangkan pelatih resmi bukan Ayah dan Ibu tersebut. Kok diterima dan mendapatkan fasilitas2 seperti peserta resmi.”

Disamping itu pula selama berada ditempat tersebut, orangtua ini dilecehkan sekali oleh ulah keluarga ini mulai Ayah, Ibu dan anak petenis top Indonesia. “Gua tidak disapa sama sekali oleh mereka ini. Gila nggak. Gue sebagai orangtua bukan sebagai manajer tim merasa tersinggung berat. Apa salah gue ? “

Tetapi dikatakan pula petenis tersebut tetap dinominasikan dalam tim Davis Cup 2009.
Yang menjadi pertanyaan saat ini, dimana tata krama sebagai bangsa Indonesia telah diremehkan oleh keluarga tenis pula. Sediih rasanya. Tapi tidak heran kalau yang lakukan adalah Warga Negara Asing, karena sebagai WNI tentunya masih punya moral

Tidak ada komentar: