Senin, 13 Juli 2009

" Sok Tahu "

Jogja, 13 Juli 2009. Jika Anda mendengar istilah “Sok Tahu “, tentunya punya bermacam macam penafsiran. Bisa negatip dan bisa positip, tergantung lihat dengan kacamata apa. Bahkan jika Anda dikatakan Sok Tahu tentunya punya berbagai sikap. Bisa marah besar tetapi bisa juga justru membanggakan. Kalau saya sendiri justru sering praktekkan dalam kehidupan sehari hari sejak dulu berkecimpung dipertenisan khususnya internasional.
Saya pribadi sering bersikap “sok tahu” karena tentunya tidak mau dikatakan tidak tahu. Karena dengan “sok tahu”, saya gunakan sebagai senjata saya terhadap orang luar (asing), sehingga akan ada respek yang datang kepada diri saya sendiri. Bisa dikatakan senjata pamungkas terhadap serangan terhadap diri saya.

Sering dalam perjalanan pelaksanaan turnamen internasional, saya berkomunikasi dengan tenaga tenaga yang ahli dipertenisan dunia. Komunikasi ini bisa digunakan sebagai pembelajaran saya terhadap pertenisan internasional.
Jadi sok tahu ini bukanlah saya gunakan untuk masyarakat tenis Indonesia. Bukan untuk menjatuhkan orang lain, tetapi sebaliknya.
Setiap pelaksanaan turnamen tenis internasional, saya sering berdiskusi dengan ITF Referee yang datang ke Indonesia. Didalam pembicaraan mengenai peraturan maka disinilah saya beraksi sok tahu. Dampaknya tenaga ITF tersebut jadi respek dengan diri saya, karena dianggap mengetahui peraturannya.
Terakhir kali saya punya argumentasi yang berbeda dengan petugas ITF Referee diturnamen Men’s Futures di Balikpapan (Mr. Puneet Gupta). Saya sudah lupa kasusnya . Sewaktu berhubungan dengan telpon, Referee mengatakan tidak bisa. Tapi saya sendiri penasaran juga, esoknya di Kemayoran ada Women’s Circuit dimana Refereenya berbeda dan saya ingin dapat jawaban secapatnya.
Ternyata sewaktu tiba di Kemayoran saya melihat Referee sedang berkomunikasi dengan Referee di Balikpapan. Setelah itu saya dekati, belum saya Tanya sudah dijawab bahwa saya betul.
Disamping itu sikap sok tahu saya pernah lakukan dengan petugas Referee yang saya kenal. Dalam menyampaikan masalah aturan saya bersikap sok tahu alias tahu betul atas aturannya. Cara saya bertanya karena masih ragu, bukannya seperti tidak tahu apa apa. Saya berusaha yang bersangkutan hanya menjawab Ya atau tidak saja. Kasusnya saya lemparkan dan saya berikan pendapat saya. Bukan hanya bertanya tetapi berikan pendapat saya juga. Sehingga diapun akan melihat kalau saya juga mengenal peraturannya. Begitulah saya jika ingin ber sok tahu itu.
Tetapi dengan masyarakat Indonesia tentunya saya tidak akan bersikap sok tahu seperti diatas. Jadi jika mengahadapi setiap insan tentunya dengan cara yang berbeda beda. “So pasti.”

Tidak ada komentar: