Sabtu, 22 Agustus 2020

Petenis " WIMBLEDON" Pertama Indonesia. TAN LIEP TJIAUW


Jakarta, 23 Agustus 2020 . Banyak julukan dan sanjungan diberikan kepada Tan Liep Tjiauw Kampiun  Tenis Indonesia. Pemain tenis paling popular saat itu di Indonesia. Ketika berlaga di arena Grand Slam  Wimbledon, Inggris, Tan Liep Tjiauw mendapat julukan “ Little Tan “ , ia memang bertubuh kecil dan pendek. Ini petenis Indonesia pertama yang  mengikuti Grand Slam Wimbledon, 1953.

Tentang posturnya yang kecil ini, dalam majalah Aneka No 7/1941, dikomentari begini “ Dalam sejarah tenis, banyak pemain kecil yang menjadi juara oleh kelemasan ( keluwesan) dan ketelitian serta ketajaman pukulannya, yang sering dibantu pula oleh siasat muslihatnya, serta kecakapannya mempergunakan kesempatan dengan sebaik-baiknya. Tapi tak banyak dari pemain pemain kecil ini yang berpukulan keras, ialah karena kecilikannya itu. Antara jumlah yang sedikit itu termasuk Tan Liep Tjiauw, pemain yang terkuat saat itu di Indonesia. Tan Liep Tjiauw adalah salah seorang juara Indonesia yang mempunyai drive forehand topspin yang terkeras, yang pernah diperlihatkan pemain pemain di Indonesia.

Tan Liep Tjiauw lahir di Blitar , 2 Februari 1925, mulai mengayunkan  raket pada usia 9 tahun, Di kota Blitar, kota kelahirannya itu, ia tak perlu khawatir akan langkanya guru guru  tenis  yang baik, karena di sana menetap Kwee Tek Kwan, serta iparnya, Liem Tiang Hok. Pemain tenis yang topspin paling ditakuti. Merekalah yang menempa Tan Liep Tjiauw hingga menjadi pemain yang ditakuti karena memiliki kelengkapan pukulan, termasuk topspin .


Tahun 1940 menandai kemajuan Tan Liep Tjiauw yang pesat. Dalam Kejuaraan di Bandung, ia mengalahkan Tan Twan Tjay, 6-0,6-1, Coele, juara Bandung dan pemain nomor tiga di Kawasan Jawa, ( sesudah Kho Sin Kie dan Samboedjo Hoerip), ditundukkannya dengan 6-3, 6-1 . Pemain kuat lainnya yang pernah ditundukkannya yang pernah dikalahkannya adakah jago Jepang dari Surabaya, Fujita, yang menyerah 7-5, 6-2. Hanya Kho Sin Kie yang waktu itu belum terkalahkannya.

Pengalaman bertanding di Wimbledon, Inggris, 1953, pasti tak terlupakan sampai meninggalnya pada 1963, bertepatan dengan saat berlangsungnya Ganefo I di Jakarta.  Majalah Star Weekly, 15 Agustus 1953, menggambarkan pengalaman Tan Liep Tjiauw sebagai berikut : “ Ditinjau dari sudut moril, Liep Tjiauw  sangat menderita. Bersendirian dinegeri orang , bermain diatas baan baan (lapangan tenis) yang asing sama sekali baginya, tanpa seorang coach atau pendamping lainnya, ia mesti mengandalkan pada diri sendiri untuk mendapat sokongan moril. Andaikata satu kali ia kehilangan kepercayaan kepada diri sendiri, maka sukarlah memperolehnya kembali”
Toh dalam keadaan demikian, Tan Liep Tjiauw mampu mencetak prestasi – mengingat ia tampil sebagai debutant. Ia memang kemudian takluk di kaki pemain nomor wahid Belgia dan menempati urutan kedua di seluruh Eropa, Philippe Washer, 0-6,3-6, 3-6.  Tapi kemampuannya menyabet pemain Davis Cup Sri Lanka nomor satu. Scharenguivel, dengan 6-4, 5-7, 2-6, 6-3, 6-2, mempunyai nilai tinggi.

Tahun 1956.  Tan Liep Tjiauw Bersama Ketje Soedarsono dan Liem Yoe Djiem mengikuti Interport Chmapiosnhip di Singapura , dikirim oleh PELTI, yang diikuti  pula oleh Malaya (sekarang Malaysia), Thailand dan Sir Langka dan Indonesia keluar sebagai Juara . Kemudian 1957 di Kuala Lumpur , Tan Liep Tjiauw , Ketje Soedarsono, Liem Boen Swan dan Kwee Som Tjok dan kembali keluar sebagai juara. ^^^

Tidak ada komentar: