Kamis, 02 Juli 2009

Kenapa tidak bilang ?


Jakarta, 2 Juni 2009. Terkejut juga saya hari ini ketika disampaikan oleh Martina Widjaja dalam pertemuan di sekretariat PP Pelti. Saya ditanyakan kenapa tidak bilang kalau mau selenggarakan Piala Ferry Raturandang tanggal 4-5 Juli disela sela PON Tenis. "Kenapa tidak bilang mau buat Persami ." tanya Martina kepada saya, karena mendengar dari orang lain akan buat Piala Fery Raturandang.
Tetapi langsung saya katakan rencana mau minta ijin kepada Ketua Umum PP Pelti maupun Ketua Panpel PON Tenis 2009 sewaktu dalam rapat beberapa bulan lalu tidak disampaikan karena semua pihak sedang konsentrasi pelaksanaan PON Tenis. " Saya tidak mau mengganggu konsentrasi semua pihak selenggarakan PON Tenis." kata saya kepada Martina Widjaja didampingi oleh Soebronto Laras, Christian Budiman. Saya menyadari PON Tenis 2009 merupakan event akbar bagi PP Pelti sehingga tugas saya juga harus lebih konsentrasi terhadap pelaksanaannya jangan sampai gagal. Saya sadar kalau akan ada masalah yang timbul dalam pelaksanaan ini akibat ulah pelaku tenis sendiri.

Memang beberapa bulan lalu saya ada rencana meramaikan PON Tenis disaat terakhir ( 4-5 Juli) dengan selenggarakan Persami memperebutkan Piala Ferry Raturandang khususnya KU 10 tahun dan 12 tahun. Kesempatan diberikan kepada atlet muda usia merasakan juga nuansa PON Tenis. Bahkan saat itu saya sudah minta ijin dulu kepada Johannes Susanto selaku Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti dan Hudani Fajri selaku wakil koordinator pertandingan Panpel PON Tenis. Karena merasa seharusnya minta ijin kepada yang mempunyi wewenang sehingga tidak mau semena mena merasa pengurus PP Pelti bisa berbuat seenaknya. Saya merasa masih punya etika dalam berorganisasi. Dengan jabatan Wakil Sekjen PP Pelti tentunya punya power juga tetapi sadar dalam menjalankan organisasi tentunya juga harus punya sopan santun juga.

Kehadiran saya dipertenisan khususnya menjalankan turnamen Persami Piala FR ini selalu dituding macam macam oleh pihak yang iri hati dengan melemparkan isu conflict of interest dimana disebar luaskan dimedia maya, sehingga saya harus lebih berhati hati sekali.
Panitia PON Tenis sendiri sempat dikagetkan dengan adanya poster tunamen Junior Grand slam diselenggarakan bersamaan dengan PON Tenis dilakukan pihak diluar Pelti. Padahal tempat yang digunakan adalah lapangan tenis Gelora Bung Karno Jakarta yang sedang digunakan oleh PON Tenis 2009. Johannes Susanto selaku Ketua Bidang PP Pelti langsung bereaksi dan menanykan kepada saya masalah ini tetapi saya tidak tahu menahu. Langsung menegur keras kepada penanggung jawab turnamen tersebut.
Bahkan Ketua Umum PP Pelti sendiri cukup kaget melihat ulah pelaku turnamen ini yang tidak etis tanpa minta ijin kepada PP Pelti. Hal yang sama sebagai penanggung jawab Aga Soemarno juga tidak tahu menahu masalah ini awalnya, membuat dirinya kesal. Hal ini disampaikan langsung kepada saya.
"Ya, sudah demi untuk tenis biarkan saja diselenggarakan kegiatan itu walaupun kita semua sadar kalau yang bersangkutan adalah orang yang tidak tahu etika tenis." ujar saya sendiri kepada mereka.
Martina sendiri menawarkan agar saya bikin juga bersamaan ditempat yang sama, tetapi saya tidak mau membuat petenis maupun orangtua jadi bingung. "Lain waktu masih ada kok." ujar saya kepadanya.
Malam hari saya terima telpon dari rekan di Solo menanyakan masalah Piala FR di Jakarta tanggal 4-5 Juli 2009. Langsung saya sampaikan kalau tidak jadi rencana ini karena sudah ada yang adakan, lebih baik saya mengalah. Karena penasaran dikatakan kenapa harus mengalah. " Yang tua harus mengalah." ujar saya sambil ketawa kepada anak muda dari Solo yang juga kurang senang atas prilaku dari rekan tersebut.

Tidak ada komentar: