Rabu, 07 April 2010

Jadi Talent scouting aja ya !


Jakarta, 7 April 2010. Dalam beberapa percakapan dengan rekan rekan tenis dibeberapa daerah, tersirat keinginan memajukan tenis daerah sendiri, tetapi tidak mengetahui permasalahannya. Ini cerita menarik sebenarnya. Sehingga ketika saya melihat potensi atlet tenis dibeberapa daerah dalam beberapa kesempatan, saya secara sepintas melihat permainan ataupun gaya permainan atlet tenis yunior didaerah masih jauh dari harapan.

Pengalaman melaksanakan turnamen tenis baik itu Persami Piala Ferry Raturandang maupun RemajaTenis, saya sudah mulai mengenal kualitas petenis di Medan, Mataram, Kalimantan Tengah, Palu. Sehingga muncul keinginan saya untuk menjalankan fungsi talent scouting demi kepentingan induk organisasi tenis atau dikenal dengan Pelti.
Saya baru saja ditanya oleh Ketua Umum PP Pelti Martina Widjaja ketika baru kembali dari Sumbawa, mengenai pendapat saya dengan kualitas petenis didaerah.
Sasarannya adalah petenis KU 10 tahun dan 12 tahun, yang saya lihat banyak persamaannya dengan petenis di Jawa ini. Perbedaan mencolok terjadi di KU 16 tahun atau 18 tahun. Khususnya kelompok putri. Kalau KU 14 tahun putra, perbedaannya adalah minim pengalaman bertanding yang lebih menonjol.

Timbullah pemikiran saya untuk kedepan dimana kegiatan RemajaTenis dikembangkan didaerah daerah, saya akan merekam permainan petenis daerah tersebut.
Sewaktu di Sumbawa, saya melihat ada satu kekeliruan yang dibuat petenis KU 10 tahun khususnya. Yaotu jenis raketnya sudah merupakan raket dewasa (mid-size).
Khususnya petenis purri KU 10 tahun , saya melihat beberapa pemain khususnya yang sampai semifinal, sudah memiliki gaya memukul cukup baik dan menarik perhatian saya, hanya saya lupa menanyakan namanya. Punya backswing, ada folllow through, ada swingnya juga.

Dimana kelemahan atlet tenis diluar Jawa ? Mungkin jawaban saya tidak sepenuhnya disetujui oleh rekan rekan sendiri karena saya pernah coba mengungkapkannya. Yaitu minimnya pelatih berkualitas didaerah daerah. Apakah masih berlaku seperti guru di TK, SD,SMP,SMA dan Universitas itu sama ? Tentunya tidak, makin tinggi permainan maka dibutuhkan tenaga pelatih yang lebih tinggi kelasnya.

Tidak ada komentar: