Selasa, 20 Juli 2010

Melihat Hilangnya lapangan tenis Gajayana Malang

Malang, 19 Juli 2010. Memasuki kota Malang melalui Bandara Abdurahman saleh untuk pertama kalinya karena biasanya ke Malang melalui Surabaya. Bandara ini sebenarnya merupakan bandara militer tetapi akhir akhir ini sudah dibuka untuk penerbangan komersial. Ada Garuda Indonesia, Sriwijaya Air dan Batavia Air. Memang ini bandara yang kecil yang saya pernah ketahui. Dan ruang kedatangan cukup sederhana. Dimana ruang kedatangan sangat kecil terletak diluar dibawah palopi. Dan yang lucunya pengeras suara untuk pemberitahuan kepada masyarakat seperti di stasion Kereta Api. Saya teringat bandara ini sewaktu saya dari Sydney ke Salamder Bay di Australia Timur. Ini bandara juga kecil sekali.

Memasuki kota Malang ingin melihat lapangan tenis di jalan Tenes yang cukup bersejarah, karena mayoritas petenis Indonesia mengenal lapangan tenis ini yang berjumlah 9 lapangan. Cari punya cari jalan tenes maka didapatilah mal baru yang cukup megah. Sedih juga saat itu melihat kenyataan ini. Dan lenyap sudah 9 lapangan lama tersebut. tetapi masih untung dibangun lagi 6 lapangan baru disisinya. Cari warung Rujak Cingur yang ada dilapangan lama ternyata sudah bersih atau lenyap. Ada keinginan makan Rujak Cingur tetapi gagal.
Karena sudah lapar, maka didapatilah resto ayam goreng di jalan Tenes tersebut. Langsung singgah dan makan Gurami goreng, murah meriah sekali.

Langsung saya teringat rekan pelatih Idris yang sudah pindah ke Malang dari Bandung.
Setelah bertemu saya ngobrol ngobrol ingin tahu juga masalah pertenisan dikota Malang ini yang sudah mulai pudar dari pertenisan nasional. Saya minta dihubungi rekan Pelti di Malang. Tetapi tidak mudah bisa bertemu, karena mereka ini sibuk juga di Pemerintah kotamadya yang sedang kerja sehinga tidak bisa bertemu juga. Timbul keinginan saya agar Malang bisa bangkit lagi di pertenisan nasional dengan membangkitkan kembali Piala Gajayana yang cukup bersejarah. Pertsms ksli saya bertanding tenis di Malang yaitu tahun 1961. Waktu itu saya bertanding masuk kelompok Remaja. Dan tidak lupa saya kalah dari rekan Diko Moerdono yang saat ini sama saa duduk dikepengurusan Pelti Pusat.
Kota Malang memiliki dua lokasi kompleks lapangan tenis yaitu di jalan Tenes ada 9 lapangan dan di jalan Surabaya ada 4-5 lapangan tenis. Saya sendiri pernah mengantar putra dan putri saya bertanding tenis di Malang yaitu di lapangan Tenes dan jalan Surabaya. Turnamen di Malang sangatlah ideal karena hanya 2 lokasi yang bisa dijangkau dengan becak saja begitu pua hotelnya yang cukup dikenal saat itu hotel Palace kemudian menjadi Hotel Pelangi yang letaknya dialun alun. Transportasi cukup dengan naik becak saja.

Setelah itu perjalanan dilanjutkan ke kota Tulungagung. Dan tiba dengan selamat di Tulugagung dan langsung ke hotel Istana yang baru dibangun 8 Juli 2010.

Tidak ada komentar: