Minggu, 13 Januari 2013

Kiri OK, kanan OK

Jakarta, 13 Januari 2013. Ada satu cerita dinegeri antah berantah dimana saat itu ada pemilihan kepala desa atau apapun namanya, ada salah satu kandidat kepala desa yang memanfaatkan situasi ini untuk kepentingan sendiri. Saat itu sedang gencar gencarnya adanya PILKADA baik dari tingkat terendah sampai tertinggi. Dan dia yang pertama kali mengumumkan kalau ingin ikut pemilihan kepala desa karena sudah didukung oleh salah pedagang besar atau dikenal tauke didesa tersebut. Tentunya semua pemuda yang kenal dia sangat mendukungnya sedangkan para orangtua masih belum percaya atas reputasi anak muda tersebut.. Karena masih ada waktu, muncul lagi pendatang baru mau ikut pemilihan kepala desa, sebut saja namanya X. Semua orang bertanya tanya siapa dia ya. Tetapi karena tekadnya cukup besar maka pendatang baru ini tetap berusaha akan maju sebagai kandidat kepala desa. Menjelang hari H pemilihan kepala desa , muncul lagi satu nama pendatang baru sebut saja namanya A yang ingin ikut kontes pemilihan kepala desa. Berarti sekarang sudah ada 3 kandidat kepala desa. Melihat situasi seperti ini maka sipemuda berpikir juga apakah mau maju atau mundur. Tapi otak licikpun muncul karena yang penting ada uang masuk kekocek sendiri. Karena sudah tahu ada pedagang yang mendukungnya maka berarti sudah dijanjikan adanya uang ikut serta karena pemuda ini tidak punya kerja tapi yang kerja otaknya saja bagaimana bisa menghasilkan uang untuk dirinya sendiri. Maka kasak kusuklah dilakukan. Apa yang terjadi, agar uang yang sudah disediakan misalnya sebesar Rp. 300 juta bisa masuk koceknya. Karena ingat uang boleh dapat tapi harus ikut pemilihan kepala desa tersebut. Nah, disinilah kelihaiannya. Berpura pura dengan cara berkoar koar akan turut menggantikan kepala desa yang sudah lanjut uasia sehingga harus diganti.. Maka akalpun jalan. Istilah disini kiri kana OK. Maka didekatilah salah satu kandidat untuk berkoalisi saja tetapi ada persyaratannya karena merasa punya massa kawula muda maka dimintalah kompensasi untuk massanya dipindahkan kekanddat lainnya. Benar juga sudah dapat Rp. 300 juta dari sipedagang/tauke maka dapat lagi duit dari konteastan satunya. Maka diapun segera mundur dari pemilihan dengan cara terhormat. Inilah kisah sibadut dinegara antah barantah. Sekedar iseng cerita dongeng saja, yang penting si tauke  tidak tahu karena duitnya sudah masuk koceknya dulu. Heibaaat sekali ya ! Begitulah cerita dongeng diwaktu senggang.

Tidak ada komentar: