Jumat, 15 Februari 2008

Mengenang MUNAS Pelti 2002

Selama hidup belum pernah terjun kedalam kegiatan politik praktis. Kehidupan disekitar organisasi olahraga seperti yang dilakukan oleh orangtua Jooce Albert Raturandang (alm) . Begitu juga permainan didalam suatu pemilihan baik pemilihan ketua organisasi. Pengalaman pertama ditahun 2002 di organisasi olahraga yaitu Pelti, saat Martina Widjaja yang mencalonkan diri sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Tenis seluruh Indonesia. Tidak dibekali teori tapi menjalankan tugas tidak lepas demi kepentingan olahraga tenis saja. Karena promosi program2 pertenisan akan menghasilkan pertenisannya lebih baik, jadi bukan menjual personnya melainkan program2nya yang lebih bermanfaat demi kedepan. Mungkin saat itu tidak dikoordiner melalui tim sukses. Belum banyak pengurus daerah yang dikenal tetapi komunikasi dengan surat2 cukup gencar unuk menawarkan program2 pengembangan tenis seperti Program Mini Tenis, Coaching Clinic, Persami (pertandingan sabtu minggu) dan lain lain. Bahkan khusus Persami, AFR langsung laksanakan sendiri di Jakarta.
Kemudian siapkan bahan bahan presentasi untuk Martina Widjaja dengan dibimbing oleh Soebronto Laras. Materi presentasi baik dalam bentuk foto2 kegiatan sejak tahun 1989 sampai saat itu 2002. Disiapkannya Visi dan Misi didalam presentasi.
Setelah itu tanpa disadari semua pihak AFR usulkan kle Martina Widjaja (Ketua Bidang Pengembangan PB Pelti) diadakan turnamen tenis di Jambi bulan Nopember 2002, khusus untuk menghimpun kekuatan di Sumatra. Ide ini disambut baik oleh Ketua Pengda Pelti Jamb saat itu Dr H Ade Syuhada . Dalam turnamen tenis di Jambi hadir pula wakil2 dari Pengda Pelti Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Bangka Belitung, Lampung, Sumsel, Bengkulu. Malamnya diadakan pertemuan dengan Pengda Pelti yang hadir untuk membuat komitmen menghadapi MUNAS Pelti 2002 di bulan December 2002 di Makassar. Tapi dalam pertemuan tsb ada ganjelan yang muncul yaitu ketua Pengda Pelti Bengkulu yang mantan Kapolda Bengkulu, karena sewaktu mulai menyinggung figur Ketua Umum mendatang. Beliau menghendaki tidak menyebut nama calon Ketua Umum PB Pelti, tetapi cukup kriteria saja, semua yang hadir setuju. Setelah kriteria dibuat, muncul usulan beliau ASALKAN JANGAN PEREMPUAN. Ini dia suatu pukulan besar.
Di Jakarta, AFR terima telpon dari Albert Wuysang yang sebagai sekretaris Pengda Pelti Sulawesi Utara yang saya kenal nama dan poernah ketemu sekali di turnamen Maesa Paskah di Jakarta, tetapi belum kenal sepenuhnya. Karena Albert sepengetahuan saya adalah mantan anggota DPRD selama 2 periode maka AFR sedikit hati2 bersilat lidah. Ditanyakan apakah ada petunjuk dari PB Pelti masalah Munas. Ini pancingan datang dari Manado. Saat itu belum tahu kearah mana Sulut berpihak karena calon2 Ketua umum PB Pelti (2002-2007) telah keluar di media massa selain Martina Widjaja juga Permana Agung mantan Dirjen Bea Cukai. Dengan berpatokan agar berpikiran positip maka AFR katakan tidak ada petunjuk karena kehendak daerahlah sebagai aspirasi penentu. Langsung AFR bertanya, kira2 Sulut akan memilih siapa. Albert langsung menyampaikan kalau selama ini komunikasi ke daerah dari Pusat paling banyak datangnya dari surat2 Ketua Bidang Pengembangan PB Pelti Martina Widjaja, jadi so pasti Martina pilihannya. Karena kuatir suatu pancingan, AFR sampaikan pilih yang terbaik dimata daerah saja. Mau pilih Martina silahkan tunjukkan di Munas.
Keinginan Sulut memilih Martina langsung AFR sampaikan ke Martina Widjaja, dan pesannya kalau sudah di Makassar , minta Albert bertemu langsung dengan Martina.
Saat Munas 2002, saya menunggu kedatangan Alberet Wuysang di lobi hotel yang baru tiba dari bandara. Tapi tidak ikut menemani Albert ketemu Martina, hanya tilpon Martina kalau Albert sudah ada dan sedang menuju kekamar Martina di hotel tersebut. Secara dian diam saya lihat Donald Wailan Walalangi yang juga asalnya sama dengan Albert Wuysang yaitu Tondano mendekati Albert Wuysang. Entah apa yang dibicarakan AFR tidak mau tahu.
Karena Albert berpengalaman di percaturan politik, saya minta dia agar memimpin teman2 simpatisan Martina Widjaja termasuk dengan teman2 dari Sumatra. Mulailah diatur dan dihitung kekuatan yang sudah ada dan seterusnya.
Teringat akan hambatan dari Bengkulu, ketemu lagi utusan Bengkulu dan menyampaikan salam dan mengingatkan bahwa ada hadis di Kitab Suci Al-Quran yang mengatakan kalau orang yang paling dihormati adalah Ibu, Ibu, Ibu. That’s all yang AFR ingatkan kepada beliau. Beliaupun hanya mangguit manggut saja. Dan tidak ada komentar tambahan dari AFR.
Sewaktu di lobi hotel, datang rekan dari DKI yang dulu sama sama duduk dikepegurusan Pengda Pelti DKI (Ketuanya Martina Widjaja) yaitu mantan Walikota Jakarta Utara, H.Suprawito. Beliau sampaikan kalau keinginannya memilih Martina Widjaja tetapi keinginan Pengda Pelti DKI adalah memilih Permana Agung. Kebingungan ini disampaikan kepada AFR dilobi hotel. Inilah kesulitannya, kepentingan pribadi atau organisasi. Tetapi AFR sampaikan memaklumi situasinya. Tidak perlu kuatir masalah pertemanan tetap berjalan terus karena sama sama insan tenis tetap bersatu. Keberpihakan DKI tidak ke mantan Ketua Pengda DKI (Martina Widjaja) justru menguntungkan dalam kampanye Martina Widjaja.
Kegiatan AFR cukup mengkoordiner utusan utusan daerah maupun memonitor kegiatan calon ketua umum Permana Agung yang banyak didukung oleh mantan mantan petenis nasional seperti Donald Wailan Walalangi, Yayuk Basuki, Suharyadi, Sulistyono, Utaminingsih, Abdul Kahar MIM. Ayi Sutarno. Sedangkan Martina Widjaja didukung oleh mantan petenis tempo doeloe , yang awal bulan Agustus 2002 di Surabaya diadakan Wismilak Reuni telah berkumpul teman teman petenis era 1958-1970 seperti Dauri Mohran ( dr. Dauri Mohran), Atet Wijono, Hadiman, Hanjaya Halim, Yolanda Soemarno, Soegiarto Soetarjo, Lita Soegiarto, Soebronto Laras, Ingkiriwang, Slamet Utomo, Lanny Kaligis Lumanauw, Jacky Wullur, Diko Moerdono, Adrian (Semarang), Yoce Suwarimbo, Tjahjono (Malang), Imam Sutarli , Budiman Asnar, Danny Walla, Emrik Walla, Willy Walla, Alfred Raturandang, Ferry Raturandang dan banyak lagi. Reuni ini berjalan sampai tahun 2006.
Yang cukup menarik adalah Yayuk Basuki dengan teman2 mengambil ruangan cukup strategis didepan tangga turun dari ruang Munas sehingga banyak rekan2 Pengda ditampung mendengar kampanye didalam ruangan tersebut. Salah satu utusan dari Bangka Belitung melaporkan kepada AFR dan minta ijin ikut kesana. Oleh AFR justru diijinkan karena ingin tahu materi apa didalamnya. Laporan yang didapat adalah kampamye negatip yang mereka lakukan. Ini satu poin kemenangan Martina Widjaja. Justru menciptakan kesan negatip bagi tim sukses mereka.
Dalam 3 hari di Makassar, kesiapan fisik sangat menentukan karena berkumpul terus tiap malam sampai pukul 3 pagi.
Startegi kemenangan dilakukan oleh Albert Wuysang, sedangklan peranan AFR hanya memantau saja, karena tidak punya pengalaman dalam pemilihan pemilihan tersebut.
Begitu hari terakhir sebelum pemilihan, Albert Wuysang pagi2 telpon kekamar menyampaikan kalau ada yang belum dilakukan. AFR kaget juga, tetapi begitu disampaikan oleh Albert Wuysang kalau kita telah berusaha tetapi lebih komplit kalau Tuhan ikut merstuinya, yaitu BERDOA. Hal ini dilakukan dikamar Martina Widjaja telah berkumpul daerah daerah yang berpihak ke Martina Widjaja. Doa dilakukan oleh Dr Ade Syuhada dan juga oleh Soebronto Laras.
Penyapaian presentasi oleh Martina Widjaja, AFR hanya sebagai operator LCD dengan computer jinjing ditangan. Ada kejadian lucu yaitu pihak Permana Agung mau pinjam LCD yang dibawa oleh Martina Widjaja. AFR tidak bisa memutuskan karena kuatir tanpa seijin Martina bisa bikin masalah. Secara pribadi bukan masalah karena semua pihak adalah teman teman juga. AFR langsung laporkan ke Soebronto Laras dan diijinkan tapi tidak beritahu ke Martina masalah ini. Ya Munas berjalan dengan sukses. Langkah pertama AFR lakukan dalam suasana riuh diruangan bukan mendatangi Martina Widjaja tetapi menyelamatkan laptop pribadi yang baru dibeli 5 bulan lalu dari hasil Persami dibawa kekamar.Setelah Munas ditutrup oleh Martina diundang ke Restoran Sea Food di Makassar, tapi AFR langsung masuk kamar untuk istrahat. Tapi akhirnya ada tilpon masuk diminta ikut merayakan kemenangan maka AFR pergi juga larut dalam keramaian tersebut..
Setelah berlangsung Munas, ada teman yang begitu tahu kalau m,ateri presentasi yang AFR simpan di computer tidak diback up dalam USB atau disket. Ini karena ketidak tahuan masalah computer tetapi ditutup dengan keyakinan kuat kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga sesuatu yang dilakukan demi kebaikan tentunya direstui Tuhan.
Yang cukup menegangkan adalah Panpel Munas yang ketuanya Soegeng Sarjadi (Sekjen PB Pelti 1998-2002) tidak hadir tetapi wakil ketua Panpel Benny Mailili (alm) dibuat kewalahan karena meninggalkan utang kamar peserta yang harus dibayar oleh Panpel Munas. Atas inisiatip Martina Widjaja, Soebronto Laras dan A.Qoyum yang saat itu mantan pengurus di PB Pelti 1998-2002 secara patungan membayar utang yang ditinggalkan. Kalau tidak peserta Munas bisa jadi sandera.

Tidak ada komentar: