Minggu, 19 Desember 2010

Pelayanan kepada Peserta butuh perhatian

Jakarta, 19 Desember 2010. Menjelang akhir tahun, pertenisan Indonesia masih tetap saja berlangsung khususnya pelaksanaan turnamen nasional yuniornya. Saya sendiri masih mempunyai satu keinginan agar dalam pelaksanaan dilapangan bisa berjalan lancar dimana bisa memuaskan semua pihak. Karena kita harus menyadari paling banyak keluhan justru didalam pelaksanaan turnamen kelompok yunior, jika dibandingkan dengan turnamen kelompok umum.
Kalau kita melihat akhir dari pelaksanaan semuanya berjalan dengan sukses. Tetapi saya mencoba membedah pelaksanaannya terutama diawal turnamen ternyata masih banyak yang harus diperbaiki. Saya melihat secara keseluruhan khususnya jika saya melihat langsung bisa terlihat banyak hal yang harus diperhatikan. Termasuk pelaksanaan Turnamen RemajaTenis sendiri masih banyak kelemahan yang harus diperbaiki. Saya selalu melihat pelaksanaan turnamen dari 3 kepentingan yaitu kepentingan sponsor, kepentingan penonton dan kepentingan peserta.
Mulai dari kepentingan sponsor, masih jauh dari keinginan karena terus terang tidak semua turnamen yunior memperhatikan kepentingan sponsor karena akan membebani pelaksana yang sudah sulit mendapatkan dana sponsor. Penempatan kepentingan sponsor masih sekitar acara pembukaan saja, tetapi masih kurang perhatikan masalah publikasi khususnya sebagai kunci kepentingan sponsor. Kita harus akui kesulitan dana sebagai penyebab sehingga kepentingan sponsor ini sedikit diabaikan. Untungnya masalah sponsor ini didapat karena faktor kedekatan dengan sponsor saja bukan dari aspek bisnis semata. Kalau kepentingan penonton, akibat dari sarana dan prasarana yang tersedia diturnamen masih sangat minim sekali.
Kepentingan peserta masih berjalan ditempat. Saya sendiri tidak tahu mau dari mana kita mulai perbaiki. Karena ada beberapa hal yang kurang mendidik sehingga petenis yunior kurang mendapatkan pembelajaran menghadapi turnamen. Baik itu hak maupun kewajibannya. Kita harus menyadari sekali turnamen yunior itu merupakan turnamen pembinaan. Bina dalam peningkatan prestasi juga bina hak dan kewajiban atlet perlu mendapatkan perhatian.
Hak peserta seperti jadwal turnamen maupun hasil undian sudah harus dipegang oleh atletnya sebelum pertandingan mulai. Disini dikatakan turnamen mulai bisa sehari sebelumnya sudah ada jadwal maupun undiannya ataupun beberapa jam sesudah diundi.

Coba kita perhatikan seringkali waktu sign-in dilakukan dan penutupannya membutuhkan waktu sangat lama undiannya sudah bisa dipublikasikan artinya sudah diketahui oleh pesertanya, bukan oleh panitianya. Dari tahun ketahun saya melihat masih belum ada perbaikannya khususnya turnamen nasional yunior. Kalau internasional yunior bisa dilakukan karena hanya membuat 2 jenis pertandingan yaitu putra dan putri KU 18 tahun. Tetapi kalau diikut sertakan dengan nasionalnya yaitu KU 16 th, 14 th, 12 th dan 10 tahun ternyata berbeda sekali.
Saya coba perhatikan didalam suatu turnamen nasional, masalah waktu undian itu ternyata bisa sekitar 15-20 menit saja untuk satu jenis tergantung jumlah pesertanya, misalnya mengundi tunggal KU 10 tahun putra. Tetapi kalau kita perhatikan selama ini ada yang terjadi sampai lebih dari 5 jam , belum lagi membuat order of play yang seharusnya sudah diketahui 1-2 jam setelah diundi. Tetapi apa yang terjadi selama ini, bagi orangtua so pasti bisa menjawabnya. Dan ada juga orangtua atau pelatih sudah tidak perduli lagi masalah waktu karena sudah sering terjadi. Padahal pelaksana turnamen bukan muka baru tetapi sudah berpengalaman paling banyak. Disini kelemahannya mereka ini tidak mau belajar untuk memperbaikinya.
Saya coba pelajari dimana letak kelemahan yang menghambat pelaksanaannya, karena situasi sekarang sudah berbeda dengan puluhan tahun silam dimana komputer belum ada.
Saya tidak lupa di tahun 1980 dimana saya mulai terlibat diturnamen tenis Maesa,pernah terjadi membuat undian dan order of playnya itu bisa sampai pukul 04.00 dini hari, karena turnamen maesa saat itu bisa sampai 33 eventsnya. Bisa dibayangkan sudah berkali kali waktu itu Maesa Paskah berjalan dengan situasi seperti itu.

Kesimpulan pertama adalah belum ada kemauan dari pelaksana terutama yang membuat undian, untuk memperbaikinya. Memang ada suatu kebiasaan dari rekan rekan pelaksana turnamen yang selama ini dianggap sudah sering lakukan tanpa mau mengevaluasinya maka tetap akan berlangsung terus tanpa ada perbaikan.
Jadi disini kelemahan pertama adalah perencanaannya.
Tentunya sebagai orangtua pemain berkeinginan semua itu lancar, dan jika mendapatkan pelayanan penyelenggara kepada mereka maka kepuasan ini akan membuat peserta akan tetap mengikutinya.

Waktu yang dibutuhkan penyelenggara untuk mengundi maksimal 20 menit, jika ada KU 10 tahun, 12 tahun, 14 tahun dan 16 tahun putra dan putri maka dibutuhkan waktu hanya 120 menit untuk mengundinya. Saya bicara masalah mengundi saja. Yang jadi masalah adalah persiapan mengundinya, ini yangmembuat butuh waktu panjang karena kita tidak mempersiapkan sebelumnya. Disinilah masalah teknis saja yang saya perhatikan diabaikan karena terbuai dengan gaya dan caranya sendiri. Sebenarnya semua bisa dilakukan ditempat seaktu menerima sign-in, tetapi ada yang lakukan pulang kehotelnya dulu. Lebih celakanya ada petugasnya sampai dirumah langsung tidur dulu dengan catatan nanti tengah malam baru dikerjakan. Bagaimana nasibnya kalau tidurnya kebablasan sampai pagi. Pagi pagi bangun kewalahan mau mengundinya. Kacau kan.


Tidak ada komentar: