Sabtu, 18 Juli 2009

Entry fee kemahalan

Jakarta, 19 Juli 2009. Hari Minggu biasanya telpon seluler saya off atau silent sehingga banyak yang coba hubungi tidak bisa dilayani. Kecuali jika ada kesibukan khusus dimana keberadaan telpon sangat dibutuhkan.
Hari ini setelah telpon di charge, sayapun membukanya. Ternyata masuk telpon dari salah satu orangtua yang sedang berada di Solo mau ikuti turnamen yunior disana. Kemudian datang juga telpon dari salah satu orangtua asal Jawa Timur yang sedang berada di Solo.

"Pak, masak uang pendaftaraan disini Rp. 175 ribu. Untuk daerah itu sangat mahal sekali. Hanya dapat kaos, piagam dan piala." ujarnya kepada saya. Disampaikan pula sewaktu ikuti turnamen di Jakarta dan Bandung bulan Juni lalu hanya ditarik Rp.150.000 saja. Tetapi ada pertanyaan kepada saya adalah apakah saya sudah tahu.Saya jawab tidak tahu. Kadang kadang bagi pelaksana turnamen nasional yang baru pertama kali suka berkonsltasi dan menanyakan masalah entry fee tersebut. Tetapi karena turnamen ini bukan untuk pertama kali diselenggarakan maka tentunya tidak perlu berkonsultasi lagi. Dalam hal ini saya tidak berikan jawaban atas keluhan tersebut, tetapi hanya sampaikan kalau akan saya sampaikan kepada teman2 di Pelti.
Kalau telpon dari orangtua asal Jawa Timur seperti pengakuannya (saya tidak tanya namanya), hanya bertanya berapa entry fee di Solo, dan bukannya mau protes.

Disini saya melihat kekurangan dari orangtua yang akan membawa putra/i-nya ikuti turnamen, apakah tidak mencari tahu informasi lengkap dari turnamen yang akan diikutinya. Saya pikir apa yang sudah dilakukan adalah hanya melihat tempat pertandingan, kelompok umur yang dipertandingkan, tempat akomodasi dan tarifnya. Sedangkan entry fee kadang kadang tidak dilihat atau memang penyelenggara tidak mencantumkannya. Kalau tidak dicantumkan maka ini merupakan koreksi dimasa mendatang bagi penyelenggara turnamen.
Saya sendiri sebagai orangtua membawa kedua putra dan putri di tahun 1984-1990 mengikuti turnamen di Semarang, Solo, Malang, bahkan ke Bandung ataupun di Jakarta sudah mengetahui entry fee sebelumnya sehingga sudah siap terhadap pengadaan dananya. Begitu pula tempat pertandingan maupun jenis pertandingan termasuk akomodasi yang terletak dekat dengan tempat pertandingan.

Sebenarnya sewaktu menerima keluhan itu maunya tidak menerima karena sudah ada wadahnya yaitu FORKOPI (Forum Komunikasi Orangtua Petenis Indonesia). Bahkan hampir mau katakan sebaiknya disampaikan saja ke FORKOPI, tetapi kekuatiran saya wadah ini tidak dikenal oleh orangtua tersebut, maka niat itu saya urungkan dengan catatan tidak mengomentari hak dari penyelenggara turnamen. Cukup menjadi pendengar yang baik saja.
Saya kemudian berpikir juga, apakah sudah waktunya dimasukkan dalam atura TDP mendatang adalah entry fee tersebut seperti yang dilakukan oleh ITF , besar kecilnya entry fee berdasarkan kategori turnamen. Ini satu pemikiran baru juga.

Tidak ada komentar: