Rabu, 30 Januari 2013

Harus berpikiran positip , bukan Negatip

Jakarta, 30 Januari 2013. Kita ini harus berpikiran positip dan jangan negatip, begitulah pandangan rekan Wakil Sekjen PP Pelti Djoko sewaktu saya paparan didepan petiggi Pelti yang baru. Bagi rekan Djoko yang muka baru dalam kepengurusan Pelti, begitu tanggap setelah mendengar argumentasi dari rekan lainnya terhadap keberadaan RemajaTenis. Saya sendiri sampaikan maksud pertemuan ini adalah untuk kedepan dalam tugas pengurus baru. Bukan lagi berbicara masalah tahun lalu. Terlihat ketidak puasan individu terhadap kepengurusan lalu sangat terungkap sekali. Ini sih pendapat pribadi menurut saya. Bukan pedapat institusi. Tugas pengurus baru adalah jangan meniru pengurus lama jika dianggap jelek atau tidak berhasil, tetapi tunjukkan prestasi kerjanya bukan hanya OMDONG doang begitu anak anak sekaramg katakan . Diakuinya pula gagasan RemajaTenis itu gagasan bagus (bukan istimewa) dan sewajarnya Pelti mendukung. Begitu juga diucapkan Ketua Umum PP Pelti sendiri Maman Wirjawan didepan rekan rekan lainnya. Memang jika maksud dan tujuan melihat masa lalu, saya tidak mau berkomentar karena kedatangan saya bukan sebagai anggota pengurus Pelti tetapi sudah keluar dari jalur institusi. Saya hanya butuh keadilan saja terhadap RemajaTenis. Jika dulu banyak suara Pelti tidak adil, apakah sekarang yang dulu bersuara demikian sudah duduk dalam kepengurusan juga akan lakukan hal yang sama ?
Kenapa saya minta keadilan, karena baru beberapa hari kepengurusan yang belum dilantik KONI Pusat sudah perlihatkan ketidak adilannya terhadap keberadaan RemajaTenis. Buktinya SK PP Pelti itu baru keluar 23 Januari 2013, dan itu karena saya desak langsung ke Ketua Umumnya. Indikasi adanya ketidak adilan saya ikuti terus, karena turnamen yang sejenis di Jakarta sudah mendapatkan perlakuan khusus. Apa bedanya , sama sama 3 hari pelaksanaannya. Kok istimewa, aneh betul ya.
Bisa dibayangkan RemajaTenis ditahun 2012 sudah berhasil menggelar 26 kali sedangkan turnamen  lainnya tidak lebih dari 12 kali. Sebenarnya saya mau berikan contoh kepada teman2 bagaimana RemajaTenis itu dilakukan dengan konsep untuk mengatasi problema turnamen yunior selama ini dan tidak ada evaluasi sama sekali baik oleh Pelti maupun penyelenggara. Ada selentingan kalau AFR dulu duduk di Pelti selaku Wakil Sekjen kenapa tidak lakukan evaluasi. Maka saya sudah pernah minta kepada Bidang Pertandingan untuk mengevaluasi laporan laporan Referee sebagai acuan evaluasi turnamen tersebut. Tapi tidak ditanggapi sehingga saya pikir saya buat saja suatu percontohan turnamen yunior. Memang dalam perjalanan RemajaTenis belum sepenuhnya seperti keinginan saya tetapi karena saya sudah serahkan sepenuhnya dalam pelaksanaan RemajaTenis kepada tim khusus maka saya hanya bisa mengevaluasi setelah turnamen. Upaya memperbaiki selalu ada. Kelemahan terletak ke SDM nya, apakah bisa merubah kebiasaan lama ke sistem baru. Tidak semudah itu. Memang keluhan datag kepada saya dan saya langsung jelaskan kepada pelaksana supay mengurangi keluhan keluhan tersebut. Saya senang karena orangtua peserta tidak sungkan sungkan lapor jika ada ketidak beresan pelaksana RemajaTenis. Saya tidak mau seperti contoh diberikan turnamen lainnya bisa terjadi di RemajaTenis, karena saya merasa sebagai pelayan terhadap maysarakat tenis yang butuh turnamen untuk putra dan putrinya.

Tidak ada komentar: