Senin, 20 Desember 2010

Berani Tidak keluarkan Piagam Keikursertaan

Jakarta, 19 Desember 2010. Saya mencoba melihat pelaksanaan kepelatihan pelatih tenis selama ini baik yang saya kerjakan di Jakarta maupun dilakukan oleh rekan rekan Pelti didaerah. Timbul pertanyaan yaitu yang dibutuhkan kuantitas atau kualitas. Kepelatihan pelatih merupakan salah satu program pemberdayaan SDM pertenisan kita dimana dibutuhkan pelatih pelatih berkualitas didaerah daerah. Dari hasil selama ini dikenal kepelatiahan pelatih ITF Level-1 yang merupakan jenjang kepelatihan ITF paling rendah.

Tetapi saya melihat kenyataan selama ini banyak peminat yang datang hanya membutuhkan PIAGAM nya bukan keilmuannya yang bisa diterapkan kelapangan. Nah, yang jadi pertanyaan adalah Piagam itu untuk apa jika ilmunya tidak diserap dan diterapkan dilapangan. Bahkan saya pernah awal tahun ini terima permintaan via SMS untuk mendapatkanpiagam tersebut walaupun tidak mengikuti langsung. Bisa dibayangkan pelatih tersebut mau bayar per piagam sejumlah jutaan rupiah. Gila kali ya.
Rupanya piagam tersebut bisa digunakan untuk kenaikan pangkatnya diinstansinya tempat dia bekerja. Artinya profesi pelatih ini belum merupakan jabatan profesinya tetapi jabatan sambilan saja.
Ada satu pemikiran saya disetiap penataran seperti ini apalagi yang mengeluarkan sertifikat kelulusan , kita harus berani tidak keluarkan Piagam keikut sertaannya. Cukup piagam kalau lulus saja disediakan sehingga hasilnya bisa dipertanggung jawabkan, Ini ibarat sekolah, kalau tidak lulus tidak perlu disediakan piagamnya. Tetapi apakah ini bisa diterima semua pihak. Kita harus berani melakukan perubahan demi kemajuan pertenisan kita ini.

Tidak ada komentar: