Rabu, 08 Desember 2010

SMS menyakitkan

Jakarta, 8 Desember 2010. Sewaktu diadakan turnamen tenis RemajaTenis di Bandung tanggal 4-7 Desember 2010 ada dua SMS masuk kedalam telpon seluler saya yang cukup berkesan bagi saya. Yang satu datang dari salah satu orangtua , cukup dimengerti karena ketidak tahuan masalahnya. Dan dianggap wajar saja. Yaitu ada pertanyaan terhadap undian tunggal putra KU 12 tahun. Kenapa si A dimasukkan kedalam unggulan 1 dan si B masuk dalam unggulan 2. Kenapa tidak digunakan acuan PNP KU 12 tahun. Ini muncul karena putranya posisinya dianggap merugikan. Sedangkan putranya lebih unggul di PNP 12 tahun tersebut.

Dalam hal ini saya jelaskan yang dimaksud dengan PNP adalah Peringkat Nasional Pelti artinya dikeluarkan resmi oleh PP PELTI. Jika ada Peringkat KU 12 bukanlah PNP KU 12 tahun tetapi peringkat tersebut dikeluarkan atas inisiatip wasit tenis dengan tujuan membantu kerja Referee TDP Nasional didalam menjalankan undian nantinya.

Andaikan tidak ada PNP KU 12 tahun ataupun KU 10 tahun, maka yang dilakukan adalah penempatan agar peserta yang satu klub atau kota atau provinsi dipisahkan sehingga peserta tersebut tidak saling ketemu dibabak awal. Setelah itu baru diundi. Ini patokan yang digunakan.
Akhirnya penjelasan tersebut masih bisa dimengerti. Khususnya KU 10 tahun dan 12 tahun perlu banyak pertandingan. Makin banyak bertanding makin baik untuk pembinaannya.
Hal seperti ini suka terjadi pertanyaan masalah PNP KU 12 ataupun KU 10 tahun yang pernah dipublikasikan oleh Tabloid Tennis sehingga dianggap sebagai PNP yang dikeluarkan oleh PP Pelti.
Bahkan Ketua Umum PP Pelti waktu itu pernah bertanya dan sudah dijelaskan dan langsung saya minta kepada Tabloid Tennis untuk tidak dipublikasikan PNP 10 dan 12 tahun.

SMS kedua datang dari Bunge Nahor ini menyebalkan karena tuduhan yang menyakitkan hati saya sendiri. Karena sebagai teman lama saya kenal, begitu manis dan baik didepan saya tetapi justru bertolak belakang jika dibelakang saya. Info seperti ini sering saya dengar dari rekan rekan diturnamen RemajaTenis ,tetapi saya suka lupakan tingkah lakunya selama ini. Tetapi kali ini yang menyakitkan adalah dikatakan MERUSAK PERATURAN TENIS INDONESIA. Yang jadi pertanyaan adalah peraturan mana sih, kok begitu gampangnya katakan demikian. Karena memasukkan nama yang tidak jelas setelah diundi. Dikatakan lebih mementingkan bisnisnya. Bagi yang kurang mengerti tentunya akan langsung menelan tuduhan tersebut. Tetapi saya sudah mengerti sekali motif nya sehingga begitu gencar mengeluarkan pernyataan seperti itu.Karena sebelumnya saya terima telponnya karena ada keinginan agar menang wo supaya bisa masuk semifinal tanpa tanding, dan saya hanya katakan serahkan kepada Referee.
SMS ini disebar luaskan ke Ketua Umum PP Pelti sehingga timbul kesan saya ada masalah dengan Bunge Nahor. Kemungkinan juga kepada pengurus lainnya. Menjelang habisnya masa kepengurusan PP Pelti ini kami semua diminta agar tidak membuat masalah sehingga berakhir dengan baik. Sehingga Ketua Umum PP Pelti cepat bereaksi.

Dalam pelaksanaan kali ini saya akui ada kelalaian penyelenggara RemajaTenis didalam menerima pendaftaran. Baru pertama kali RemajaTenis merubah sistem pendaftaran yaitu dimana setiap peserta bisa kirimkan pendaftaran melalui fax atau SMS dan uang pendaftaran ditransfer ke rekening bank BCA yang sudah disebutkan nomor rekeningnya.Yang telah mentransfer langsung diminta kirimkan bukti transfer melalui fax. Dan ada yang SMS bukti mobile banking. Dan juga saat turnamen membawa bukti transfer tersebut. Setelah itu batas waktu pendaftaran ditutup langsung nama nama yang daftar dipublikasikan melalui situsnya RemajaTenis sendiri termasuk undiannya. Tetapi tidak semua peserta suka membuka internet atau membaca disitus RemajaTenis.

Harus diakui tata cara baru ini ada yang suka dan ada yang tidak suka, sehingga dalam pelaksanannya belum semua pihak dapat menjalankan.
Menyadari adanya pendaftaran yang belum masuk dalam undian, maka saya berikan masukan kepada Referee yang bertugas Hengky Karel bahwa semua itu yang putuskan adalah Referee, dan selaku technical advisor saya akan dukung. Disamping itu saya berikan juga contoh contoh pengalaman selama ini dimana Referee pernah lakukan yaitu nama sudah sign-in tetapi di draw tidak ada. ITF Referee tersebut kalau itu kesalahannya maka diputuskan re-draw.
Kali ini karena KU 12 tahun, maka tidak perlu di redraw cukup digantikan yang mundur tersebut.

Dugaan akan terjadi belum mulusnya diikuti tata cara seperti ini, dengan tujuan suatu saat pembelajaran bisa diterima dan bisa diikuti semua pihak maka beberapa toleransi masih diberikan. Masih ada kesulitan jika merubah tata cara baru dengan konsukuensi kurang populer.
Ternyata dari 63 peserta yang daftar , hanya 10 % yang belum transfer, tetapi sudah memberikan jaminan akan melunasinya. DDan terbukti jaminan tersebut. Kenyataannya juga masih ada beberapa peserta yang belum kirimkan bukti tarnsfer dgn fax maupun membawa bukti transfer ke lapangan untuk menunjukkan benar benar sudah laksanakan. Tetapi ada toleransi diberikan oleh penyelenggara apalagi dikatakan lupa bawa bukti transfernya dengan konsukuensi belum bayar tapi bisa bertanding. Tetapi dugaan seperti itu dihilangkan karena kepentingan turnamen harus diutamakan dulu. Bukan praduga macam macam yang diutamakan.

Setiba dirumah saya dikejutkan dengan masuknya SMS dari nomor tak dikenal yaitu 021 96878464 yang isinya mengagetkan yaitu VERY TAI Ha ha ha, ada lagi orang gila masuk dimana kirimkan SMS dengan isi yang sama sebanyak 3 kali.
Ya sudah daripada pusing pusing sebaiknya lupakan saja RemajaTenis ini, sudah capek berbuat tetapi begitulah penilaiannya. Tetapi sempat juga kepala dibuat pusing. Obatnya tidur saja.

Percaya atau tidak ternyata RemajaTenis sudah memasuki yang ke 13 kalinya di tahun 2010 mulai dari Mataram, Jakarta, Sumbawa Besar, Solo, Palu, Bandung, Pontianak, Banjarmasin. Kalau tahun 2009 RemajaTenis sudah berlangsung selain di Jakarta, digelar pula di D.I.Y, Medan dan Cirebon.

"Apakah ini yang terakhir bagi RemajaTenis ?"

Tidak ada komentar: