Minggu, 07 Oktober 2012

Kebiasaan Tidak Mendidik

Jakarta, 7 Oktober 2012. Kebiasaan didaerah untuk mendapatkan dana dari KONI setempat sudah mendarah daging bagi masyarakat tenis di Tanah Air. Karena saya sering menerima permintaan dari masyarakat didaerah agar dikirimkan undangan kepada putra atau putrinya supaya dengan dasar undangan tersebut mereka bisa minta bantuan ke KONI daerah setempat. Dalam satu pembicaraan dengan rekan saya Christian Budiman yang mantan petenis andalan Sumatra Utara, kami bicarakan masalah ini. Oleh Christian disebutkan dulu diapun demikian sewaktu masih di Medan sebagai petenis jika mau ke Jawa ikut turnamen selalu minta bantuan dari induk organisasi baik itu Pelti ataupun KONI. Saya sendir katakan hal ini tidak memajukan olahraga didaerah. Beda pendapat boleh saja antara kita berdua. Namnya tukar pikran belum tentu kita sepaham. Saya kemukakan kalau cara seperti ini sebenarnya untuk tenis tidak cocok. Karena tenis olahraga individu, sehingga sebaiknya atlet atau orangtua dibuat agar lebih kreatip mencari dana. Saya katakan kadangkala prestasi atlet belum seberapa tetapi pengajuannya begitu dahsyat sekali. Seperti seorang juara yang sudah pasti jika diberi bantuan dana untuk ikut turnamen akan menggondol gelar juara sejati artinya pemenangnya bukan sekedar finalis atau semifinalis. Mereka ini harus dididik kalau tenis itu suatu profesi sehingga betul betul bekerja serius untuk mendapatkan prestasi. Akibatnya upaya yang serius kurang terlihat dengan baik. Yang penting sudah dapat dananya sehingga prestasi tiak terlalu penting. Begitulah pendapat pribadi saya sendiri. Bisa betul dan bisa juga tidak betul. Cepat puas karena sudah dapat dananya yang kadang kala penggunaannya tidak tepat. Sebagai contoh atlet yang pergi hanya 1(satu) didampingi selayaknya cukup 1 juga sebagai pelatihnya. Kenyataannya yang berangkat bisa lebih dari satu pendampingnya. Bisa saja kedua orangtuanya. Nah, kalau sudah begini artinya kedua orangtuanya mendompleng dana dari institusi tersbut. Kesannya menjadi hanya rekreasi saja. Dan ini yang sering terjadi. Pernah kejadian dimana dana yang didapat atlet tidak 100 % dari total cost atau baru 60-75 % , akibatnya atlet tersebut tidak jadi berangkat karena merasa tidak cukup dana tersebut. Ini contoh nyata. Tapi saya pernah lakukan kepada keponakan saya sendiri Andrian Raturandang yang waktu itu saya atur keberangkatannya ikut 2 turnamen internasional kelas Challenger $ 50,000 di Singapore dan Vietnam. Tanpa keluar sepeserpun dia berhasil pulang bawa dana lebih dari hasil ikut 2 challenger Ini tentunya harus tahu rahasianya.

Tidak ada komentar: