Jumat, 14 November 2008

Panpel POPWIL V Sangat Mengecewakan

13 Nopember 2008. Hujan turun dengan deras dikota Ternate membuat badan tidak nyaman ditambah dengan situasi kepanitiaan POPWIL V yang minim pengalaman. Akibatnya harus kerja keras untuk mensukseskan POPWIL V di Ternate, tapi dampak lainnya hati kesal dengan ketidak pastian diberikan kepada August Ferry Raturandang oleh Panpel POPWIL V di Ternate. Ingin marah tetapi merasa sebagai bagian dari resiko pekerjaan, sehingga bisa menahan kemarahan selama ini.
Rencana kembali ke Jakarta hari ini karena sudah selesai tugas , ditunda sesuai dengan permintan dari Sekretaris Panpel Achmad Ismail yang meminta agar ditunda ke 14 Nopember 2008 karena ada pesanan dari Kepala Dispora Provinsi Maluku Utara Drs. Jaffar Umar yang ingin bertemu sambil makan malam sebelum August Ferry Raturandang kembali ke Jakarta sebagai bentuk terima kasih. Ini juga sekedar janji yang akhirnya berlalu seperti tidak ada apa apa.
Angin segar disampaikan karena bantuan August Ferry Raturandang sehingga dana alokasi untuk panpel tenis bisa dihemat. Dari Rp 50 juta yang disetujui ternyata bisa hemat diperkirakan sekitar Rp. 30 juta, bahkan bisa lebih penghematannya. Hal itu diakui oleh Kepala Dispora Provinsi Malut melalui Achmad Ismail.

Setelah selesai pertandingan beregu sehingga sudah ada 2 tim putra (Papua dan Sulut) dan 2 tim putri (Sulut dan Gorontalo) yang dipastikan lolos ke POPNAS 2009 di Yogyakarta, August Ferry Raturandang merencanakan kembali ke Jakarta secepatnya dan sudah disetujuinya.
Semalam (12/11) sempat bertemu Sekretaris Panpel sambil menunggu Bendahara Panpel yang dijanjikan datang membawa tiket August Ferry Raturandang , ternyata sampai pukul 24.00 belum juga muncul. Banyak janji janji yang sebenarnya tidak perlu dilakukan oleh Panpel kepada August Ferry Raturandang, yang ternyata tidak bisa dipenuhinya, sehingga menambah ketidak percayaan terhadap Panpel. Mulailah kesabaran diuji terhadap janji janji tersebut. Mulai dari tiket yang sangat ditunggu tunggu ditambah dengan janji janji lainnya.
Kaget juga, malam ini juga sampai pukul 22.00 belum ada kepastian tiket kembali ke Jakarta yang direncanakan besok pagi dengan Batavia pukul 07.00. Bisa dibayangkan sampai pukul 22.00 belum ada kepastian. Ini pengalaman pertama berhubungan dengan Panitia didaerah membuat hati tidak tenang, padahal mata sudah ingin tidur karena kecapekan. Capek, karena setiap turun hujan harus turun membersihkan lapangan. Ibarat olahraga saja.
Kontak dengan telepon seluler tidak diangkat, begitu juga kirim SMS berkali kali tidak ada respons. Ini tambah membuat ketidak pastian.
Kontak langsung ke Bendahara Panpel Rahmat, ternyata dapat jawaban akan di pesan untuk besok. “ Lho, kok baru mau booking. Berarti tambah tidak pasti. Ketika ditanyakan kembali yang bersangkutan langsung menjawab akan datang ketemu.” Puyeng sudah kepala dibuat . Ini menunjukkan kinerja Panpel masih jauh dari harapan."

Tenis, sudah berhasil berjalan tanpa didampingi Panpel lainnya, bahkan August Ferry Raturandang bersama dengan Irianto Rompas selaku Referee bekerja sendiri mengatur pertandingan. Jabatan rangkap sebagai tournament desk tanpa dilengkapi computer dan printer tetap dijalankan tanpa ada gangguan.
Bahkan Irianto Rompas sempat nyeletuk. “ Baru kali ini kerja merangkap dengan tournament desk. Seharusnya dapat bonus kita ini.” Ujarnya. Pengalaman August Ferry Raturandang disetiap multi event mulai POPNAS , PON maupun SEA Games, baru kali ini terjadi seperti ini. Sangat pahit sekali.

Berbagai pikiran jelek mulai menghantui August Ferry Raturandang terhadap cara kerja Panpel POPWIL V. Ditambah lagi masukan dari rekan rekan di Ternate termasuk sopir yang selalu mengantar Technical Delegate bersama Referee menyampaikan kebiasaan buruk di Ternate. “ Orang sini yang pertama dipikirkan adalah untuk diri sendiri, baru orang lain.”

Wah, mulai bertambah besar ketidak percayaan terhadap masalah dana yang akan diberikan. Betul juga, awalnya diberitahukan sesuai standar dari Ktr Menegpora, tetapi kenyataannya berbeda. Seharusnya dalam penyelesaian administrasi keuangan sudah harus jelas termasuk bukti bukti yang telah dilampirkan. Karena masih ada yang ganjil , langsung saja ditanyakan. “Mana uang tiket saya yang dari Jakarta ke Ternate.” Pertanyaan August Ferry Raturandang kepada Bendahara Panpel Rahmat. Padahal sudah beberapa hari lalu bukti tiket sudah diberikan ke Sekretaris Panpel. Kenapa masih ditanyakan nilainya berapa. Waduh, begini cara kerja mereka . Kalau tidak ditanya tentu tidak diberikan.

Sebelum kedatangan Bendahara Panpel yang dihubungi langsung oleh August Ferry Raturandang, kamar August Ferry Raturandang kedatangan salah satu anggota Panpel. “Tolong saya dibantu, saya menanyakan kepastian tiket saya. Saya bukan mengemis kesini. Tapi tolong diperhatikan. Bukan dengan cara begini kami diperlakukan Panpel POPWIL V . Cukup sudah bantuan selama ini saya berikan tetapi apa yang kami terima seperti ini sangat tidak layak. Bisa saja waktu itu saya stop seluruh pertandingan, tetapi saya selamatkan tenisnya." ujar August Ferry Raturandang.

Akhirnya disaat mata sudah tidak tahan untuk menunggu janji janji mereka, tiba tiba telpon kamarpun berdering. Ternyata tiket yang diminta sudah ada. Berarti besok sudah bisa kembali ke Jakarta, karena masih banyak lagi yang akan dikerjakan, termasuk persiapan Davis Cup by BNP Paribas antara Indonesia dan Kuwait tangal 6-8 Maret 2009.

Tidak ada komentar: