Senin, 10 Desember 2018

Peringkat Dunia Petenis Nasional diakhir Tahun 2018 memprihatinkan

Jakarta, 10 Desember 2018. Menutup tahun 2018 perlu juga dievaluasi hasil kerja PP Pelti 2017-2022 yang baru setahun memimpin pertenisan nasional Indonesia. Awal tahun menunjukan tanda tanda positive bagi pertenisan nasional dengan keberhasilan tim Fed Cup, Davis Cup dan ditutup dengan medali emas di Asian Games 2018. Harus diakui kalau sudah lama medali emas belum kembali ke Indonesia tetapi sewaktu jadi tuan rumah petenis nasional bisa memanfaatkan peluang yang didapat. Itu berhasil.

Setelah keluar peringkat dunia baik oleh ATP-Tour maupun WTA-Tour, maka harus mulai membuka mata karena sangat mencengangkan sekali. Belum lagi upaya mengatasi masalah pembinaan  selama ini sudah bertahun tahun petenis Indonesia berteriak teriak jika butuh turnamen internasional baik putra maupun putri. Upaya menggelar ditahun 2018 sudah ada sebagai kelanjutan program PP Pelti 2012-2017
Di tahun 2018 sempat diadakan 6 turnamen ITF untuk putra dan putri . Ini menunjukkan masih meneruskan program yang telah dilakukan oleh PP Pelti 2012-2017. Alangkah indahnya jika ditahun 2019 juga diteruskan dan bisa ditingkatkan jumlahnya. Tahun 2018 sudah 3 turnamen Pro Circuit $ 15,000 untuk putra di Jakarta kemudian ditambah 3 turnamen Pro Circuit untuk putri diselenggarakan di Jakarta. Memang tidak sedikit beaya dikeluarkan untuk keenam turnamen tersebut. Apalagi dilaksanakan untuk selama 3 minggu berturut turut  baik putra maupun putri.


Kesedihan muncul ketika mengetahui untuk tahun 2019 tidak terlihat adanya turnamen internasional tersebut. Maka akhirnya mau kemana atlet atlet kita mengejar prestasinya. Harus diakui kalau tugas dari masing masing atlet Indonesia dengan menggunakan dana pribadi atau sponsornya sendiri untuk mengejar keluar negeri karena minim di dalam negeri.
Tercatat saat ini petenis senior andalan Indonesia sudah bertahun tahun bercokol sebagai number one di Indonesia, Christopher Rungkat hilang peringkat ATP Tournya khusus tunggal tetapi prestasi terbaiknya saat ini justru di ganda putra mencapai 90 ATP-Tour.

Apa yang harus dilakukan oleh PP Pelti sebagai fasilitator tenis Indonesia. Langkah tepat dilakukan ada pembagian tugas sebagai penyelenggara. Khusus untuk kelas nasional serahkan ke Pengda ataupun Pengcab sebagai pelaksana ataupun pihak ketiga pihak luar Pelti yang sudah mulai tumbuh di Indonesia, dengan catatan juga harus diperhatiakn adalah pelayanan Pelti terhadap pihak luar tersbut yang diakhir tahun 2018 sudah sangat kecewa atas perlakukan dari petingi PP Pelti. Entah maksud apa sehingga justru membuat pernyataan yang menyinggung perasaan pelaku pelaku turnamen tersbut. Ini harus disadari sekali.

PP Pelti cenderug lakukan kegiatan turnamen internasional khususnya ITF Pro Circuit lebih diutamakan karena kelompok umumnya serahkan ke Pengda saja.
Melihat sponsor dan kemampuan mencari sponsor bagi petingi PP Pelti tidak perlu dikuatirkan tetapi harus pula bisa membagi bagi atau memilah milah tugas2nya dengan Pengda Pelti ataupun Pengcab Pelti sehingga organisasi didaerah bisa berkembang dengan baik.

HASIL PERINGKAT PETENIS NASIONAL
1. Aldila Sutjiadi ( 23 tahun) peringkat WTA-573 poin didapat dari 14 turnamen
2. Beatrice Gumulya (27 tahun) WTA-772 poin didapat dari 9 turnamen
3. David Agung Susanto ( 27 tahun) ATP- 1140 poin didapat dari 10 turnamen
4. M. Rifqy Fitriadi (19 tahun) ATP- 1746, poin didapat dari 2 turnamen
5. Anthony Susanto (21 tahun) ATP- 1741, poin didapat dari 2 turnamen
6. Justin Barki (18 tahun) ATP-1741, poin didapat dari 7 turnamen

Sedangkan Christopher Rungkat hanya memiliki peringkat ganda ATP-90.

Tidak ada komentar: