Kamis, 22 April 2010

Cukup Beritahu, bukan Minta Ijin

Jakarta, 22 April 2010. Hari ini ketemu rekan tenis dari Solo Freddy Pakaya disela sela turnamen Piala Gubernur DKI Jakarta yang berlangsung di Kelapa Gading Sport Club. Dalam percakapan sempat menyinggung permasalahan tenis dikota Solo dimana peranan Pelti setempat menjadi bahan pembicaraan. Karena rekan Freddy Pakaya sendiri sudah mendengar masalah RemajaTenis (di Solo)dari rekan rekan di kota Solo. Memang saya ceritakan pula kalau saya menerima SMS yang isinya cukup mengagetkan saya sendiri. Yang menurut saya sudah menuju ke ancaman belaka.

"Saya baru tahu kalau memang ada ketentuan seperti itu." ujarnya karena saya terangkan kalau siapapun bisa selenggarakan Turnamen tenis. Dan tidak perlu MELAPOR ke Pelti, kecuali TDP. "Semuanya ini ada didalam ketentuannya yang dibuat oleh PP Pelti. Dan saya akui tidak semua rekan rekan yang duduk dikepengurusan Pelti mengetahui masalah ini." ujar saya kepadanya. Selanjutnya saya katakan kalau pihak luar mulai dari perorangan, klub , instansi ataupun Pelti sendiri bisa selenggarakan turnamen tenis, tanpa melibatkan Pelti.
Sepengetahuan saya banyak sekali rekan rekan didaerah tidak tahu masalah ini, sehingga kesannya jika mau buat turnamen HARUS melibatkan Pelti. Turnamen apapun, baik turnamen intern klub maupun instansi sampai ke turnamen nasional.

Dimana peranan Pelti dalam hal ini. Jika turnamen nasional maka disini mulai ada peranan Pelti, yaitu pengakuan nasional itu dikeluarkan oleh PP Pelti. Bagaimana prosedurnya. Dalam formulir turnamen nasional(TDP=turnamen diakui Pelti) disebutkan sipemohon diketahui oleh Pengprov Pelti setempat mengajuka permohonan ke PP Pelti. Cukup mengetahui dan sedangkan untuk pengakuannya akan dilakukan oleh PP Pelti. Dalam pelaksanaannya, jika letak kota pelaksana cukup jauh dari ibukota Provinsi dimana lokasi Pengprov Pelti berada maka kami menganjurkan cukup ke Pengkot/Pengkab Pelti setempat dan berikan tembuan atau pemberitahuan ke Pengprov Pelti.

Saya pernah berdebat kusir dengan salah satu anggota pengurus Pelti disuatu kota di Jawa Timur. " Kalau begitu bubarkan saja Pelti cabang." ujarnya sedikit emosi kepada saya. "Kok begitu cara berpikir Anda. Saya anggap Anda tidak mengetahui fungsi dan kedudukan Pelti secara keseluruhannya."
Memang dalam perjalanan prosedur turnamen banyak kendala yang datangnya hambatan ini dari rekan rekan dikepengurusan Pelti sendiri.
Ingin ikut terlibat dalam kepanitian turnamen, yang tentunya ada kebanggaan dan saya sayangkan cuma simbol saja ikut dalam kepanitiaan turnamen.

Saya bisa berikan contoh contoh turnamen yang diselenggarakan oleh pihak ketiga artinya bukan oleh Pelti didaerah maupun di Jakarta. DI Jakarta, ada Sportama sebagai penyelenggara, begitu juga Yayuk Basuki sebagai event organizer turnamen (dulu pernah selenggarakan turnamen Hemaviton), Cigna, RemajaTenis, Maesa Paskah. Didaerah seperti Wismilak International, UFO, Solo Open Junior, Peltha, Oneject , dimana pelaksanaan bukan oleh Pelti tetapi langsung pihak ketiga. Memang ada juga rekan rekan pengurus Pelti duduk didalam kepanitiaannya. Itu semua terserah kerjasamanya.

Saya sendiri pernah mendapatkan keluhan dari pelaksana turnamen tersebut yang bukan Pelti. Mereka mengeluh dengan menempatkan tenaga tenaga anggota pengurus Pelti didalamnya justru membuat beaya pertandingan menjadi mahal. Sebagai contoh, ada rekan yang justru memanfaatkan dengan minta kepada pengelola lapangan agar sewa lapangannya dinaikkan bukan sebaliknya.

Freddy Pakaya sendiri sangat menyayangkan kalau kota Solo dengan fasilitas memadai, bisa dibayangkan ada 9 lapangan tenis dalam satu lokasi, yaitu GOR Manahan. Tetapi tidak punya kegiatan nasional. "Saya sendiri sangat tertarik dengan kota Solo untuk dijadikan host suatu turnamen baik nasional maupun internasional." ujar saya kepadanya. Sayapun berjanji kepadanya kalau saya akan secara rutin selenggarakan RemajaTenis di GOR Manahan. Ada pemikiran saya juga untuk selenggarakan Turnamen Internasional di GOR Manahan.

Sayapun ceritakan betapa bahagianya daerah jika ada turnamen nasional bisa digelar dikotanya. Hal ini saya sampaikan bagaimana sambutan rekan rekan di Pelti setempat menyambut dengan senang hati, bukan dengan menghambatnya.
Memang saya pernah dengar keluhan datang dari rekan rekan di Solo kalau mereka merasa dilecehkan oleh PP Pelti karena menunjuk langsung kepada Pipit Supriyadi (alm) sewaktu selenggarakan TDP Solo Open beberapa tahun silam tanpa melibatkan Pelti Solo. Sayapun sampaikan sebenarnya Pelti Solo harus sadar kalau mereka itu belum mampun selenggarakan turnamen nasional.Pendapat saya ini berdasarkan pengalaman selama ini tidak ada TDP Nasional diselenggarakan oleh Pelti Solo. Dulu pernah ada Batik Keris di Solo tetapi bukan oleh Pelti setempat. Dengan diberikan kepada rekan pihak ketiga sebagai pelaksana, seharusnya mereka itu mawas diri kenapa bukan mereka yang selenggarakan TDP Nasional Solo Open. Inisiatip kok datangnya dari pihak ketiga diluar jalur organisasi Pelti.
Bisa dibayangkan, saya sendiri diminta oleh insan tenis agar RemajaTenis diselenggaraka dikota Solo. Permintaan ini bukan datang dari rekan rekan yang duduk dikepengurusan Pelti Solo. Ini rada aneh tetapi saya juga merasa tidak aneh karena sudah tahu kondisinya.

Tidak ada komentar: