Senin, 19 April 2010

Membedah kelemahan RemajaTenis


Jakarta, 19 April 2010. Banyak masukan kepada saya tentang kelemahan kelemahan didalam pelaksanaan turnamen RemajaTenis selama ini. Ini sebagai bentuk kecintaan diberikan kepada RemajaTenis, sehingga saya anggap suatu dukungan moril kepada saya agar tetap tegar selenggarakan RemajaTenis. Banyak masukan yang diberikan langsung ataupun tidak langsung, saya harus bisa menerima dengan lapang dada. Tanpa kritikan maka saya akan terbuai dengan kelemahan kelemahan tersebut. Setelah saya menyadari kalau awalnya saya hanya sekedar iseng buat turnamen tetapi melihat betapa anthusiasnya masyarakat menyambut kehadiran RemajaTenis, maka saya harus merubah menjadi lebih serius menjalankannya. Saya mulai membedah kelemahan kelemahan yang sudah bisa saya lihat sendiri ataupun mendengar dari masyarakat yang mencintai RemajaTenis.

Yang saya harus benahi adalah kualitas turnamen, tetapi bukan kualitas pesertanya dengan berikan iming iming hadiah yang bukan tujuan suatu turnamen kelompok yunior dilaksanakan. Yang harus dilakukan adalah peningkatan pelayanan kepada peserta. Kira kira bentuk pelayanan apa sekiranya yang akan diberikan dengan minimnya dana tersebut. Andaikan dana ada maka saya tidak ada kesulitan selenggarakan turnamen, seperti apa yang saya sering lemparkan kepada rekan rekan tenis, yaitu saya sanggup selenggarakan turnamen tenis mulai dengan dana Rp 1 sampai miliar rupiah.
Karena peningkatan pelayanan itu berarti penambahan budget. Yang menarik adalah bagaimana peningkatan pelayanan dengan minim budget. Inilah seninya kalau bisa. Kenapa tidak bisa, tentunya semua bisa dilakukan asalkan diberkati Tuhan Yang Maha Kuasa.

Ini butuh waktu, karena saya butuh beberapa peralatan sebagai pendukung pelaksana. Yang jadi pertanyaan sekarang adalah SDMnya. Siapkah mereka untuk mendukung masalah ini. Karena saya melihat bagi pelaksana turnamen yang ada saat ini sudah terpaku dengan cara berpikir yang lama. Ada sedikit kesulitan merubah pola pikir mereka yang sudah lama mendekam dalam dirinya. Saya pernah coba lontarkan hal ini sewaktu saya memberikan peralatan untuk mendukung pelaksanaannya tetapi ternyata tidak digunakan karena saya tidak berada ditempat turnamen tetapi berada dikota lainnya untuk RemajaTenis juga. "Yang penting turnamen lancar." inilah suatu penjelasan yang saya belum bisa terima dengan baik.

Sebenarnya saya dari dulu suka merekrut tenaga awam yang muda usia dicampurkan dengan yang sudah berpengalaman, tetapi apa yang terjadi. Keberadaan yang baru belum bisa diterima sepenuhnya sehingga muncullah keluhan dari petugas yang lama mengenai ketidak mampuan tenaga yang baru ini. Tetapi sebenarnya mereka ini tidak mau ada saingannya. That's the point.
Apakah saya harus melatih lagi tenaga tenaga muda tersebut. Ini masalahnya. Capek deh.

Saya menyadari sekali kalau Turnamen kelompok yunior di Indonesia belum ada yang bisa memuaskan peserta khususnya orangtua. Apa sebab, karena pelaksana turnamen sudah terpaku dengan pola kerja yang lama sehingga sepertinya rutinitas ini sebagai penghambat kemajuan mereka. Bagi orangtua yang sudah sering mengantar putra putrinya sudah tidak asing melihat kelemahan tersebut. Bagi yang baru pertama kali tentunya akan mengomel sekali. Berbagai omelan keluar dari masing masing orangtua ataupun pelatih.

Kembali ke RemajaTenis, yang saya akan benahi adalah informasi yang diberikan kepada peserta. Bisa melalui internet ataupun telpon seluler. Sehingga bagi pengantar ataupun peserta tidak perlu buang waktu menunggu giliran mainnya. Ini juga akan saya tekankan kepada Referee yang bertanggung jawab atas kelancaran turnamen. Awalnya saya biarkan , tetapi kalau dibiarkan terus tentunya akan merusak nama baik AFR sendiri. Ini yang perlu saya perhatikan kedepan. Mulai dari perencanaan turnamen selama 3 hari sudah bisa diprediksi atau dibuat jadwalnya. Untuk 3 hari pelaksanaan maka jumlah pesertanya juga tidak boleh berlebih, sebagai contoh untuk tiap event maksimum hanya 32 peserta, yang selama ini belum pernah terjadi, hanya sampai 30 peserta saja. Bukan berarti saya tidak pernah sampaikan keluhan seperti ini, bahkan saya harus memaksakan kepada Referee jika saya berada disampingnya. Dan sudah mulai ada perbaikannya. Tetapi bagaimana dengan RemajaTenis dilain kota dimana saya tidak ada. Saya perlu pengawas yang mengerti turnamen dan mengontrol kerja pelaksana. Disini sering terjadi konflik antara Referee dengan pelaksana turnamen.
Tidak mudah merubah pola pikir Referee yang tidak semua bisa menerimanya, karena merasa selama ini tidak mau ada intervensi dari Panpel lainnya karena wewenangnya. Tetapi saya ingin ada peningkatan kualitas dengan berikan peningkatan pelayanannya. Ini tentunya tidak akan makan beaya besar hanya butuh waktu juga. Bukan seperti membalikkan tangan langsung bisa terjadi. Harus ada pendekatan agar mereka ini harus mempunyai sense of belonging baru bisa terpenuhi seluruh kebutuhan tersebut.
Kalau pelayanan berupa berikan fasilitas akomodasi dan transportasi, maka ini butuh dana atau ada peningkatan budget. Dan sudah pernah dilakukan di Solo dan Palu.
Ya, semoga saja semua keinginan ini bisa terealiser. Semoga !

Tidak ada komentar: