Rabu, 13 Februari 2008

Komitmen Tenis dipertarungkan


Maraknya turnamen membuat setiap insan tenis sudah harus memikirkan komitmennya. Mau jadi petenis nasional sajakah atawa petenis internasional. Kenapa begitu ! Ya, sudah mulai sekarang saatnya bagi Pembina tenis bersama sama anak asuhnya baik itu petenis yunior ataupun senior untuk memilah milah keikutsertaan nya dalam turnamen nasional atau internasional..
Saya secara pribadi sekali lagi secara pribadi sudah bisa melihat apa yang harus dikerjakan oleh Pembina tenis. Bisa kah dibayangkan, mulai tahun 2008 sudah tercatat 56 turnamen nasional dan internasional terpajang dibumi nusantara kita ini untuk turnamen yunior maupun senior yang dikategorikan turnamen professional karena memberikan prize money dalam rupiah maupun dolar.. Bisa dibayangkan sekali ada 56 turnamen atau 56 minggu waktu yang digunakan.

Apakah harus diikuti semua ?
Pertanyaan yang sering muncul.dari pecinta tenis. Saya jawab , tidak perlu tergantung kemampuan masing masing atlit. Apalagi bagi petenis yunior yang mulai beranjak terjun ke professional istilah ITF.
Lihat saja , mulai banyak petenis yunior diatas 24 tahun, mulai berkecimpung di turnamen senior. Tapi masih ada yang belum sadar mengikut sertakan semua turnamen. Bisa saja dilihat akibatnya nanti, so pasti prestasinya tidak bisa maksimal.
Usia muda sangat riskan kalau tidak mengukur kekuatan otot maupun tulang tulangnya. Apalagi masuk kancah internasional alias turnamen professional yang notabene permainannya cukup keras bagi petenis yunior.
.
Memang kita akui kalau induk organisasi tenis di Indonesia yaitu PELTI hanya sebagai fasilitator, memberikan kesempatan dengan sediakan sarana turnamen sebanyak mungkin, tetapi bukan berarti diharuskan ikuti semua.

Sudah saatnya memilah milah tujuan dari petenis tersebut. Mau cukup sebagai petenis nasional maka terjunlah ke TDP Nasional. Tapi kalau mau terjun ke professional maka konsentrasilah ke turnamen internasional baik di dalam negeri maupun luar negeri. Maka dari itu sudah saatnya semua Pembina mulai memilah milah komitmen atletnya dimasa mendatang. Kalau atelt mungkin belum mengetahuinya karena apa yang dianjurkan oleh pembinanya wajib diikutinya. Janganlah terlalu ambisi dengan mengorbankan atletnya dimasa mendatang.
Banyak kekecewaan yang muncul karena banyak petenis nasional tidak aktip lagi ikuti turnamen internasional didalam negeri karena diselenggarakan diluar pulau Jawa yang artinya petenis tersebut harus keluar uang transportasi dan akomodasi. Kans dapatkan prize money sangat kecil karena lawan lawan petenis asing ternyata kelasnya lebih tinggi. Akibatnya jika bertubrukan waktunya dengan turnamen nasional di Indonesia maka petenis tersebut lebih memilih turnamen nasional. Kenapa ? Ya, karena kesempatan meraih rupiah lebih mudah.
Ini sebagai sumbang saran dari salah satu pecinta tenis , kalau mau didengar alhamdulilah.

Tidak ada komentar: