Rabu, 05 Desember 2018

Sikap Sok Tahu

Jakarta, 5 Desember 2019. . Jika Anda mendengar istilah “Sok Tahu “, tentunya punya bermacam macam penafsiran. Bisa negatip dan bisa positip, tergantung lihat dengan kacamata apa. Bahkan jika Anda dikatakan Sok Tahu tentunya punya berbagai sikap. Bisa marah besar tetapi bisa juga justru membanggakan. Kalau saya sendiri justru sering praktekkan dalam kehidupan sehari hari sejak dulu berkecimpung dipertenisan khususnya internasional.
AFR  pribadi sering bersikap “sok tahu” karena tentunya tidak mau dikatakan tidak tahu. Karena dengan “sok tahu”, digunakan sebagai senjata terhadap orang luar (asing), sehingga akan ada respek yang datang dari phak asing. Bisa dikatakan senjata pamungkas terhadap serangan terhadap dirinya.

Sering dalam perjalanan pelaksanaan turnamen internasional, AFR berkomunikasi dengan tenaga tenaga yang ahli dipertenisan dunia. Komunikasi ini bisa digunakan sebagai pembelajaran  terhadap pertenisan internasional.
Jadi sok tahu ini bukanlah AFR gunakan untuk masyarakat tenis Indonesia.
Setiap pelaksanaan turnamen tenis internasional, AFR sering berdiskusi dengan ITF Referee yang datang ke Indonesia. Didalam pembicaraan mengenai peraturan maka disinilah AFR beraksi sebagai sok tahu itu. Dampaknya tenaga ITF tersebut jadi respek bahkan sampai saat ini komunikasi dengan ITF Referee jika punya kesempatan bertemu.

Kejadian muncul  adu argumentasi dengan petugas ITF Referee diturnamen Men’s Futures di Balikpapan (Mr. Puneet Gupta) . Sewaktu dipertanyakan dalam pembicaraan telpon saat itu  Referee mengatakan tidak bisa. Tapi karena penasaran juga, esoknya di Kemayoran ada Women’s Circuit dimana Refereenya berbeda dan maka kesepatan bertnaya akibat penasaran dengan jawaban Referee di Balikpapan, maka  ingin dapat jawaban secapatnya.

Ternyata sewaktu tiba di Kemayoran terlihat  Referee wanita sedang berkomunikasi dengan Referee di Balikpapan. Setelah didekati, belum ditanya sudah dijawab . " You are right Ferry!" 
.
Disamping itu sikap sok tahu AFR  pernah lakukan dengan petugas Referee yang dikenal. Dalam menyampaikan masalah aturan AFR bersikap sok tahu alias tahu betul atas aturannya. Cara bertanya, bukannya seperti tidak tahu apa apa. Diusahakan yang bersangkutan hanya menjawab Ya atau tidak saja. Kasusnya dilontarkan dan langsung beri pendapat . Sehingga diapun akan melihat kalau AFR juga mengenal peraturannya. Begitulah  jika ingin ber sok tahu itu.

Terakhir kali bersikap terhadap ITF Referee asal India seorang wanita diacara Pro Circuit diera 2012-2017 di lapangan tenis Rasuna. Langsung bertanya masalah warna backdrop lapangan yang digunakan turnamen internasional. " Apakah peraturan ITF sidah berubah ?  Khususnya mengenai warna backdrop dalam suatu turnamen internasional . Dapat jawaban kalau tidak berubah. Langsung beritahu tentang saat itu Pelti selenggarakan Pro Circuit dengan warna dasar PUTIH yang sebenarnya tidak diperkenankan dalam ketentuan turnamen internasional. Ada 2 warna yang tidak diperkanakan digiunakan dalam spanduk atau backdrop dibelakang lapangan pertandingan yaitu warna PUTIH dan KUNING.
.
Mendapat jawaban lucu. Yaitu kalau diprotes peserta maka diturunkan..

Tetapi dengan masyarakat Indonesia tentunya AFR  tidak akan bersikap sok tahu seperti diatas. Jadi jika mengahadapi setiap insane tentunya dengan cara yang berbeda beda. “So pasti.”

Tidak ada komentar: