Sabtu, 03 Juli 2010

Menjelang PON terjadi perpindahan atlet


Jakarta, 3 Juli 2010. Saya terima telpon dari salah satu orangtua petenis yunior di Surabaya, menanyakan proses perpindahan atletnya kedaerah lain. Bukan kali ini saja saya diminta pendapat masalah keinginan atlet pindah kedaerah lain. Ini semua dampak dari ketentuan pembatasan usia peserta Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII th 2012 di Riau.

Sebenarnya setiap menjelang PON, selalu terjadi atlet melalui pelatih dan orangtuanya sibuk mencari daerah baru yang memberikan fasilitas aduhai baginya. Bagi atlet yang pernah membela daerah sewaktu PON sebelumnya, tentunya mengincar tuan rumah PON berikutnya karena ada suatu keinginan daerah tuan rumah PON adalah SUKSES penyelenggaraan dan SUKSES prestasi, artinya yang ditekankan selalu lebih menonjol sukses prestasi dengan merauh sebanyak mungkin medali yang disediakan atau lebih dikenal dengan menjadi JUARA UMUM.
Akibat perubahan ketentuan peserta harus berusia 21 tahun, maka tiba saatnya pelatih yang sudah punya sense of marketing lebih besar akan cepat mengantisipasinya. Lobi kiri kanan mulai dilakukan dengan berikan garansi akan membawa medali. Saat ini peta kekuatan atlet yunior merata tidak seperti ketentuan sebelumnya dimana didominir oleh atlet Jakarta.
Saya sebenarnya sudah sering sejak dulu dimintakan mencarikan atlet untuk daerahnya, tetapi semuanya saya tolak dengan halus. Sekarangpun saya masih mendapatkan tawaran dari rekan rekan didaerah yang buta pertenisan nasional. Apalagi kalau daerah tersebut belum punya atlet sehingga ingin cari jalan pintas saja. Saya anjurkan agar mulai sekarang membina atlet sendiri bukan dengan cara pintas beli atlet. Kesempatan dengan aturan PON yang baru membuka peluang atlet daerah maju ke PON, dana direncanakan oleh PP Pelti semua daerah harus ikuti Kualifikasi PON. Ini berbeda dengan PON PON sebelumnya dimana ada daerah yang langsung masuk babak utama berdasarkan Peringkat Nasional pemainnya.

Beberapa tahun silam PP Pelti membuat surat edaran kepada anggota Pengurus Besar Pelti untuk tidak terlibat dalam jual beli atlet. Tentunya edaran itu masih berlaku, dan saya melihat ada kecendrungan anggota pengurus lupa akan surat tersebut sehingga ada yang aktip menawarkan atlet atlet di Jakarta kedaerah daerah.

Kembali ke masalah perpindahan atlet, tidak ada yang bisa dilarang kalau mau pindah kota , sama seperti dengan KTP. Apapun alasannya maka saya sendiri meminta bagi atlet yang sudah punya KTA (Kartu Tanda Anggota) Pelti bisa saja mengajukan permohonan pindah dengan melampirkan KTA Pelti (asli) untuk dibuatkan KTA Pelti baru. Tetapi dasar pemikiran pindah tersebut dikaitkan dengan PON ataupun POR PROV ( PORDA), maka muncullah akal akal bulus tersebut, dengan ada ketidak inginan mengembaikan KTA Pelti (asli) ke PP Pelti untuk mendapatkan KTA baru. Saya sendiri sudah mendengar ada alasannya yang paling gamblang adalah HILANG.

Sedih karena tugas dan tanggung jawab Orangtua adalah mendidik putra dan putrinya dengan sportip, bukan dengan menjual belikan anaknya ( usia dibawah 18 tahun) kedaerah lain dengan alasan butuh dana pembinaannya atau untuk " masa depan ". Saya hanya ketawa saja mendengar berbagai alasannya. Sama saja dengan menyetujui TDP Nasional Kelompok Yunior berikan hadiah UANG. Akan majukah atlet seperti ini dimasa yunior sudah mulai mengenal jual beli. Tunjukkan prestasi dulu baru akan datang sponsor. Itulah pola pikir saya selama ini. Kalau belum berprestasi sudah macam macam, jangan harap bisa maju karena mental seperti ini mental gampang menyerah. Kita lihat saja dimasa mendatang maka akan banyak masalah akan muncul akibat mental seperti ini. Ya, kita lihat saja nantinya.!
Lebih sedih lagi kalau sampai melibatkan angota pengurus Pelti baik dipusat maupun provinsi.

Penawaran kepada saya, selalu saya alihkan ke program Pelti agar dijalankan disetiap daerah. Mulai dari pengenalan tenis melalui Mini Tenis, Play & Stay, coaching clinic, penataran pelatih, turnamen dll. Kalau tidak dijalankan program ini maka saya yakin dan percaya daerah tersebut akan tenggelam dalam keterpurukan seperti saat ini banyak daerah masih tidur tanpa ada aktivitas, tapi lucunya rajin datang ke Jakarta untuk ikut RAKERNAS atau MUNAS.
Saya kadang kala sedih jika bertemu dengan rekan rekan seperti ini kalau datang ke Jakarta banyak bicara tapi kenyataannya tidak ada akitivitas didaerahnya.

Baru beberapa daerah yang sudah mulai sadar atas kekurangan selama ini tidak atau belum dibuatnya. Oleh karena itu saya selalu menawarkan program program tersebut dan beberapa daerah diluar pulau Jawa sudah mulai merespons atas tawaran tersebut. Kalau saya terlibat langsung adalah program Turnamen dengan bendera RemajaTenis mulai masuk ke Medan, Palu, Pontianak, Banjarmasin dan akan menyusul Balikpapan, Manado, Palembang dan Ambon.

Tidak ada komentar: