Kamis, 21 Februari 2008

Suka Duka Selenggarakan Persami


Suka duka selenggarakan turnamen tenis yunior Sabtu Minggu yang lebih dikenal sebagai Persami cukup banyak dialami AFR sejak dicetuskan pertama kali saat duduk dalam kepengurusan Pengda Pelti DKI Jakarta (1994-1998).
Tujuan dari Persami adalah mengatasi permasalahan kekurangan sponsor dimana setiap selenggarakan turnamen tenis membutuhkan beaya yang cukup besar. Akibatnya saat itu ada kecendrungan adanya penurunan frekuensi turnamen tenis nasional maupun internasional. Kemudian oleh AFR dikembangkan dengan menjadi Persami Piala Ferry Raturandang dengan tujuan menjadikan turnamen adalah kebutuhan. Awal tahun 2008 sudah memasuki pelaksanaan Piala Ferry Raturandang ke 51 kali.
Saat masih bernama Persami, banyak omelan ataupun cemohan dikeluarkan oleh keluarga peserta karena pelaksanaannya hanya 2 hari yang dianggap sangat berat. Cemohan dalam bentuk ungkapan langsung kepada AFR didepan orangtua lainnya. “Wimbledon saja tidak seperti ini. Ini turnamen apaan.” Salah satu bentuk cemohan. Karena dalam pelaksanaan pertandingan saat itu hanya menggunakan satu set saja yaitu siapa yang mencapai 6 games pertama maka menang. Memang dalam suatu turnamen tenis ditentukan setiap pemain bertanding dalam sehari hanya boleh 2 kali saja. Dalam turnamen resmi tentunya system pertandingan minimal the best of 3 artinya bisa 2 set( 6 games) atau 3 set maksimal. Jadi kalau dalam 2 hari tentunya masih mungkin bertanding maksimum12 kali 6 games dengan asumsi setiap bertanding terjadi 3 sets. Sedangkan saat itu ada salah satu anak bertanding sampai 7 kali @ 6 games saja. Karena yang beri komentar sayalihat bukan pemain tenis, maka saya tidak mau bereaksi.

Suatu saat 2007, AFR kedatangan tamu kekantor PB Pelti Senayan yaitu Tony Sangitan yang mewakili Panitia turnamen Bakrie Men’s Futures 2008. mau ketemu Ketua Bidang Pertandingan PB Pelti Enggal karjono. Sambil menunggu sempatlah ngobrol2 di ruang tamu.
Pertanyaannya dengan gaya yang tidak enak dilihat bagi yang belum mengenal Tony Sangitan. “ Apa hasil dari Persami selama ini sudah dilaksanakan oleh Pakar Persami ? “
Karena motivasi pertanyaan ini sudah melenceng dari sebenarnya (penilaian AFR saat itu karena biasanya menjelang Munas Pelti 2007 ada intrik2 yang masuk), sehingga tentunya jawaban AFR juga disesuaikan dengan situasi. “ Kagak pusing lah yang penting buat Persami. Gua bukan Pembina.” Itu jawaban konyol yang sengaja memancing kelanjutan pembicaraan. “Tidak bisa begitu dong, harus ada tujuannya. Terlpas dari cari untung harus ada dong.” Tambah sewot juga. Menghadapi serangan ini AFR menjawab dengan merendah saja, tidak perlu tinggi hati. “ Oh, ya , kalau begitu saya sih mau claim bahwa ini petenis petenis hasil Persami yang saya buat. Anda kenal petenis Indonesia yang namanya Sandy Gumulya, Beatrice Gumulya, JessyRompies, Grace Sari Ysidora, Sandy Purnomo, Sonny Purnomo, Ayrton Wibowo dan banyak lagi. Sewaktu usia sekitar 10 -12 tahun pernah ikuti Persami yang saya buat di Jakarta (Kemayoran). Tapi sekali lagi saya katakan saya tidak bilang kalau mereka hasil Persami. Kecuali Grace Sari yang Ibunya selalu menyampaikan kalau Grace Sari itu hasil Persami.” Akhirnya pertanyaan berikut tidak muncul lagi. Pembicaraan berpindah ke persoalan lain.

Ada kejadian lucu di lapangan tenis Caringin Bandung. Lapangan tenis Caringin di Bandung sebenarnya tidak disenangi oleh petenis asal Bandung sendiri. Dianggapnya jauh dan kumuh karena letaknya dibelakang Pasar Induk Caringin. AFR tetap promosikan Persami Piala Ferry raturandang di lapangan tenis Caringin sampai awal 2008 masih tetap digunakan. Memang melihat lapangan ada 6 dan tempat penonton cukup bagus, sehingga secara konsisten dilaksanakan di Caringin. Suatu saat salah satu Ibu dari petenis putrid kembar, kalau tidak salah namanya Shinta, sudah mengumpulkan uang pendaftaran peserta 6 petenis dari klubnya yaitu Octa Daya Sport yang bermarkas di Caringin. Tetapi uang ditarik lagi dari petugas pertandingan yang duduk dimeja pertandingan. Setelah selesai pertandingan baru saya dilaporkan tetapi Shinta sendiri sudah tidak ada. Komentar AFR saat itu hanya menyalahkan petugas pertandingan karena sewaktu sign in tidak langsung diminta uang pendaftaran yang hanya Rp. 100.000. “ Ya, tidak dibayar saya tidak jadi miskin, dibayar juga saya tidak jadi kaya.” komentar AFR ke petugas lapangan.
Setelah kejadian tersebut AFR selalu menerima SMS yang tidak ditanggapi oleh AFR. Sebagai contoh kalau kirim SMS ke anggota klub tsb di Bandung selalu dapat tanggapan aneh. Seperti " Ngapusi Wong Cilik"

Karena sudah menggunakan nama Piala FR maka tentunya dipakai Piala yang lebih mahal dari Jakarta. Sering terjadi sudah pesan piala ternyata jenis pertandingan salah satu kelompok umur batal sehingga piala akan berlebihan. Untuk efisiensi maka dibuatlah Piala tanpa labelnya yang akan menyusul. Saat itu putri2nya mendapatkan piala yang cukup bagus (beli di Medan) dari gelas. Beberapa kali bawa label dikesempatan Persami Piala FR tidak ketemu sehingga belum kesampaian. Begitu ketemu bawa pialanya dikembalikan dalam keadaan sudah kumuh dan terlepas dari gagangnya untuk diperbaiki.. Ini sama saja tidak menghargai turnamen namanya. AFR sendiri sering mendengar cemohan soal Persami dilontarkan didepan AFR yang tidak diketahui maksud dan tujuannya. Tapi anehnya mengejek petenis yunior lainnya karena ikut Persami FR , putrinya sendiri ikut didaftarkan juga.
Ada lagi SMS yang masuk dari pelatih di Palembang yang dikirimkan ke Alfred Raturandang dan diforward ke ponsel AFR. Isinya katakan kalau AFR selenggarakan Persami di Palembang tujuannya mencari keuntungan. Karena kenal siapa orangnya, AFR langsung reply ke Alfred Raturandang untuk diteruskan kepada yang bersangkutan. Isinya cukup konyol, yaitu kalau pelaksana turnamen tidak untung itu adalah goblok per goblok goblok. Ini hanya reaksi untuk menenangkan hati saja. Gitu aja repot repot.

Begitu jumpa pelatih Palembang tersebut, AFR cuma katakan kalau Anda sebagai anggota Pengurus Daerah Pelti sebaiknya jangan banyak keluhan atas kinerja Pengda Pelti didaerahnya. Lakukanlah sesuatu demi tenis didaerah sendiri. Karena sifat yang selalu mengeluh soal Pengda peltinya yang selalu berulang ulang datangnya tetapi tidak bisa memecahkan persoalan tersebut.
Banyak tantangan dihadapi tapi tetapi kepuasan didapat karena tujuan sebenarnya, Turnamen adalah Kebutuhan Atlit sudah tercapai. Buktinya saat ini di Jakarta saja sampai berebutan ambil hari untuk Persami. Ada Persami ST KTC, Persami STAW, Persami Rasuna dll.

Tidak ada komentar: