Jumat, 29 Februari 2008

Apakah Harus Minta Ijin PB Pelti ?

“Apakah harus minta ijin PB Pelti ?”
Begitulah pertanyaan datang dari Sekretaris Pengda Pelti DKI Jakarta ( 2004-2008) , MF Siregar . Semua tokoh olahraga Indonesia so pasti kenal dengan MF Siregar, seorang tokoh olahraga nasional bahkan ketingkat internasional yang dimiliki Indonesia, mantan Sekjen KONI Pusat, mantan Asisten Menteri Negara Pemuda dan Olahraga. Kenapa muncul pertanyaan tersebut, karena saat itu Pengda Pelti DKI Jakarta akan selenggarakan eksibisi tenis dengan mendatangkan petenis dunia yang cantik asal Argentina Gabriella Sabatini. Saat itu AFR langsung menjawab tidak perlu. Tapi karena kurang yakin, diberilah buku Anggaran Dasar dan Anggaran Riumah tangga (AD &ART ) Pelti untuk dipelajari dulu. Memang dalam AD & ART dikatakan semua kegiatan tenis di Indonesia harus diketahui oleh Pelti. Sehingga pengertian AFR tidak ada kata yang mengatakan harus minta ijin ke Pelti.
Untuk meyakinkan Bapak MF Siregar, AFR beri contoh, kalau cucu Bapak MF Siregar mau sunatan, apakah harus minta ijin ke kakeknya. Sedangkan putranya sudah tinggal sendiri tidak dalam satu rumah. “Cukup memberi tahu atau mengundang. Ini contoh Pengcab atau Pengda Pelti maupun PB Pelti adalah ibarata Kakek, anak dan cucu.” Demikianlah penjelasan AFR saat itu. Memang MF Siregar sudah mengetahui betul kurang harmonisnya hubungan kerja Martina Widjaja dengan Sekjen PB Pelti (1994-1998)

Awalnya rencana eksibisi ini muncul setelah ada berita media cetak diawal tahun 1994 kalau Spectrum (yang bermarkas di Hongkong) ingin selenggarakan eksibisi petenis kondang Steffi Graff gagal karena tidak didukung oleh PB Pelti (1994-1998) khususnya Sekjen PB Pelti.
Martina Widjaja saat itu sebagai Ketua Pengda Pelti DKI Jakarta dan merangkap Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri PB Pelti. AFR langsung minta ijin ke Martina Widjaja untuk menghubungi Spectrum . Langsung oleh Martina Widjaja diberi ijin menghubungi Spectrum. Jawaban yang ada merupakan pertanyaan dari Spectrum adalah apakah ada kemungkinan tanpa seijin PB Pelti karena selama ini tidak didukung oleh PB Pelti terutama Sekjen PB Pelti. Karena sudah mengenal sifat dari Sekjen PB Pelti saat itu, AFR memberi jaminan kalau melalui Pengda Pelti pasti bisa dan sama saja. Tidak perlu minta dukungan PB Pelti, karena AFR sudah tahu sifat dan tabiat Sekjen PB Pelti saat itu. Agar Martina Widjaja yang sebagai Ketua Bidang hubungan Luar Negeri PB Pelti tidak disalahkan maka semua komunikasi tertulis Pengda Pelti DKI Jakarta dengan Spectrum selalu dicantumkan tembusan ke PB Pelti tetapi surat itu tidak dikirimkan ke Sekretariat PB Pelti. Disimpan agar rencana ini tidak diketahui Sekjen PB Pelti sebelum matang perencanaannya. Ini suatu trik yang cukup manjur. Dengan menggebu gebunya persiapan Pengda Pelti DKI Jakarta sehingga rencana (yang sudah matang) ini dicium juga oleh Sekjen PB Pelti. Laporan dari rekan rekan wartawan (kebetulan AFR dekat dengan wartawan), Sekjen PB Pelti minta agar segera rencana eksibisi ini di publikasikan, nanti Sekjen PB Pelti buat statement kalau tidak direstui oleh PB Pelti. Wah, ini cilaka jadinya.
Akhirnya dicari akal agar PB Pelti bisa melunak. Timbul idea AFR sampaikan ke Bapak MF Siregar yang juga mantan Asmen(Asisten Menteri) Menpora tentunya punya akses ke Kantor Menpora.. Buat surat ke Menteri Negara Pemuda dan Olahraga RI (kalau tidak salah Ir.Akbar Tanjung) minta restu karena pelaksanaan akan dilaksanakan dalam rangka Hari Olahraga Nasional RI yang jatuh bersamaan dengan waktu eksibisi Gabriella Sabatini dan Yayuk Basuki tanggal 9 September 1994 di stadion tenis Pusat tenis Kemayiran.. Setelah ada dukungan dari Menpora, Panpel buat press conference, dan AFR minta ke wartawan untuk disampaikan ke Sekjen PB Pelti soal dukungan Menpora. Betul juga laporan yang masuk dari wartawan kalau Sekjen PB Pelti tidak berkutik. “ Ya kalau pemerintah sudah menyetujuinya, kami tidak bisa bikin apa2.” Begitulah komentar yang didapat. Setelah itu semua surat2 komunikasi yang ada tembusannya ke PB Pelti buru buru AFR kirim per pos biasa supaya kesannya sudah melapor , hanya terlambat sampai. Dengan suksesnya eksibisi 9 September 1994 membuat kepuasan tersendiri atas liku liku sebelumnya. Ya menentang petinggi PB Pelti tidak masalah asalkan demi pertenisan nasional bukan kepentingan pribadi, itu prinsip AFR pegang..

Tidak ada komentar: